Friday, February 24, 2006
Thursday, February 16, 2006
Wednesday, February 15, 2006
Tuesday, February 14, 2006
Apa yang aku dengar malam ini dari mu, entah apa bisa ku serap dalam-dalam tiap kata yang kamu ucap. Tapi yang jelas, aku masih bisa memiliki hati dan perasaan yang bisa menyerap secara dalam tiap ungkapan hati kamu. Meski aku tidak dalam posisi dan keadaan kamu tapi aku dapat mengerti kamu dan mengasihi kamu. Karena kamu telah buat aku mengerti akan yang ada di benakmu. Dan ini kemudian menjadi serius. Bukan hanya bagi kamu, tapi juga serius bagi kita.
Aku nggak ingin kamu sedih, meski kesedihan kamu tidak bisa dihindarkan. Aku ingin kamu tahu kalau aku ada. Tapi jangan katakan kalau aku hadir di dalam kehidupanmu di saat yang tepat. Saat di mana kamu membutuhkan seseorang. Jangan katakan itu padaku. Dan jangan pula kamu anggap aku ada sebagai jawab atas doamu. Karena aku bukanlah siapa-siapa. Aku hanyalah akunya kamu. Dan entah apa yang ada dibenakmu malam ini. Tentang aku, kamu, keluargamu, dan kita. Yang jelas, aku hanya ingin kita baik-baik saja. Terutama kamu. Tuhan punya rahasia untukmu di depan. Kamu sabar, yah!
Aku tidak bisa beri kamu sesuatu untuk bisa kamu kenang di hari ini. Bahkan tidak pernah terlintas dibenakku untuk persembahkan sesuatu padamu di hari ini. Namun, ku tak ingin paksa dirimu untuk mengerti makna semua ini. Ada sesuatu yang jauh lebih berharga dari apa yang sudah kita jalani dalam rentang waktu yang tidak lama itu. Sebulan ini. Ku ingin kamu memaknai itu semua. Bukan hanya karena hari ini saja. Tapi, karena kita maka hari ini ada. Ku ingin kamu temani hatiku.
Monday, February 06, 2006
Mungkin percuma saja bila kemudian kembali ku ungkap.
Meski juga tidak akan berguna menumbuhkan luka lama itu.
Meski bagi ku itu hanya sekedar masa lalu.
Nyatanya tetap saja ku merasa menjadi manusia bodoh.
Kenapa harus?
Ini buatku bukan satu hal yang harus dihindari
Tapi harus dihadapi, dilawan, dan direlakan
Kalau bisa memilih maka ku tak ingin kebenaran itu ada.
Thursday, February 02, 2006
Kadang aku tidak mengerti dengan pola pikir diriku sendiri. Mungkin itu bisa jadi keunikan dari apa yang ada dalam diriku selama ini. Siapapun mungkin pernah jatuh dan merasa berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dalam hidup. Aku pun pernah mengalaminya. Bahkan perasaan di dalam diri ini saja pernah merasa terbuang dan terlempar jauh dari benakku. Aku tidak pernah mencoba untuk menyimpan pikiran jahat. Apalagi pada orang yang aku sayangi. Tapi nyatanya? Bahkan aku takut untuk menerima kebenaran yang ada sekarang ini. Pahit. Tapi itu harus ku telan. Meski pada akhirnya aku merasa, apa yang telah kuberi padanya selama kami bersama hanya kamuflase perasaan dia yang kini tidak akan pernah lagi kupercaya. Ia pernah menangis, meratapkan diriku. Tapi perasaanku jauh lebih keluh dan gontai. Aku hanya ingin yang terbaik untuk diriku kini. Selama itupula, semuanya untuknya. Tapi sudahlah!
Jujur ini buatku takut untuk kembali gagal. Tapi jujur pula kalau aku semakin berhati hati kini. Aku tulus dan coba memberi yang terbaik. Tapi jangan pernah menyentuh perasaanku yang paling dalam. Apalagi untuk menyakiti aku.