Hingga berakhir di kedai kecil, biasa aku pesan macaroni dan nasi goreng plus ayam goreng. Nongkrong dengan waktu yang tidak terlampau lama. Bukan karena tidak nyaman, tapi, lebih karena cuaca di Ho Chi Minh saat aku berada di sana tidak bersahabat. Gerimis, yang kadang disertai dengan hujan deras. Kondisi hujan ini yang kemudian membatalkan perjalananku dengan Daisuke ke Pecinan usai dari Mekong.
Kedai ini rasanya yang paling pas dengan lidahku. Kecil banget tempatnya. Hanya ada 4 bangku pendek, dan meja yang selevel. Menu yang ditawarkan pun juga hanya macaroni dan nasi aja. Plus pemilik yang tidak bisa berbahasa inggris. Transaksi hanya dilakukan dengan menuliskan Dong di selembar kertas. Dan aku mengiyakan dengan anggukan kepala dan senyuman. Selanjutnya, ia langsung memasak. Kedai ini, aku sudah jadikan tempat makan sejak hari kedua. Paling aman.
Kedai ini rasanya yang paling pas dengan lidahku. Kecil banget tempatnya. Hanya ada 4 bangku pendek, dan meja yang selevel. Menu yang ditawarkan pun juga hanya macaroni dan nasi aja. Plus pemilik yang tidak bisa berbahasa inggris. Transaksi hanya dilakukan dengan menuliskan Dong di selembar kertas. Dan aku mengiyakan dengan anggukan kepala dan senyuman. Selanjutnya, ia langsung memasak. Kedai ini, aku sudah jadikan tempat makan sejak hari kedua. Paling aman.