Sejak punya hobi travelling satu tahun terakhir, aku pun punya kebiasaan baru, yaitu berburu baju bekas. Alasan utama bukan karena aku kekurangan baju, tapi, lebih karena sisi kepraktisan. Tas ransel yang ku miliki sejak 4 tahun lalu tidak memiliki banyak ruang. Awalnya aku maklum, jika kondisi tas akan terasa berat saat berangkat. Dan jika usai perjalanan, aku mau isi tas berkurang. Dan baju-baju bekas itu lah yang aku akhirnya buang, agar ruang di tas ku berkurang. Dengan demikian, juga berkurang beratnya. Apakah kemudian aku akan kembali penuhi dengan oleh-oleh? Nop. Don't push your luck.
Aku biasa berbelanja di pasar baju bekas di kawasan pasar senen. Biasa ku lakukan seminggu jelang keberangkatan. Dan biasa aku habiskan hingga 2 jam untuk mencari baju bekas. Kriterianya, tidak hanya masih layak pakai, tapi juga warna, dan model. Ya, itung-itung, saat di foto, baju ku ngga itu-itu aja sih. Dengan 60K idr aku bisa dapat 4 potong baju.
Saturday, December 03, 2011
Monday, November 28, 2011
Syukur
Ga cukup dengan hanya mengatakan kata 'iri' itu adalah hal yang manuasiwi. Itu bukan alibi membenarkan diri, atas apa yang sebenarnya, diri kita juga memiliki. Lantas tinggal bagaimana kita bisa memaknai dan mensyukuri apa yang telah kita punya.
Tak pernah merasa bisa cukup memang, tapi, dengan iri terhadap kesederhanaan rejeki orang lain, adalah juga salah. Pernah kita bisa melihat dari dua sisi, seberapa kecil yang orang lain miliki? lalu kenapa dengan kecil rejeki yang kita anggap terhadap orang lain itu, justru membuat kita iri, bahkan, rasanya ingin juga memiliki?
Salahkan diri jika begitu, jangan salahkan, apalagi mengusik kebahagiaan orang lain yang sedang menikmati rejeki itu. Dan jangan pula harus menyakiti dengan kata-kata serta mengintimidasi. Itu sesungguhnya yang teramat kejam yang dilakukan seorang manusia terhadap manusia lainnya. Apalagi jika rejeki yang dimilikinya jauh lebih besar dari orang yang dihina. Itu biadab.
Kata-kata sederhana yang kerap mungkin dilontarkan adalah, "enak banget lo". Well, enak atau tidaknya sebuah rejeki itu kan berbalik lagi, bagaimana kita mensyukuri nikmat yang ada. Semua ada porsinya, dan semua sudah diatur. Tinggal bagaimana kita bijak menghargai harta, kesenangan dan lainnya. Jangan sampai kemudian kita dianggap berusaha mencuri kebahagiaan orang lain, 'harta' orang lain, padahal itu bisa dijauhi.
Lalu bagaimana kamu menentukan sikap?
Tak pernah merasa bisa cukup memang, tapi, dengan iri terhadap kesederhanaan rejeki orang lain, adalah juga salah. Pernah kita bisa melihat dari dua sisi, seberapa kecil yang orang lain miliki? lalu kenapa dengan kecil rejeki yang kita anggap terhadap orang lain itu, justru membuat kita iri, bahkan, rasanya ingin juga memiliki?
Salahkan diri jika begitu, jangan salahkan, apalagi mengusik kebahagiaan orang lain yang sedang menikmati rejeki itu. Dan jangan pula harus menyakiti dengan kata-kata serta mengintimidasi. Itu sesungguhnya yang teramat kejam yang dilakukan seorang manusia terhadap manusia lainnya. Apalagi jika rejeki yang dimilikinya jauh lebih besar dari orang yang dihina. Itu biadab.
Kata-kata sederhana yang kerap mungkin dilontarkan adalah, "enak banget lo". Well, enak atau tidaknya sebuah rejeki itu kan berbalik lagi, bagaimana kita mensyukuri nikmat yang ada. Semua ada porsinya, dan semua sudah diatur. Tinggal bagaimana kita bijak menghargai harta, kesenangan dan lainnya. Jangan sampai kemudian kita dianggap berusaha mencuri kebahagiaan orang lain, 'harta' orang lain, padahal itu bisa dijauhi.
Lalu bagaimana kamu menentukan sikap?
Thursday, November 10, 2011
Hari ini setahun lalu #Merapi
Lembar cuti telah di ACC manager sebulan lalu. Sementara, tiket pesawat telah dibooking 3 bulan sebulannya. Ini beneran liburan yang amat terencana. Kecuali hotel, persiapan lainnya telah disusun. Bahkan itineraire, dan buku panduan liburan pun sudah siap. Yup, jelang ulang tahunku, aku mau liburan ke Jogja.
Namun, rencana itu berangsut kian suram. Status merapi tiap harinya kian ditingkatkan. Yang menjadi kekhawatiran utamaku adalah jika keadaan tidak kunjung membaik, maka, mau tidak mau penerbanganku dibatalkan. Memang ini kasus force major. Semua biaya yang dikeluarkan akan diganti (baca: refund) oleh maskapai. Tapi, itu tak begitu saja mudah untukku membatalkan perjalananku ke Jogja.
Namun, rencana itu berangsut kian suram. Status merapi tiap harinya kian ditingkatkan. Yang menjadi kekhawatiran utamaku adalah jika keadaan tidak kunjung membaik, maka, mau tidak mau penerbanganku dibatalkan. Memang ini kasus force major. Semua biaya yang dikeluarkan akan diganti (baca: refund) oleh maskapai. Tapi, itu tak begitu saja mudah untukku membatalkan perjalananku ke Jogja.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Powered by Blogger.