
Lepas berenang biasanya, aku langsung mandi dan duduk di cafe sambil ngetik naskah, nyambi ngopi dan ngerokok. Duh santai banget. Seperti selesai jam kerja, aku bisa melakukan kegiatan bebas ku. Meskipun sebenarnya, aku ingin sekali habis-habisan liputan di Jambi. Angkat berita budaya, kerajinan, kuliner, dan apapun sepanjang menarik di penglihatanku. Tapi, nyatanya.....hanya beberapa yang bisa ku garap.
Aku nggak ingin menyebut ini sebagai kendala untukku. Tapi banyak hal lah yang dapat membantuk sukses tidaknya sebuah liputan. Kerjasama dan fasilitas. Kalau pengetahuan??? Well hello...aku memang gak tahu banyak tentang Jambi, apalagi medan Jambi. Tapi referensi yang aku dapat, nggak mungkin lah tidak membuat otakku penuh dengan ide. But nyatanya, apa yang kuinginkan, tidak sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Mudah-mudahan yang telah kugarap bisa terlihat maksimal.
Mmmm Jambi. Aku tidak begitu berharap banyak dengan kota ini. Dan memang benar. Tak banyak tempat hiburan yang bisa kukunjungi. Ancol-nya Jambi yang kupikir menarik karena terletak di tepian sungai Batang hari, nyatanya??? Awalnya memang ingin sekali ku garap Ancol sebagai tempat nongkrong anak muda Jambi. Tapi, kondisinya tidak mendukung gambar untuk sebuah tayangan. Lewatlah sudah.
Oh yah...aku hari ini cukup jauh melakukan sebuah wawancara. Enam jam perjalanan. Wex, gak perlu lah dikomentarin. Begitu melelahkan. Tapi ada satu hal unik yang aku temui. Begitu sulitnya mencari makan siang, sampai aku melakukan perjalanan 12 kilometer ke dermaga muara subak. Dan warung nasi padang menjadi sasaranku. Standar makanannya. Tapi, hanya itu yang layak dapat di makan siang ini.
0 komentar:
Post a Comment