Tuesday, August 08, 2006

Ini liputan luar kota ke dua ku setelah Palembang awal juli kemarin. Jogjakarta. Sudah lebih dari tujuh tahunan sejak kali terakhir aku ke sana ketika masa smu dulu. Pfuih dah lama sekali. Berarti ini kali ketiga aku ke jogja. Selang lama waktu aku smp, aku pun pernah ke sana dengan rombongan teman-teman smp. Dan sekarang, aku di sini dalam rangka tugasku sebagai seorang reporter. Seneng banget. Ada liputan Jogja ~ Netpac Asian Film Festival di kota gudeg ini.
Pesawat Batavia Air yang dijadwalkan berangkat pukul dua, ternyata baru bisa take-off jam 2:45 sore. Meski tidak merubah rencana dan jadwal liputan di sana, tapi setidaknya ini berimbas dengan jadwal istirahat setelah sampainya di sana. Apa yang ada dibenakku terbukti. Penerbangan limapuluh menit itu membawaku ke bandara adisucipto. Sebagai bandara internasional yang ku lihat hanya kesederhanaan saja. Landasan pacu yang tidak begitu panjang, buat aku khawatir dengan waktu landing nantinya. Tapi cukuplah penerbangan tadi membawa mataku menghapus langit jogja. Dan dari atas jogja aku masih bisa melihat sisa-sisa gempa.
Aku disambut panitia yang kemudian menghantarku ke hotel selama aku tugas. Lima belas menit perjalanan ke depan, supir menjelaskan sisa sisa gempa yang membekas sepanjang kanan kiri jalan. Bahkan retakan gempa masih saja tampak, meski usai gempa pemerintah kota sudah melapisi jalan yang retak itu dengan lapisan aspal. Tapi tetap saja, aku membayangkan kejadian itu pada 27 mei lalu.
Harmony Inn, nama hotel itu. Tapi, fisik bangunan tidak menunjukkan ini adalah sebuah hotel. Losmen mungkin lebih tepat. Lokasinya dekat dengan pusat penginapan turis. Tapi, sumpah aku lupa nama jalan tersebut. Tak banyak waktu yang aku punya untuk bisa mengingatnya.
Usai meletakkan tas yang baru saja ku beli beberapa hari sebelum keberangkatan, aku mandi. Pfuih segar banget. Tak banyak nafas yang ku hela di hotel ini, aku pun berangkat ke Ambarukmo Plaza, venue tempat berlangsungnya festival tersebut.
Sebenarnya, selain liputan, aku memiliki agenda lain untuk bertemu dengan dua orang temanku. Meski ada beberapa temanku yang tinggal di jogja, namun karena keterbatasan waktu, aku hanya menghubungi mereka berdua. Dan, meski begitu aku harus focus dengan liputanku kali ini.
Cesar café n Pub nama tempat itu dijadikan tempat berlangsungnya press conference. Banyak sekali teman-teman media yang datang. Kebetulan aku juga ditemani dengan salah satu teman reporter dari biro jogja. Wex?laper. Baru nyadar kalo perut ini sudah sejak pagi tadi belum terisi kembali.
Malamnya aku menyaksikan pembukaan festival dengan pemutaran perdana OPERA JAWA. Aku suka film tersebut. Suka sekali bahkan. Bercerita tentang kehidupan rumah tangga sepasang suami istri yang pada akhirnya harus menemukan perbenturan dengan masalah rumah tangga pada umumnya. Uniknya, sepanjang film ini, dialog antar pemeran, semuanya dilagukan, bahkan ditarikan. Ini yang membuat aku jatuh cinta pada film ini. Dan aku termasuk orang yang beruntung, karena film ini hanya diputar di Indonesia setelah festival berikutnya di wina, Austria, dan itu November akhir tahun ini.
Jadwal yang padat akhirnya membuatku baru bisa bertemu dengan sahabatku lewat tengah malam. Syukurnya, sahabatku mau berbaik hati dengan berkendara motor singgah di penginapanku. Tidak bisa kebayang bagaimana senangnya aku bertemu dengan sahabatku ini. Sadar kalau sudah terlalu larut malam, pembicaraan kami pun dihentikan pukul tiga pagi. Berarti hanya dua jam kami ngobrol.
Beruntung aku masih bisa bertemu dengannya di tengah jadwal liputanku. Karena ada satu teman smu yang pada akhirnya tidak dapat bertemu. Padahal, kalau dipaksakan, meski hanya beberapa menit saja, kami masih bisa bertemu. Karena pada jam yang bersamaan, kami sudah berada di dalam kampus UGM, namun beda gedung.
Hari ke dua di jogja, tak banyak yang aku lakukan. Hanya melengkapi kekurangan liputan hari sebelumnya. Setelahnya, keliling kota jogja menunggu penerbangan ke Jakarta jam lima sore. Nyaris aku gunakan waktu yang sempit itu untuk melihat kota ini. Satu hal yang wajib adalah oleh-oleh. Baju batik, bakpia patok, dan aku membelikan satu buah lonceng untuk sayangku. Buatku, grafir nama di atas lempengan besi yang kupautkan pada id card-ku. Malioboro itu.
Powered by Blogger.