Saturday, January 29, 2011

#Painan, West Sumatra (Part 2)

Lebih karena tidak ingin lupa, detail hal yang gue lakukan di hari ke dua liburan ini, maka, malam ini kupaksakan untuk menulisnya.
Terbiasa bangun jam 5:30 di Jakarta, terbawa saat berada di pagi di Tarusan, Painan. Sepi, itu yang melekat. Berada lebih ke barat, maka gerak matahari juga lebih lama terang di titik ini. Yang ga berubah, hanya jam biologis.
Ok, setelah lelap tidur semalam, pagi, sesuai janji, gue sudah dijemput untuk keliling Painan seri ke-2, Tempat pelelangan ikan, dan batu kalang.
Di daerah nelayan kebanyakan, aktivitas warga di tempat pelelangan ikan ini pun biasa saja. Tapi, karena haus dengan suasana baru, apapun gue lahap. Dan, memang, lagi-lagi bisa menikmati suasananya. Seru.

Thursday, January 27, 2011

#Painan, West Sumatra (Part 1)

08:15 pesawat pun akhirnya landing di Bandara Internasional Minangkabau, 30 menit lebih lama dari jadwal semestinya. Cuaca buruk sempat membuat pesawat memutar hingga 2 kali, sebelum akhirnya mendarat.
Awan tebal memang menutup Padang pagi itu, nyaris, landasan pacu, n bahkan rumah-rumah penduduk tidak terlihat. Ngeri juga sebenarnya, plus, BIM dikelilingi bukit, perlu cermat dan cari cela untuk bisa menembusnya. Apalagi, turbulence juga sering menggelitik badan pesawat. Guncangan sering terjadi.
Suasana kian menyeramkan, saat salah satu penumpang anak, sejak take off hingga landing, berteriak histeris minta turun. Berkali-kali. Gagal sudah rencana untuk menggenapi waktu tidur yg terpotong. Padahal terbang 1 jam 25 menit cukuplah untuk tidur. Tapi, nyatanya, teriakan itu bikin perjalanan tidak nyaman.

Sunday, January 23, 2011

Lelah

Aku mau kamu | tapi, ku ta bisa | beri ku alasan u/ pergi, jika kau tak ingin | aku hanya tak bisa pahami mu, smtr ku tak miliki waktu lagi

Ku hanya bisa menatapnya lekat. Ku raih tangannya. Ku dekatkan ke dadaku. Ku tarik nafas dalam. 'Ku ingin aku ada saat kau tak lagi ada'

Dia membisu. Tatapannya nanar. Perlahan airmatanya turun. | ku juga ingin kamu, tp ku tak ingin biarkanmu simpan duka saat ku tiada |

Ku diam, terpaku dalam ucapannya yg bergetar. Terbius aliran air mata yg tak kunjung usai | aku ikhlas dgn masa depanku, asal ijinkan aku |

Entah, kata apa lagi u/ yakinkannya, aku mau dia. Ku tak ingin pula larut di ujung waktunya, smntara ku masih punya kata agar dia bertahan

| kamu tahu, kenapa ku teramat ingin kamu? Karena dari sisa hidupmu kini, ku pahami jika aku ingin belajar hidup dari kamu dalam pasrah |
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jikalau

Selalu saja ku temukan bagaimana terangi jalanku,
menyelamatkan hidupku dengan kemampuan membaca rahasia di tiap gelagat.
Aku tahu cara bagaimana tak terluka.
Ku pahami, kapan ku harus menjadi malaikat untuk ragaku.
Dan ku selamatkan diri ku.
Kemudian ku menghilang, dan terlahir kembali saat ku ingin.
Menafikan semua yang meracuni paham atas keyakinanku.
Betapa berharganya aku atas diriku.
Dan diriku berbicara atas aku.
Dan kemudian ku menghilang.
Ego ku tak membebaniku.
Tak munafik aku lepaskan apapun demi aku.
Jikalau ku ingin, aku inginkan apa yg ku mustahilkan.
Kemustahilan.
Dan aku selalu saja punya cara sembuhkan hatiku, atas luka apapun. Jikalau ku menghilang, itu bukan keajaiban atas kuasaku.
Tapi diriku tlah meminta.
Naluri.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

S.I.C.K

Tuhan, jika aku salah menjadikan intuisi sebagai tongkat hidup ku, maka, biarlah ku hidup tanpa perlu mereka reka,
dan biarkan juga ku hidup tanpa perlu lihat kesuraman.
Karena aku pun tlah merasa membelah jiwa ku pada keraguan yang juga tak ku pahami.
Karena aku pun tlah merasa merangkul sesak yg tidak semestinya.
Ku bertahan kini, meski tak miliki janji untuk berdamai dengan yang tidak sepantasnya.
Lalu, kiranya ini telah cukup jatah bagiku, maka ku rasa ini telah berujung.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Saturday, January 22, 2011

#NoMention

Hanya diam, meski kerap terkesan klise
Tapi perlahan ku biarkan rasa ini bermain
Di dalam tiap rangkai kata saat aku dan kamu ada
Aku tak pentingkan kau pahami tiap kataku
Aku pun tak paksakan kau larut dalam tiap candaku
Ku hanya ingin ruang agar nyaman hati dan pikiranku saat bercumbu dengan caraku
Aku yakin jika kau pun meragu menyerap tanda itu, mengerti kah kamu
Karena yang ku ucapkan pun kerap menyentuh hati dan pikiranmu
Namun, jika kau pikir itu kosong
Maka ku pahami kekeliruanku
Aku tak ingin ini nyata
Aku tak ingin harap terwujud
Biar kemudian hati ini bermain dengan caraku
Biar pula ku kagumi kamu dengan caraku
Jika kau pikir, ku mampu bertahan
Maka ku jawab tidak
Entah, ku tak lagi dapat temukan jalan lain untuk sentuh hatimu
Atau mungkin, hati mu telah tersentuh?
Jika cinta butuh kata, mungkin ku pilih tak ingin ungkapkan cinta itu
Meski ku ingin kamu sungguh
Galau karenamu #NoMention
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Powered by Blogger.