Thursday, February 17, 2011

#Bukittinggi, West Sumatra (Part 9)

29 Januari '11, sabtu jam 10:45 aku akhirnya, menjejakkan kaki di Bukittinggi. Gerimis.
Suasana basah seperti ini mengingatkanku pada satu kota lain. Apalagi saat aku kemudian menyusuri jalan mendaki dan basah. Aku merapat ke trotoir di mana mobil-mobil parkir di bahu jalan. Berjajar pula ruko-ruko yang menjajakan beragam buah tangan, makanan, kantor bank, depstore, restoran cepat saji. Ada yang khas, dan aku suka suasana ini. Suasana berbeda justru berkaca dengan penampilanku, celana panjang kargo, topi kupluk, sendal gunung, plus ransel. Cool, hein??!!???!!!
Aku telepon Amfrezer, teman kontributor kantor yang bermukim di kota ini. Aku menunggunya di..... ah, sebenarnya aku paling fasih menentukan arah mata angin, entah kenapa saat itu, aku lepas kendali dan lupa arah mata angin. Titik pertemuan yang aku syaratkan di depan gedung pertemuan, dan memang gedung itu satu-satunya yang berada di sekitar Jam Gadang.
G, Jam Gadang!!!!!!!

Tuesday, February 15, 2011

Relung (Part 7)

Aku hanya bisa mengumpat dalam hati. Gelisah seketika itu juga menyelimutiku. Geram pun merajaiku. Lama jemariku tak berkutik di atas keyboard. Tertegun. Bingung.
Rasa kangen dan sayang itu begitu menyakitkan aku. Tapi rajutan kalimatnya yang menolakku seperti sebuah tamparan keras.
“Bimo”.
Entah dorongan apa yang menguatkanku, meski hanya sebuah kata dari dua huruf saja.
“ya”.
Damn. “Kenapa aku harus membalasnya?” keluhku dalam hati. Tekanan begitu dalam yang aku rasakan saat ini. Semuanya begitu bercampur aduk.
“Apa kabar, Bimo?”
“Hai! Kabarku standar aja”. Jawabku apa adanya.
“Kok standar?”
What the hell???? Gerutuku. Nggak tahu apa, yang udah lo lakukan ke gue? Nggak tahu apa gimana susahnya gue saat ini? Umpatku bertubi-tubi. Pfuih gak ngefek juga. Toh dia gak tau bagaimana ekspresi wajahku menatap layar monitor. Geram. Marah.

Monday, February 14, 2011

#Maninjau - #Bukittinggi, West Sumatra (Part 8)

05:00 Waktu Maninjau. Tubuhku terbangun otomatis oleh jam biologisku. Mata masih sepet. Badan masih terasa remuk. Tapi, secara keseluruhan, tidurku teramat nyenyak.
Ini adalah tidur ke 3, di 3 daerah berbeda. Dan ini adalah hari ke empatku di Sumatra Barat, serta pagi pertama dalam hidupku di Maninjau.
Aku menunggu giliran sajadah yang dipakai ayahnya Vano untuk sholat shubuh. Dan setelahnya, aku buka pintu rumah. Kontan angin shubuh menyeruak masuk ke dalam rumah. Dinginnya nggak bisa ditawar lagi. Angin ini lebih dingin dari air wudhu tadi.
Ku menarik nafas panjang. Segar. Benar-benar segar.
Aku kemudian mengambil tempat di tepian teras, menghadap barat. Melakukan peregangan pada sejumlah bagian tubuh. Sesekali menguap. Kantuk masih tersisah. Tak mungkin ku lanjutkan tidur. Yang ada dipikiranku, hanyalah menikmati suasana pagi di Maninjau.

Sunday, February 13, 2011

Met hari Valentine

Banyak pergulatan terjadi sejak hati ini mengenalmu
Seakan tidak pernah habis dan tak pernah berujung
Terjebak antara logika dan hati
Larut dalam pertentangan hati dan ujian sebuah kesetiaan
Membiarkan hati dan cinta berbagi serta membiarkan kemunafikan ada
Namun nyatanya, apapun itu, sayang ini masih ada
Dan tidak pernah bisa menghapusnya
Karena, aku bukan hanya sekedar ingin menjadi lelakimu
Dan untukku kamu juga bukan hanya sekedar hati yang untuk dimenangkan
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Saturday, February 12, 2011

#Maninjau, West Sumatra (Part 7)

Dengan kecepatan 20 km/ jam, Kijang hitam perlahan menyusuri jalan beraspal di tepian Danau Maninjau. Dengan kecepatan laju seperti itu, seakan waktu berjalan lama, aku seperti berada di dimensi lain. Sepanjang mata memandang, tampak pohon-pohon peneduh berjejer, di sisi dan kanan kiri jalan. Sementara, rumah penduduk, tampak saling berjauhan. Duduk di sisi kiri, memberi keuntungan untukku, Danau Maninjau itu tidak berapa jauh dariku. Aku tak banyak berkata. Warga lokal sangat beruntung miliki Maninjau. G, cantik. Dan perkampungan ini benar mendamaikan! Hey, aku beruntung telah berada di sini.

Wednesday, February 09, 2011

#Maninjau, West Sumatra (Part 6)

Jam 06:00 WIB. Ini hari ke-3 ku di Sumatra Barat. Badan rasanya remuk. Baru nyadar, kalo kemarin itu nggak ada istirahat dalam waktu lama. Terus aja jalan [baca: naik motor]. Hujan pun diterjang. Jadinya, ya, seperti ini nih, tepar akut. Tapi, perjalanan harus berlanjut. Pagi ini, segera menuju Maninjau.
Aku memang benar-benar Blind Traveler. Nggak tahu bus atau angkutan mana yang akan membawaku menuju Maninjau. Untungnya, sejauh ini, perjalananku baik-baik saja. Warga lokal teramat sangat membantu. Pokoknya yang aku tahu, ada mobil travel bernama Tranex Mandiri. Nama PO ini rasanya cukup terkenal. Aku tahu dari beberapa tulisan backpacker yang sempat singgah di Padang. Tapi, aku sendiri nggak tahu posisinya berada di jalan apa. Gubrak.

Tuesday, February 08, 2011

#Padang, West Sumatra (Part 5)

Aku cuma bisa meratapi isi ransel yang lepek. Itu baju yang tersisa untuk sisa perjalananku 3 hari ke depan. Tidak ada satu pun yang bisa diselamatkan. Ada satu dua lembar, itu pun dalam keadaan lembab. Meletakan baju di jemuran di dalam, bukan ide yang bagus, namun, menyimpannya dalam keadaan lembab, juga pilihan yang tidak bagus. Setidaknya, jika dikelantang, maka kena angin dan kering. Berharap.

Sunday, February 06, 2011

#Padang - #Padang Pariaman, West Sumatra (Part 4)

Jujur, kecewa saat tahu, perjalanan jauh ke Bunguis tidak mendapatkan gulai kakap. Gulai jengkol pun tetap membuatku bergeming. Tidak tergoda. Mati rasa. Makan pun hanya sekedarnya. Mungkin, memang perjalanan ini tidak memberkatiku untuk mencicipi makanan khas masing-masing daerah. Apapun itu, lewat. Padahal, sejak pagi tadi, perutku belum pula ku isi nasi, kecuali sate padang di lapangan imam bonjol siang tadi.
Jam 5, mengejar waktu ke Padang Pariaman. Tawaran berikutnya adalah mengunjungi situs syekh Burhanudin, entah apalah itu. Blind Traveler, aku ikut aja. Estimasi waktu 1 jam tiba di lokasi. Dengan kondisi jalan track lurus, maka akan jauh lebih cepat. Itu asumsiku saja. Ternyata, jalan yang ku lewati adalah berbalik 180 derajat.

Saturday, February 05, 2011

#Painan - #Padang, West Sumatra (Part 3)

Lepas makan pagi, aku segera melakukan persiapan terakhir berkemas. Tidak ada bawaan berarti, kecuali pakaian kotor, dan segudang kenangan tentang Painan di hati dan pikiran, serta barang bukti di kamera digital.
10:30 Uda Inang, menghentikan mobil travel menuju Padang. Hanya aku penumpangnya. Berbeda dengan kali pertama menumpang mobil travel saat di bandara, kali ini aku jauh lebih rileks. Sesekali memejamkan mata, namun, lagi-lagi pemandangan Painan - Padang memaksaku untuk terus terjaga. Hanya aku dan 2 penumpang lainnya saat itu. Laju mobil juga tidak terlalu kencang. Jadi, aku benar-benar menikmati perjalanan. Padahal, aku tidak tahu titik balik ke Padang. Beberapa titik ku lupa. Hanya pada saat aku lihat papan penunjuk arah jalan padang painan, baru lah aku paham, jalur yang ku lalui kemarin.

Tuesday, February 01, 2011

Rahasia

Jika menatap cermin, ku pilih tak miliki rawut seperti saat ini
Jika menarik nafas dalam, ku pilih tak rasakan galau ini
Sempurna ku rasakan, betapa ku tak ada daya simpan ini darimu
Cela ku rasakan, betapa ku tak ingin salah di depanmu jika ku jujur
Sungguh ku tak ingin sesali bertemu denganmu
Dan sungguh ku ingin akui kelemahanku
Ku tak pernah mampu jujur
Ku pun tak ingin kau hilang saat jujur menghampiri
Merasakan hangat penerimaanmu
Dan hangat air mata kala ku tulis puisi ini
Aku pernah digauli galau sekian lama
Dan kini ku kalah
Maka ku yakin, ku tak kan lagi melangkah
Cukup pada titik ini
Powered by Blogger.