Tuesday, February 08, 2011

#Padang, West Sumatra (Part 5)

Aku cuma bisa meratapi isi ransel yang lepek. Itu baju yang tersisa untuk sisa perjalananku 3 hari ke depan. Tidak ada satu pun yang bisa diselamatkan. Ada satu dua lembar, itu pun dalam keadaan lembab. Meletakan baju di jemuran di dalam, bukan ide yang bagus, namun, menyimpannya dalam keadaan lembab, juga pilihan yang tidak bagus. Setidaknya, jika dikelantang, maka kena angin dan kering. Berharap.
Di luar masih juga gerimis, tapi Fauzan, masih juga bersemangat untuk ajak aku keliling padang di malam hari. Jam 10:30. Langsung tidur, rasanya pilihan yang paling tepat. Tapi, sayang menolak ajakannya. Tapi, kasihan dia juga, setelah berjam-jam bawa motor. Bukannya aku tidak mau bergantian bawa, tapi karakteristik jalan, dan prilaku orang berkendara di tiap daerah beda. Aku pilih cara aman.
Masih dengan jaket lembab, celana pendek, jam 11 malam, kami menelusuri Padang. Sepi. Mungkin karena sudah jelang tengah malam. Mungkin karena gerimis, atau mungkin seperti ini keadaannya? Aku nggak tahu, karena ini kali pertama aku ke Padang.
Gempa Padang 2009 masih menyisahkan retakan-retakan di sejumlah gedung dan rumah. Bahkan, sepanjang jalan yang kami lalui, ada gedung yang luluh lantah. Oke, so spooky. Aku memang tidak melihat terlalu jelas, namun bukti fisik yang tersisa, sudah cukup bagiku, paham seberapa besar gempa kala itu.
Berdasarkan obrolan tadi siang, malam ini kami menuju jembatan Siti Nurbaya. Menurutnya, jembatan itu akan indah jika dilihat pada malam hari. Berniat ingin membuktikannya, yang membuatku mengiyakan ajakan Fauzan. Oke, jadi jembatan Siti Nurbaya itu ada di tepian dermaga, tempat di mana kapal bersandar menuju mentawai. Tidak ada yang langsung berkesan, saat mendekati kawasan itu. Justru alunan musik khas yang bersahutan, dari sejumlah deretan warung tenda, membuatku merasa berada di Jakarta. Kesan kurang indah, pemandangan dermaga malam itu, ditambah gerimis, membuatku....oke cukup! Sudahi!
Next, sorry to say, Padang malam hari, saat ku berkunjung teramat menyebalkan. Berharap jembatan Siti Nurbaya indah di kala malam, nyatanya, lampu jembatan padam. Meski minus ini itu, tapi, setidaknya aku dapat lihat kehidupan dermaga di malam hari. Dari kejauhan pun, aku lihat permukiman penduduk di lereng bukit, dengan cahaya temaram.
Oke, perjalanan malam itu, kami lanjutkan dengan nongkrong di depan LP. LoL yup. Itu pun baru sadar berada di depannya saat diberi tahu. Bukan tanpa sebab, kami berada di sini, selain karena tujuan kami adalah makan telur penyu. Melihat bentuk wujud telurnya saja aku belum pernah, apalagi memakannya. Yang jelas ini menu serba telur yang ku makan seharian ini, setelah sebelumnya teh taluah.
Ku pikir ada 3 kantong plastik besar telur berukuran bola pingpong, cuma cangkangnya rapuh. Beda banget dengan telur ayam, yang bercangkang keras. Setelah tanya ini itu ke pemilik kios, katanya cukup berkhasiat. Ah, sudahlah, cukup aku tahu itu saja. Dan meski awalnya ku jijik memakannya...wth selalu ada yang pertama, dan.....ku gigit cangkangnya sedikit, dan ku hisap sampai kering isi rongganya. Seperti itu yang Fauzan lakukan. Yiaaaaaaaaak, meski direbus dengan irisan daun jeruk, tapi bau amisnya masih terasa banget. Menurut si pemilik kios, telur penyu ini bisa dibawa dan awer dalam 15 hari. Membawanya pulang? No way, aku ga yakin dengan legalitasnya.
LoL aku baru nyadar, setelah duduk 15 menit, di depanku itu adalah pantaaaaaaaaaaaai G, pantas ga kelihatan, gelap!
Membuang waktu, kami pun bertukar pikiran. Lebih tepatnya sih bukan aku yang bertukar pikiran. Aku ngga tahu kenapa, tapi ini adalah kali kedua orang yang baru aku kenal mau menceritakan hidupnya ke aku. Baru bertemu! Meski awalnya bingung memposisikan diri, tapi, oke, semua lancar terucap, dan ada solusi. Senang bisa berbagi. Sebenarnya, banyak yang ingin aku ceritakan tentang sosok guide ku ini. Intinya sih, aku salut atas kegigihan dia berwirausaha di usia yang masih 25 tahun. Padahal perjalanan usahanya membuat dia berkaca-kaca saat mengurai satu demi satu. Darah minang kental banget, dan jelas jiwa usahanya.
Lepas tengah malam, tidur, besok aku segera ke Bukittinggi. Jam Gadaaaaaaaaang!!!!1
Powered by Telkomsel BlackBerry®

0 komentar:

Powered by Blogger.