Monday, September 26, 2011

#Solotraveller 3rd Day: Mekong Delta - Get More

19/09 Yeaaaaaa bangun kepagian lagi dan disambut dengan kegalauan. Terlalu banyak yang dipikirkan, apa yang bisa aku lakukan. Dan apa yang terjadi di hari ini? Tarik nafas panjang aja dulu. Sebelum akhirnya beranjak untuk sholat. Adem pikiran untuk kemudian lanjut untuk tidur, berusaha untuk tidur tepatnya. Dan bangun sebelum alarm membangunkan aku.
Okey, hari ini jadwal tour berikutnya adalah Mekong Delta Full Day Trip. Terdengar amat sangat menyenangkan? Yeaaaa
Seperti biasa, pagi di kantor TheSinhTourist sudah banyak peserta tour yang datang. Bus sendiri dijadwalkan berangkat jam setengah sembilan. Dan, aku kemudian bertemu dengan Stepensen. Turis asal Malaysia. Nggak tahu nih orang seru sendiri pas liat aku, mungkin senang aja kali yah, ketemu lagi di rombongan tour yang sama. Dia sendiri bersama 3 teman lannya.
Berusaha cari anggota group lainnya untuk diajak ngobrol, aku kemudian merapat ke seorang Jepang, yang kemudian ku ketahui bernama Daisuke, #solotraveller juga.

Tuesday, September 20, 2011

#Solotraveller 2nd days: Cu Chi Tunnel #HoChinMinh

18/09 Lagi, bangun terlalu pagi, padahal semalamnya pun juga ngga tidur lebih awal. Leyeh-leyeh di atas tempat tidur nggak jelas. Baru setengah jam kemudian alarm berbunyi. *tepokjidat
Mungkin akunya yang terlalu antusias dengan perjalanan ini, jadinya pikiran terus menerawang, sementara daya tahan fisik dipaksakan. Ini nggak bagus. *pecut
Ya paling aku mengonsumsi vitamin, juz, dan minum banyak air. Kalau karbohidrat? Mmmmm berharap aku kurusan dalam 11 hari ini, karena fisik dipacu terus. Mahal ya, boooow mau kurus aja kudu jalan-jalan.
7:45 aku sudah berada di kantor TheSinhTourist di De Tham Street, dari tempatku menginap, hanya 5 menit berjalan kaki.
Aku tidak banyak melakukan aktivitas pagi dengan berjalan-jalan, meski hanya di sekitar tempatku tinggal. Nggak banyak pula jadinya, hal-hal yang diabadikan. Sarapan di sini dengan menu yang tidak bisa aku makan, membuat aku pilih yang pasti-pasti saja. Syukurnya, aku masih punya simpanan roti sobek yang aku bawa dari Jakarta, dan sisa roti sobek lainnya. Cukuplah untuk sekedar mengganjal perut, plus menghajar yogurt. Ah, sehat beneur.
Di #HoChiMinh, banyak warga yang sarapan di luar rumah. Umumnya, di pinggir jalan. Berbangku dan bermeja kecil dengan ditemani kopi, atau teh, dan semangkuk Pho. Tergoda memang untuk merasakannya, meski hanya duduk di pinggir jalan. Tapi, ya sudahlah, aku coba cari kenikmatan lainnya dengan cara ku sendiri.

Sunday, September 18, 2011

#Solotraveller 1st Day: Ho Chi Minh - Nervous

17/09 Jam 4 pagi aku sudah beranjak bangun. Ini di luar kebiasaanku. Dan ini sudah terjadi sejak 3 hari lalu. Tapi dini hari itu, rasanya lebih parah. Aku sudah coba lagi pejamkan mata, tapi nggak berhasil. Aku akui memang, aku mengalami yang namanya....nggak tahu deh istilah apa. 'Kata' itu pun baru aku temui beberapa jam kemudian, itu pun dalam usaha untuk tidur yang kembali gagal.
Perjalanan #solotraveller ku kali ini memang teramat menguras pikiran. Galau? Yes tentu. Dan pada saat terbangun itu lah, sempat kepikiran untuk membatalkannya. Atau paling tidak memangkas waktu perjalanan, dari 11 hari menjadi 4 hari saja. Cukup di Saigon, tidak perlu lagi lanjutkan ke Hanoi.
Pikiran-pikiran itu yang terus menggangguku. Namun, sisi pikiranku lainnya berkata, perjalanan ini harus diteruskan. Jadilah perang bathin, dan sukses deh, aku tidak tidur.

Saturday, September 10, 2011

Karena Tak Sepantasnya

jiwa ini tak tenang, saat diam mu mengusikku
dan jika kau butuh waktu
maka biar ku katakan, tak pantas ini kau lakukan
terlebih karena seharusnya kau sadari
kita juga ingin tak ingin tanpa jiwa

tapi, jika kau paksakan diam mu,
maka biar ku katakan, aku tak cukup pintar
pahami kebosanan yang mengharuskan kamu tak tenangi jiwaku
dan karena kelaku mu sungguh tak perlu
karena apapun kamu, namun ku maafkan mu

refrain
Aku tak punya cukup waktu
Yang ku tahu, batas waktu itu berakhir saat ku luluh pada kekalahan
dan ku menyepakatinya

chorus
Sadar, tak pnya cukup kuasa
siasati rasa dan terbuka
Lemah, tak pnya cukup kuat
saat akhirnya tak ada lagi sisa pertahanan

Thursday, September 08, 2011

Doa pagi

Kenapa menjadi bahagia membuat aku begitu mudah menangis?
Aku tak sekalipun meragu ada luka di antara bahagia yang ku rasakan kini, tapi kenapa selalu tersentuh dengan hal-hal sekecil apapun.
Kala terdiam dan menyadari apa yang ku miliki, air mata ini deras mengalir.
Meski terpaksa ku tahan sekalipun, sia-sia.
Aku hingga kini belum dapat jawab akan hal itu.
Yang aku sadari, mungkin Tuhan sentuh aku melalui tangan-tangannya, agar aku melihat dunia dari hati, bukan hanya dari mataku.
Terkesan galau, tapi ku tahu bedanya galau dengan kebahagiaan.
Dan rasanya, aku seperti tak punya banyak waktu banyak. Sedikit apa yang ku punya, maka rasanya ingin berbagi, meski hanya sekedar peluk. Sekedar membuat mereka nyaman, mereka tidak sendiri.
Aaaaaaarg kadang kesel dengan keadaan ini. Endorphine ku seperti berlebihan. Rasanya ingin merubah dunia dengan cara sederhanaku, tapi kalau hanya berujung dengan air mata, malas rasanya. Kenapa bahagia harus keluar air mata?
Mestinya kan, bahagia itu senyum.
Apa aku teramat bahagia?
Apa aku teramat lepas menjalani hidup ini? Berhasil menyiasati semua keadaan menjadi aura positif untuk jalan pikiran dan hatiku, dan aku dengan sukarela, membagi kelebihan aura bahagia itu ke orang lain. Pertanyaan.
Aku tahu ada juga permasalahan hidup yang aku miliki, tapi, itu seperti ku letakkan di relung yang teramat dalam. Dan saat itu muncul, aku pun bisa saja sejenak menangis. Sejenak.
Dan semua terkalahkan, saat ku sadari, aku tidak sendiri di dunia ini.
Ah, kacau.
G, jika memang seperti ini, biarkan aku menjadi berguna untuk mereka yang membutuhkan. Karena, aku pun masih lemah untuk bisa berbagi pada semua orang.
Beri aku kekuatan hati dan berpikir bersih dengan logika yah, agar aku juga kuat membantu, meski hanya dengan tepukan bahu.
adhie's #TselBlackberry®

Wednesday, September 07, 2011

Relung (Part 10)

Plaza Semanggi.
Kalau bukan untuk menghormati undangan Pak Yogi, aku sudah enggan meluluskan keinginan teman-teman untuk makan siang di tempat ini. Dan lebih memilih berada di kantor meski selalu menemukan kebuntuan dalam mencari titik temu dari setiap argumen kami.
Entah, aku sudah malas kalau harus berada di sebuah tempat di mana begitu banyak orang yang datang dengan beragam motivasi yang terkadang nggak jelas. Beragam gaya dan beragam pola tingkah laku. Tapi, di sisi lain, itu lah uniknya sebuah kehidupan. Dan setiap orang pasti memiliki keunikan.
Entah pada pola pikir mana aku berada saat ini.
Cavana? Mmm nggak terlalu suka.
Melewati pos pintu jaga. Sudah nggak peduli, berapa puluh pasang mata yang mengamatiku, tentunya dengan kruk yang aku gunakan.
Aneh, baru lihat yah, orang jalan pakai kruk???
“Bim, napa lo, diem banget?”

Relung (Part 9)

Ku buka pintu taksi. Perlahan berdiri. Tertatih tatih.
Pfuih, masih agak susah dibawa jalan. Ku raih kruk dan kuletakkan di ketiak kananku. Sebentar kemudian taksi sudah beranjak pergi.
Ku berdiri cukup lama di depan pintu lobi. Sebelum akhirnya mbak Retno, resepsionis kantor membukakan pintu untukku.
“Pa kabar, mas Bimo? Dah sembuh, mas?”

Aku sambut uluran tangannya. Tapi...upz

Powered by Blogger.