Sunday, September 18, 2011

#Solotraveller 1st Day: Ho Chi Minh - Nervous

17/09 Jam 4 pagi aku sudah beranjak bangun. Ini di luar kebiasaanku. Dan ini sudah terjadi sejak 3 hari lalu. Tapi dini hari itu, rasanya lebih parah. Aku sudah coba lagi pejamkan mata, tapi nggak berhasil. Aku akui memang, aku mengalami yang namanya....nggak tahu deh istilah apa. 'Kata' itu pun baru aku temui beberapa jam kemudian, itu pun dalam usaha untuk tidur yang kembali gagal.
Perjalanan #solotraveller ku kali ini memang teramat menguras pikiran. Galau? Yes tentu. Dan pada saat terbangun itu lah, sempat kepikiran untuk membatalkannya. Atau paling tidak memangkas waktu perjalanan, dari 11 hari menjadi 4 hari saja. Cukup di Saigon, tidak perlu lagi lanjutkan ke Hanoi.
Pikiran-pikiran itu yang terus menggangguku. Namun, sisi pikiranku lainnya berkata, perjalanan ini harus diteruskan. Jadilah perang bathin, dan sukses deh, aku tidak tidur. Semua pikiran-pikiran pesimis itu, pada akhirnya ku coba untuk menyiasatinya dengan pikiran positif. Cukup lama berpikir, bergulat dalam lamunan, dan pikiran yang tidak menentu. Disuruh untuk tidur lagi pun, aku sudah. Tapi, ya, tidak berhasil untuk pejamkan mata. Dan selama 3 jam selanjutnya, aku hanya tetap berada di tempat tidur, tidak beranjak, dengan pikiran yang....
Homesick!
Kata itu akhirnya muncul. Bukan senyum yang aku keluarkan, justru muka kecut. Tambah sedih. Tambah meragu. Rrrrrrrgh kenapa harus ada 'homesick'? Berangkat pun belum.
Ya ya ya ya, jika ku utarakan ke beberapa teman, maka mereka pun menjawab dengan tertawa. Tapi, aku biarkan mereka tertawa, agar hati dan pikiranku pun terbuka. Ku sengajakan, agar yang ada dihati dan pikiranku, tidak hanya di'bisiki' oleh diriku sendiri. Berhasilkah? Cukup. Selebihnya, aku menata dan mengikis.
Dan selebihnya kemudian aku kembali packing.
Dan jurus selanjutnya, aku sudah berada di Bandara.
Pesawat AirAsiaID ke Ho Chi Minh, take off 16:35. Namun, ada keterlambatan 20 menit. Untuk perjalanan ke #Vietnam, tiket 1 way aku sudah beli sejak februari seharga 170K IDR, murah? Mmmmm
Bahkan, rencana perjalanan ini sudah ku atur, jauh sebelum aku lakukan perjalanan #solotraveller ke Selat Melaka di bulan April.
Awalnya, aku berpikir untuk berada di Ho Chi Minh saja. Tapi, apa ayal, nanggung, pikirku. Aku pun kemudian mengotak atik rute, sekaligus melihat jadwal penerbangan, dan ketersediaan maskapai untuk ke Hanoi. Pilih yang low cos carrier, Tiger Airways dan Jetstar. Dan kemudian memutuskan untuk ke Hanoi 2 bulan jelang keberangkatan. Itu pun, aku yang merasa perlu untuk sesekali intip harga. Kalau sedang promo, dan harganya masuk akal, aku langsung booking. Kebetulan ada pada kisaran 600K idr. Kendala setelah itu adalah tidak adanya direct flight dari Hanoi ke Jakarta. Aku kemudian memilih Tiger Airways ke Singapore dulu seharga 400K idr, baru kemudian AirAsiaID Singapore - Jakarta 600K idr. Jadi, ke Vietnam ini aku kombinasikan berbagai maskapai, sekalian cobain satu persatu fasilitasnya. Dan 11 hari bukanlah waktu yang pendek, itu panjang, dodooooool, dan nekat. Makanya, aku benar-benar merencanakan waktu perjalananku ini, termasuk mengatur cuti. Aku memilih untuk tidak cuti saat lebaran, tapi, kompensasinya aku bisa cuti 7 hari, plus ekstra libur reguler 4 hari, jadinya total 11 hari duaaaaaar.
Jam 8 malam, pesawat landing. Cuma bisa diam saat masuk ke bandara. Sepi beneeeeeeur. Padahal ini bandara international loh. Kalau di parkiran pesawat sih, memang banyak pesawat, tapi kok yah, sepi. Dan lucunya, saat pemeriksaan di imigrasi, nggak perlu nulis ini itu. Bablas. Cuma ngecap stempel aja. Ngakak. Padahal temanku, Tien, sudah mengantisipasi dengan memberikan alamat hotel.
Tien itu temanku waktu kami bersama-sama belajar bahasa Italia di Siena tahun 2004. Jadi, perjalanan ke Vietnam ini, selain liburan, juga untuk ketemu Tien. Dan Tien pun sudah tahu rencanaku ke negaranya sejak Maret 2011. Lama ya, boooow. Dan baru konfirmasi lagi satu bulan sebelumnya.
Tien pula yang jemput aku di Bandara dengan motornya, dan anterin aku ke tour operator, untuk selanjutnya ke hostel, atau disebut room for rent. Nggak tahu deh kenapa istilahnya seperti itu. Dan sejurus selanjutnya adalah cuma aku yang bengong.
Aku bilang ke Tien, kalau aku nginep di tempatnya aja, jadi bisa tahu kebiasaan keluarga Vietnam. Aku berkeras minta itu. Tapi, nyatanya Tien berkeras untuk kasih aku penginapan for free 3 malam. *jleb
Tien bilang, di rumahnya banyak orang plus ada anak kecil, takutnya aku nggak bisa istirahat. Baiklah. Dan tahu selanjutnya, Tien pula yang bayarin aku untuk tour dua hari ke depan. Tidaaaaaaaaaak. Bahkan untuk komunikasi, Tien kasih aku simcard plus pulsa. Ya, Allah, baik banget sih nih, temanku. Semoga rejekinya nambah, yah.
Dan akhirnya aku memahami kepentingan Tien juga membawa aku untuk stay di De Tham Street. Karena dari lokasi ini, aku bisa mudah kemana saja. Akses makan pun mudah, dengan cita rasa beragam. Dan juga di Districk 1, pilihan banyak orang untuk liburan di Vietnam, tepatnya di Ho Chi Minh.
Oke, minggu aku sudah mulai perjalanan tour ke Cu Chi Tunnel, Ho Chi Minh tour a half day, dan kemudian senin, Mekong Delta full day. Those tour cost 453.000 VND atau sekitar 250.000 IDR.
11 malam anyway, aku segera beranjak tidur, berharap besok akan jadi hari yang menyenangkan. Oh yah, untuk ukuran room for rent, fasilitasnya cukup amat sangat lengkap. Kamarku di lantai 3 memang,no lift, tapi dilengkapi tv kabel, free wifi, refrigerator, lemari, kamar mandi di dalam dengan air panas, pluz air conditioner. Mantap!!!
Sent from my BlackBerry® smartphone from Viettel

0 komentar:

Powered by Blogger.