Monday, April 24, 2006

Orang terlanjur mengenalnya sebagai model cover majalah playboy versi spanyol. Satu imej yang besar dalam satu perjalanan karir model seseorang. Tapi tidak begitu bagi seorang Tiara Lestari. Imej itu kemudian justru ingin segera hilang dari perjalanan karirnya sebagai model. Ia pun kembali ke Indonesia dan kembali meniti karir dari awal adalah keputusan yang sulit baginya. Namun, Tiara sadar akan resiko itu. kepenerimaan masyarakat tentangnya sebagai mantan model majalah playboy pun diharapkan lambat laun akan hilang. Revolusi karir seorang Tiara Lestari pun sepertinya terakomodasi lewat ?From Sensual to Elegance?. Sebuah pameran foto dirinya untuk bisa lepas dari imej sebelumnya. Usai menjalani sesi pemotretan selama beberapa hari, maka duapuluh hasil potret fotografer Eyang Kalake pun dipamerkan di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Senayan. Bagi Eyang ada tantangan tersendiri memotret Tiara Lestari. Ia mengaku harus bisa menampilkan Tiara Lestari tetap dalam keadaan seksi, namun masih dalam balutan sejuta benang. Dengan sentuhan gaya Bali modern, pameran foto tersebut berlangsung dari 22 hingga 30 April.

Published @ Showbiz News Metro TV, Thuesday, April 25th, 2006 at 16:30.

Sunday, April 23, 2006

Bentuknya memang minimalis. Besi panjang dibentangkan sepanjang lebar jalan. Kedua ujungnya di letakkan patok yang masing-masing berfungsi sebagai pengunci dan engsel. Bentuknya yang minimalis tetap saja dipertahankan sejak dulu. Kalaupun ada perubahan dan modifikasi, tetap saja tidak menghilangkan ciri khas benda ini. Biasanya benda ini diletakkan di mulut jalan, di depan gang, atau akses masuk dari sebuah jalan, dan pemukiman. Well, sebut saja namanya portal. Bentuknya yang minimalis itu sangat berfungsi dalam mencegah tindak kejahatan pencurian. Sampai-sampai setiap akses jalan masuk selalu diberi portal. Sekedar latah kah para penduduk di pemukiman tersebut. Ngerasa aja, kalau setiap pemukiman yang diberi portal memberikan kesan ekslusif. Kalau pun portal itu bisa bicara, maka yakin dech kalau portal itu ingin bicara, ?siapapun dilarang masuk, kecuali penghuni?. Nah loh!!!??
Portal digunakan sebagai alat keamanan? Oke aja. Tapi, jika kemudian mengurangi mobilitas untuk keluar masuk? Portal jadi mengganggu. Bayangkan saja, jika rumah kita terletak di belakang pemukiman tertentu. Karena satu dan dua alasan, kita pulang malam. Lantaran kita harus pulang malam, maka akses masuk pun jadi terhadang. Coba saja, jika kemudian untuk beraktifitas kita harus menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Maka? Sudah bisa ditebak kan efeknya seperti apa. Siapa yang benar dan siapa sebenarnya yang egois?
Jalan, mestinya digunakan untuk masyarakat banyak. Tidak peduli apakah tinggal atau tidak tinggal di lingkungan tersebut, semua orang berhak melintas. Toh, kalau melihat azaz keadilan, maka penggunaan portal yang tidak pada porsinya, justru memberikan kesan adanya ketidakadilan. Atas dasar apa jalan umum diportal. Sudahlah, tidak perlu kemudian berdalih dengan mengatakan, ?inikan lingkungan perumahan?.
Kalaupun kemudian dengan alasan keamanan portal tetap dipasang, pliz, posisikan seseorang petugas keamanan di lokasi tersebut, agar mobilitas orang banyak tidak terganggu. Gampang, kan?

Saturday, April 22, 2006

Dj'S Tiesto Performance tonight at Carnival Ancol on 24:00
Jakarta menjadi kota ke tiga tujuan konser ?In Search of Sunrise V 2006? DJ Tiesto, setelah Bali dan Jogja. Namun, pertunjukkan di Jogja terpaksa dibatalkan karena alasan cuaca. Dengan dukungan sound system sebesar 200.000 watt dan lighting sebesar 250.000 watt, DJ asal Belanda ini mengguncang penikmat music dance di Pantai Carnival, tanggal 23 April 2006. DJ Tiesto dikenal orang pada dunia musik trance yang mampu membuat kolaborasi dengan house music dan techno, meski akar musik trance yang diusungnya masih tetap menjadi ciri khas DJ yang dinobatkan sebagai DJ nomor satu dunia tiga kali berturut-turut, 2002 sampai 2006 versi DJ Mag. Namun, gelar sebagai orang nomor satu di dunia lantai dansa tidak membuatnya besar kepala. Menurutnya, yang terpenting adalah tetap bermusik dan berkarya menciptakan serta memproduksi musiknya sendiri, Trance. Trance bagi kebanyakan orang dinilai negatif, karena sering diidentikan dengan rave party. Namun, Tiesto menyangkal anggapan tersebut, alasannya adalah meski dia mengusung trance, tapi dia punya gaya sendiri. Pertanyaannya kemudian adalah kenapa ia memilih nama Tiesto? Tiesto adalah bahasa slang dari italia yang ia padukan dengan bahasa setempat, taste, dan nama aslinya Ties, hingga kemudian jadilah nama Tiesto. Nama ini ia pilih karena pada awal tahun 90-an, orang lebih memilih nama panggilan yang fleksibel dan mudah diingat orang. ?In Search of Sunrise V? adalah nama konser dan juga nama album kompilasi miliknya yang ke lima, rilis tahun 2005. Konser ini juga dalam rangka promo tur albumnya tersebut ke negara-negara Asia. Indonesia adalah negara asia pertama dalam rangkaian tournya.

Published @ Showbiz News Metro TV, Thuesday, April 25th, 2006 at 16:30. Exclusive Interview with DJ Tiesto.

Monday, April 17, 2006


Gejala adanya ketidakberesan pada kereta Senja Utama kelas bisnis dengan nomor perjalanan 133, sebenarnya sudah terasa ketika akan langsir dari stasiun Tawang-Semarang. Ini karena, kereta baru jalan enam belas menit kemudian dari jadwal yang sudah ditentukan jam delapan malam.
Pada awalnya keterlambatan ini terjadi lantaran adanya pemeriksaan penumpang oleh sejumlah petugas yang pastinya akan memakan waktu. Lagipula cukup alasan untuk dilakukannya pemeriksaan tersebut, lantaran jumlah penumpang yang turut dalam perjalanan ini cukup banyak. Sebagian terpaksa membeli karcis tanpa tempat duduk. Untungnya aku sudah membeli tiket pulang pergi.. ku lakukan itu karena akhir pekan ini cukup panjang. Prediksinya pasti banyak pula penumpang yang akan balik ke Jakarta pada jam dan hari yang sama.
Ternyata benar. Semua tempat duduk kereta penuh. Penumpang yang tidak mendapatkan tempat duduk terpaksa berusaha senyaman mungkin duduk di sepanjang lorong dengan hanya beralas Koran. Sebagian lagi yang tidak beruntung, memilih duduk di pintu masuk gerbong, bahkan di samping wc. Tempat yang sebenarnya tidak disarankan berada di situ. Enam belas menit kemudian, kereta pun langsir. Tidak seperti ketika perjalanan pergi dari Jakarta, perjalanan kembali ini lebih banyak berhentinya.
Kekesalan pun mulai. Di stasiun Pemalang, lokomotif kereta sudah menunjukkan ketidakberesannya. Cukup lama loko itu berusaha menarik sepuluh gerbong di belakangnya. Tarikan demi tarikan dilakukan, meski kemudian hanya bergerak beberapa meter kemudian berhenti untuk bermenit menit. Dan kembali jalan. Kejadian mogok pun terulang ketika kereta berhenti di stasiun Tegal. Untuk yang sekarang, kekesalan semakin menumpuk. Lamanya kereta menarik gerbong, akhirnya diputuskan untuk mengganti loko. Pfuih. Perlu setengah jam untuk mengganti loko. Sementara hawa gerbong yang semakin panas, membuat sebagian penumpang mengeluh. Empat kipas angin yang berada diatap tidak berfungsi. Padahal kondisi kipas angin itu sudah diadukan kepada petugas. Tapi, petugas itu tidak kembali. Pfuih. Kereta kemudian langsir kembali. Berharap kalau loko kereta tidak bermasalah. DON?T PUSH YOUR LUCK, DUDE!!!!
Jam tiga pagi. Mestinya kereta sudah tiba di stasiun senen. Tapi, kami masih ada di Cirebon dengan masalah baru lagi. Loko pengganti pun bernasib sama. Mogok. Loko pun diganti kembali. Karena tidak ada kepastian kapan akan selesai, sejumlah penumpang pun mulai habis kesabaran. Mereka memilih meneruskan perjalanan mereka dengan menumpang kereta lain menuju Jakarta yang kebetulan singgah di stasiun Cirebon. Tidak peduli jenis kereta dan kelas kereta yang mereka tumpangi kemudian. Bahkan kereta eksekutif Kamandanu pun jadi pilihan mereka.
Halal menurutku mereka lakukan itu. Apapun kemarahan mereka, ku piker layak mereka tumpahkan. Toh, perjalanan mereka terpaksa terhambat bukan lantaran kesalahan mereka. Kalaupn KA marah, apa hak mereka untuk marah kepada penumpang yang ditelantarkan seperti ini. Lagipula apa kompensasi yang KA akan berikan kepada para penumpang? Solusi apa? Toh hanya sekedar ucapan permintaan maaf pun rasanya tidak cukup.
Jam delapan pagi, akhirnya kami sampai juga di stasiun Jatinegara. Dua belas jam perjalanan. Pantas saja, ternyata loko pengganti itu adalah loko untuk kereta ekonomi. Kami harus membayar mahal untuk fasilitas ekonomi. C?est bizarre!!!

Pukul 19:15 kereta senja utama bisnis jurusan Jakarta- semarang lansir dari stasiun senen. Perjalanan yang cukup lancar. Tidak heran jika kemudian delapan jam kemudian, aku pun tiba di stasiun tawang jam 3 pagi. Pfuih, rasa kantuk serasa ingin membunuh ku secara dingin. Posisi tidur yang tidak sempurna pun memaksa ku untuk sebentar-benar meringis sakit. Apa daya. Aku dan mak-ku pun dengan bawaan tidak begitu banyak, keluar dari stasiun. Mmmm udara dini hari kota Semarang. Serasa menghapus kantuk dan lelah kami berdua. Kami pun segera beranjak. Di mulut stasiun sudah banyak supir dan pembawa becak menawarkan jasa. Pemandangan yang tidak pernah tergantikan dari tahun ke tahun. Tapi ada satu yang mengajakku mencari tahu. Taksi-taksi liar dengan argo kuda yang biasa mangkal di lapangan parkir stasiun sudah tak muncul lagi. Bahkan dari keterangan supir taksi yang ku tumpangi untuk menuju rumah bude-ku, mengatakan, kalau taksi liar itu sudah hampir setahun ini tidak lagi beroperasi. Kongsi taksi di kota Semarang banyak dioperasikan dari tiga perusahaan besar, Kosti, Centris, dan Pandu. Yah, cukup aman lah pada akhirnya. Dan setidaknya dengan begitu ku tidak buang uang percuma. Karena biasanya, dengan keadaan terdesak, para supir taksi liar itu berani mengambil ongkos lebih dari biasanya. Buktinya, dengan ongkos resmi, kami hanya mengeluarkan biaya lima belas ribu rupiah untuk sampai di rumah bude-ku di sekitaran Puspanjolo. Padahal dengan taksi liar, mereka berani dengan ongkos duapuluh ribu rupiah. Wex.
Tidak cukup lama kami menghabiskan waktu kami berdua di rumah bude-ku. Biasanya kami hanya tidur sebentar, mandi, sarapan, untuk kemudian berangkat ke desa. Kali ini mak-ku mengajak serta bude-ku. Selain karena kami juag tidak melewatkan waktu lama di desa. Mak-ku juga beranggapan bude-ku sudah lama sekali tidak ke desa. Terakhir mungkin ketika nenek-ku meninggal dunia. Itupun tiga tahun lalu. Jam sembilan pagi kami pun berangkat pergi.
Jujur, aku masih sangat lelah. dan kantukku kian tidak tertahankan. Bayangan rumah peninggalan nenek ada di benakku. Bukan apa. Yang jelas, aku tidak pernah terpikirkan akan sekotor apa debu ada di rumah itu. Maklum saja rumah itu memang tidak ada yang menempati. Bahkan mak-ku sudah menawarkan ke beberapa kerabat di desa untuk silhakan menepati rumah itu dari pada kosong percuma. Mungkin mereka sungkan. Yang jelas, rumah peninggalan nenekku kini, jauh lebih nyaman keadaannya sekarang. Sudah di ubin, dua kamar tidur dan cukup luas untuk ditempati. Tapi sudahlah.
Perjalanan ke desa itupun bermula dari Terminal Terboyo. Dengan bisa tiga perempat, kami pun melanjutkan perjalanan kami. Sudah ku duga sebelumnya, kalau kecepatan bus itu sudah seperti pentium 4. Cepat sekali. Aku yang awalnya ingin menghabiskan perjalanan dua jam itu dengan tidur, terpaksa membelalakkan mata. Bagaimana tidak? Supir itu yang berani menyalip kanan kiri. Bahkan nekat menyalip truk konteiner. Pfuih, keinginan tidurpun pupus. Namun, dengan ongkos per orang enam ribu perak, selama perjalanan kami dapat bonus musik campur sari.
Dua jam perjalan itu pun berakhir di ujung jalan menuju rumah nenek. Seperti biasa, pembantaian. Banyak debu di sana sini. Untuk satu jam ke depan, aku, mak-ku dan bu de-ku pun kerja bakti memnbersihkan rumah. Sementara pekarangan rumah, mak-ku minta tolong salah seorang saudara untuk memotong rumput.
You know what, belum berapa lama kedatangan kami di desa, ada beberapa remaja dan di antaranya adalah saudaraku yang datang ke rumah. Belum juga peluh ini kering, dan belum juga ku basuh wajahku, mereka memintaku untuk menjadi pembawa acara pada acara pembukaan kejuaraan sepka takraw tingkat kabupaten Jepara. Glek. Mimpi apa aku semalam. Tapi, yah sudahlah, mereka telah memintaku, berarti mereka yakin aku bisa. Tapi, tetap saja aku yang tidak habis pikir, kenapa aku? Mak-ku bilang, terima saja. Ya wes, ku lakoni tugas itu.
Sudah zuhur. Makanan sudah datang. Kami tidak perlu memasak. Biasanya memang, ketika mereka tahu kami datang, mereka mengantar makan siang sekedarnya. Semur tahun dan telur serta sebakul nasi. Cukuplah untuk mengganjal perut hingga sore.
Jam dua. Waktunya eksekusi. Sudah ada dikepalaku, berapa orang yang akan datang pada acara pembukaan itu. Bukan gr....mungkin aku jarang ada di desa itu. Kalaupun ku datang ke desa pun tidak dalam waktu yang lama. Jadinya, kehadiranku pun jadi perhatian tersendiri. Salah tingkah iyalah. Tapi, aku kubur kemudian dengan menyapa mereka yang berdekatan denganku, sambil ku membaca keadaan di sekitar. Mencoba ramah dan upz tebar pesona. hehehheheh Wow MC-nya langsung didatangkan dari Jakarta. Tugas itupun selesai tanpa beban.
Selesai itu, aku kemudian berjalan sepanjang jalan desa dan ke tempat favorit tiap kali ke desa, sawah. Aku bisa yang berjam-jam di sawah. Dan biasanya, usai zuhur, meski panas, aku punya kebiasaan untuk turun ke sawah atau sekedar duduk di pematang sawah. Luapkan keluh dan kesal berbagai cerita hidup. Jangan heran kalau sekembalinya aku ke Jakarta, kulitku menghitam. Mereka yang bertani biasanya memanggil aku untuk makan siang bersama. Ngobrol tentang kakek dan nenekku. Orang besar dan dituakan di desa ini. Banyak cerita. Begitupun aku. Wuih, tentram banget. Lepas itu kemudian aku mengunjungi beberapa kerabat. Sementara mak-ku istirahat.

Saturday, April 08, 2006

Malam ini aku beli lingkar pengikat untuk kacu pramuka keponakanku. Pfuih, jadi ingat empat belas tahun lalu ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Jadi berasa older. Lama juga yah. Dan ketika itu juga gambaran tubuh kecilku waktu itu terbayang. Duh, jadi ingat temen-teman ketika SD dulu. Entah di mana mereka saat ini Aku tergabung dalam satu group elang yang beranggotakan sebelas orang. Latihannya tiap sabtu sore usai sekolah. Dan sabtu minggu biasa digunakan untuk kegiatan persami atau perkemahan sabtu minggu [baca: kemping]. Kegiatan persami ini biasa dilakukan di dalam lingkungan sekolah, tapi bisa jadi di luar. Sebulan sekali pergi ke tugu api pancasila, Taman Mini Indonesia Indah untuk melihat gelar senja. Morse, Simaphore, dan beberapa sandi juga aku pelajari. Tapi, sandi morse-lah yang jadi momok untukku menghafal. Susah. Sandi berformasi titik dan garis itu sering buatku jengkel. Posisi tertinggi yang aku pegang waktu itu adalah komandan regu?mmmmhh apa yah istilahnya. Pokoknya akulah yang memimpin semua regu yang ada di sekolahku. Keren kan?

Friday, April 07, 2006


Episode # 171 Topik: Mengukur Kualitas Perkawinan. Barangkali itu merupakan topik terakhir yang aku kerjakan di program talkshow The Breakfast Club. Sudah setahun ini aku mengasuh program itu. Dengan alasan satu dan lain hal, akhirnya aku pindah program. Ilmu yang kudapat pun jauh lebih banyak dan beragam di program ini. Orang-orang yang kuhadapi pun beragam, dari kalangan atas, sampai kalangan bawah. Dari para amatir sampai para profesional di bidangnya. Tiap episode yang kukerjakan, tiap episode pula kupelajari dan kudapati ilmu baru pula. Menarik dan tantangan tiap harinya.
Aku masih ingat kali pertama program ini berjalan. Ritme kerja yang benar-benar rodi. Apalagi ketika awal program mulai, kami harus streaping live everyday, every morning. With different topic each days, different guest each days, and different challenge. Kumaklumi semua itu, karena tidak mudah menemukan soul sebuah program baru, soul dalam kerja sama tim. Dan kami secara perlahan membangun program itu sampai sekarang. Hingga kemudian kami menemukan soul kerja sama tim, ritme kerja, dan karakter program. Sebagai production assistant terbilang pekerjanku all in one. Guest what does it means??? Pfuih, aku bangga jadi satu bagian kerja kreatif itu.

Sunday, April 02, 2006


Namanya Denis ? namanya ku samarkan. Usianya baru saja tiga tahun. Tapi seusianya itu, ia sudah pernah merokok dan minum alkohol. Ia masih memiliki orangtua yang lengkap, hanya saja tidak selengkap kasih sayang yang Denis inginkan ? kalau saja ia sudah bisa ungkap perasaannya. Sudah beberapa hari ini ia di asuh oleh seorang ibu dekat rumahku. Meski ibu itu sudah memiliki tujuh anak, tapi masih juga ia rangkul kehadiran Denis. Perubahan fisik Denis mulai tampak sejak ia ada. Badannya jauh lebih bersih. Gigi susunya semakin memutih. Rambutnya dipotong pendek. Sorot matanya lebih segar dan semakin hari semakin tampak segar dan jauh lebih bahagia. Denis sangat diterima di dalam keluarga ini. Itu terlihat jelas. Sebagai ?anggota keluarga baru? Denis beri arti khusus dalam keluarga ini. Denis dulu yang ada hanyalah seorang bocah yang didiamkan bebas ketika ayahnya bekerja. Denis dulu yang ada hanyalah seorang bocah kecil yang dibiarkan tidur di atas kardus. Bahkan Denis pernah mendapat hadiah sundutan rokok dari sang Ibu kandung. Denis yang dulu bahkan akrab dengan kehidupan anak jalanan. Sebagai ?anggota geng terkecil?, Denis tak diberi kesempatan untuk bertanya apa sebenarnya yang ia mau. Bahkan Denis tidak segan-segan dicekoki minuman beralkohol oleh ?kakak-kakaknya?. Denis pun harus mengamen untuk memenuhi keinginannya makan somay. Berbekal gitar kecil dan gelas minum mineral bekas, ia bernyanyi di kawasan padat lalu lintas. Uang dua ribu perak pun berhasil memenuhi perutnya dengan somay. Denis kini tampak lebih bahagia. Denis kini pun menjerit takut jika ibu kandung ada dihadapnya. Denis kini pun jauh lebih tahu kalau ayahnya jauh lebih sayang dengannya. Hanya saja, ayah Denis tahu yang terbaik untuk si kecil Denis. Bersama ?keluarga? nya sekarang Denis jauh lebih baik.

Kemarin malam, aku sempat OL di yames dengan salah satu teman di Malang. Dia banyak Tanya tentang Siena. Una piccola citta in Italia. Dove habitavo per sei messi. Yang jelas, ia ingin tahu segalanya tentang kota berkode 0577 itu. Seketika saja, aku menyadari kalau persis di tanggal ini, aku baru saja tiba di kota itu. Stress di wajahku masih saja terlihat. Jetlag dan merasa asing dengan keadaan sekitar. Kebahagiaan dan kehangatan rumah tiba-tiba saja hilang. Dalam pikirku yang ada hanya misery berkepanjangan. Maklum saja, questo era la prima volta ero lontano dalla casa. Bahkan untuk tidur pun tidak ada guling. Tapi berjalannya hari, hanya kegembiraan yang ada. Kebebasan? Tidak juga. Anggur, bir, daging babi, tidak pernah ku sentuh, meski kesempatan selalu ada. Aku survive di sana dengan lingkungan yang nyaman dan teman-teman yang bersahabat. Bahkan seorang teman berkata kalau ia tidak akan mau berteman denganku jika ia tahu aku minum alkohol. Lo sa che sono musulmano. Alisher?.sei bravo!!! Senyum mereka buatku betah berlama-lama ngobrol. Budaya mereka tidak berpengaruh dengan adat timurku. Bahkan mereka tertarik dengan culture yang aku punya. Khatam al-qur?an pun ku lakukan di sana. Dua juzz tiap malam. Yasin kubaca tiap malam jum?at. Intinya, hidupku lebih teratur di sana. Aku bertanggung jawab atas kenyamanan dan ketenangan batinku. Komunikasi Siena ? Jakarta, tetap terjaga. E-mail hampir tiap hari ku kirim, Surat ku tulis sebulan sekali. Telpon kulakukan seminggu sekali. Aku tidak merasa kehilangan keluargaku di sana. Bahkan kalau ku mau, tiap email yang kukirim bisa kujadikan sebuah novel. Semua nyata akan aku dan kebiasaanku, dan bagaimana aku kemudian bertahan hidup dengan caraku. Cukup tiga minggu ku biarkan air mata ini mengalir, karena realitis aja, pada awalnya semua membawa kepedihan. Kepedihan bukan karena luka. Tapi, tiga minggu selanjutnya, tidak ada yang bisa kulakukan selain coba jalani hidup. Berbenah diri. Mendewasakan diri. Banyak cara bisa dilakukan. Nikmati saja yang ada. Well, dude, I think you are already knew what you have to do next. Try to survive. ?Coz everybody do. Ci sono le cose che devi fare. Ma non ci sono i tempi solo a pensare. Vai!!!
Powered by Blogger.