Sunday, May 29, 2011

#Solotraveller 3rd Day: Penang - C'est Grave

30/04/11 Jam 7 pagi aku sudah siap dengan tas ransel. Menarik nafas panjang, dan 'oke, this is it, my next destination #Penang". Penang sebenarnya bukanlah tujuan akhirku. Karena menjawab tantangan seorang teman, kemudian memperhitungkan jarak yang ngga terlalu jauh dari #Melaka, aku kemudian mengiyakan. Mengiyakan dalam waktu kurang dari 2 minggu. Alhasil kasak-kusuk. Ubah rute, riset lagi, dan hunting tiket. *tepokjidat.
Namun, baiklah, sepertinya ke #Penang, akan melengkapi wisata kota tua ku di pesisir Melaka ini.
Karena sudah tak ada lagi yang aku lakukan di kamar, aku putuskan untuk ceck out.
Dan tidak perlu bangunin si penjaga hostel. Katanya, kalo mau ceck-out, kunci kamarnya cukup di lempar ke dalam saja. Baiklah. *pring
Gerimis, maaaaaak!
Tapi, tetep seneng melangkah di bawah terpaan gerimis seperti ini. Apalagi dgn ransel yang menggunung. Untung pake rain coat. Jangan sampai deh, kejadian isi ransel basah kehujanan di Padang terulang lagi.
Shelter bus ada di bagian belakang RS Mahkota Medical Centre, yang letaknya persis seberang jalan Mall Merdeka Parade. Sepi, hanya ada beberapa calon penumpang. Kalau dari wajahnya, sih, aku bisa ngenalin, mereka asal Indonesia. Dan betuuuuuuul.
Pada awalnya, aku senang bertemu dengan mereka. Tapi, entah yah, rasa rasanya, mereka seperti menjaga jarak, dan berupaya untuk tidak mau kenal, bahkan sekedar basa basi sekalipun. Kejadian ini juga aku alami saat berada di Singapura. Semoga, yang mengalami kejadian dicuekin itu hanya aku saja. Karena aku juga pada akhirnya, yaaaaa terserah sih.
Apa karena penampilanku? Nggak juga. Tampilan backpacker sederhana yang juga masih asik diliat kok. Mungkin mereka yah, yang bermasalah, bukan aku. Karena sejurus kemudian, aku ngobrol dengan seorang bapak yang pamer kekayaan dan bisnisnya. *keplak
Aaaaaaaargh, kalau mau dibandingin, percuma juga sih. Tetep maunya sederhana saja di depan orang-orang, tanpa perlu menjelaskan siapa aku, begitu pun apa profesiku.
Bus Transnasional terlambat dari jadwal. Dengan estimasi perjalanan 2 jam ke Kualalumpur, mestinya aku akan tiba jam 10-an di KLIA, karena pesawatku ke Penang take off jam 12:15. Oke, masih banyak waktu sih, tapi tetap sajalah ada rasa khawatirnya. Untungnya, aku sudah memangkas waktu ceck-in pesawat dengan fasilitas web ceck-in Air Asia, seminggu sebelum berangkat #solotraveller. Rasa khawatir telat pun berkurang. Halah. Ugh
Jika bus dari Johor Bahru terkesan nyaman, maka bus Transnasional ini, juga nyamaaaaaan banget. Aku dapat kursi single, paling pojok, dengan posisi naik, dekat jendela pula. Widiiiiiiiih. Bonusssssss
Padahal sejumlah penumpang sudah menunggu sejak pagi.
Dan ini adalah perhentian pertama, karena bus kemudian melaju menuju Melaka Sentral untuk mengangkut penumpang lainnya. Suasana tiba-tiba beda. Gaduh. Coba untuk rileks and santai. Sesantai 2 jam ke depan, saat bus, melaju mulus di atas aspal tol di Malaysia. Cute. Kalem banget perjalanan ke KL. Like this trip.
Karena naik Air Asia yang tergolong low cost carrier, maka aku turun di LCCT, yup, T-nya itu terminal. Sementara LCC-nya dah gw jelasin di kalimat sebelumnya.
Waktu naik Tigerairways juga, landing and take off nya di Budget Terminal. Ya gitu deh, yang penting sampai and low cost gitu.
Kalem, dan kepercayaan diri sudah di level 8. Sudah nyaman dengan suasana baru. Cuek dengan kesendirian perjalanan ini. Masih menikmati apapun yangh dilihat dan dirasakan. Ini sungguh gila.
Flight ke Penang, kurang dari satu jam. Tinggal nyebrang aja sih memang. Awalnya, bahkan aku kepikiran untuk naik bus aja, meski resikonya akan laaaaaaama. Cermat hitung waktu dan bajet serta beban fisik, aku memutuskan untuk terbang saja. Pokoknya, kalo pindah satu kota ke kota lain, lebih dari 6 jam, aku pilih pesawat. Dan tak akan berpikir mahal, jika selesih tarif tidak jauh, plus, bonus waktu tempuh lebih pendek.
TouchDown @ Penang International Airport. Masih dalam rehab. Berantakan. Cuek. Rrrrrrrg bingung. Yang penting keluar aja dulu dari Bandara and cari bus ke pusat kota.
Ada satu bus yang memang tersedia dari Bandara ke pusat kota, sebut saja Komtar, dan cuma ada satu trayek bus, dengan frekuensi kedatangan yang nggak perlu harus nunggu lama. Perjalanan dari Bandara ke Komtar, dengan Rapid Penang kurang lebih 30-an menit. Jangan anggap lama yah, coz, perjalanan ke pusat kota ini bisa dikatakan cukup menyenangkan, karena sekaligus bisa merasakan Penang lebih awal.
Turun di Komtar, selanjutnya? Kalau aku tidak segera menyiasati kelelahan dan perjalanan tanpa arah menuju hostel, mungkin aku sudah gila. Aku nggak tahu arah mata angin, dan kemana arah menuju Chilua Street, lokasi hostel ku berada, Day and Night Guesthouse. Oke, aku sudah memegang peta memang, tapi, jika arah mata angin saja tidak diketahui, bagaimana aku bisa menuju guesthouse. Hey, aku sudah teramat lapar pula ketika itu, ditambah dengan kelelahan.
Lagi, untungnya aku segera menyiasati pikiran aku, agar aku juga tidak lelah hati. Makanya, meski kesasar, dan tanya sana sini, aku tetap menikmatinya, travel shot sambil foto-foto, karena belum tentu aku akan melewati jalan yang sama ke esokan harinya. Betul, kan?
Dan seperti menemukan harta karun, ketika Chilua Street ada di depan mataku. Yihaaaaaaaa. Ugh, ternyata, Komtar dan jalan ini, kalau ditarik garis lurus, tidaklah harus mutar-mutar. *tepokjidat
Untunglah, proses selanjutnya menemukan hostel, bukanlah pekerjaan yang meletihkan. Berbelok ke arah kiri, mencari Seven Eleven, dan got it. Yup, posisinya memang berhadapan dengan minimarket itu. Alhamdulillah.
Lebih beruntung lagi, pengelolanya baik banget dan super ramah. Kami sempat ngobrol pada saat ceck-in. Dia tahu banyak tentang Indonesia terutama kejayaan Indonesia di Bulutangkis, dulu. Bahkan dia tahu banyak pula tentang taipan-taipan Indonesia di jamannya hingga sekarang. Satu komentar yang aku masih ingat hingga sekarang adalah, "Indonesia saat ini bulu tangkisnya parah. Lebih maju pada saat Rudi Hartono". Aku yang mendengarnya langsung tiba-tiba kalem.
Proses administrasi selesai, aku pun menanyakan transportasi di Penang. Tanpa aku duga, bapak paru baya itu mengeluarkan peta kota Penang, dan menunjukkan, bahkan mencatat bus yang melintas di depan hostel ini. He is nice. Adem dah batinku kalau ketemu dengan orang-orang baik saat diri sedang susah. Meski hanya senyum kecil pun cukup berarti.
Saat itu aku menanyakan arah tujuan ke Pantai Batu Feringghi. Kenapa pantai? Entah.
Aku drop saat lihat kondisi kamar yang di luar harapan ku. Cuma narik nafas dalam-daaaaaalam, dan yang kepikiran pada saat itu adalah segera keluar kamar dan mencari hiburan dengan berjalan-jalan.
Yup, memang amat tidak masuk akal, ke pantai sore-sore. Karena untuk mencapai tujuan saja, itu perlu waktu. Tapi, yang ada dipikiranku, harus keluar, segera setelah meletakkan barang-barang.
Baru saja aku merasa senang, jiwa ini kemudian dibanting lagi, keras-keras.
Maunya menjerit. Sedih. Aku nggak perlu lah, mendeskripsikan bagaimana kondisi kamar aku, plus kondisi lantai bawah yang dijadikan bar.
Tapi, ya sudah, aku nggak mau larut bete. Lagi-lagi, aku menyiasati pikiranku dengan mengatakan, ke Penang bukan untuk tidur, tapi untuk jalan-jalan. Dan kalau nggak mau lama-lama di kamar, yah, habiskan waktu berlama-lama di luar. Balik ke hostel, hanya untuk tidur, dan charge handphone, i-pod, n kamera digital. Selebihnya, biar kota dengan caranya sendiri menghibur aku.
Powered by Telkomsel Blackberry®

0 komentar:

Powered by Blogger.