Sunday, May 29, 2011

#Solotraveller 2nd Day Melaka - Touchdown Yup

28/04/11 Jam 13 aku tiba di Melaka setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam setengah. Dari Larkin ke Melaka langsung bablas tol, keluar tol kemudian 30 menit menuju terminal sentral, dan 30 menit ekstra mencapai pusat kota Melaka.
Christ Church, bangunan yang dulu hanya bisa aku lihat dari tayangan tivi, namun sekarang bangunan berwarna merah itu, tepat berada di depanku. Akhirnya. Alhamdulillah.
Pekerjaan selanjutnya adalah mencari alamat guesthouse Crazy Backpacker di jalan PM 2. Bingung. Meski aku sudah tanya belasan kali ke supir untuk minta diturunkan di lokasi terdekat, tetap saja...lost! Aku juga tanya sejumlah penumpang, tapi mustahil mereka beri info yang jelas. Mereka tidak bisa bahasa Inggris, pun Melayu. Mereka turis, sama halnya seperti aku. Walhasil, 45 menit berikutnya aku menyusuri jalan besar protokol ke arah selatan (akhirnya kutahu arah) menuju pusat perdagangan, kalo ga salah namanya Pahlawan Plaza. Besar, teramat besar, dengan junction ke pusat belanja di seberangnya. Hebat euy. Tapi, kaki tetap bergeming untuk fokus cari alamat. Belasan kali ku tanya warga lokal dengan jawaban sekenanya, hingga kemudian ku berhenti di sebuah warung tidak jauh dari perempatan jalan. Penjual mie itu, keluar dari tokonya, mengarahkan tangannya ke arah tujuanku. Intinya, dari titik ini aku berada, aku harus berjalan melewati 2 pusat perbelanjaan, dan PM2 tepat berada di depan Menara Taming Sari, yang notabenenya tak jauh dari lokasi aku diturunkan oleh bus tadi. *gubrak
Ya Allah, aku cuma mau segera letakkan ransel trus tidur sejenak. Aku dah beneran lelah. Mau nangis gimana? Gila apa?
Oke, aku sudah berada tepat di depan menara Tamin Sari. Sisi kiri ku adalah ruko. Dan aku kembali bertanya-tanya, di manakah PM 2, GuestHouse Crazy Backpacker? Jawaban mereka membuatku seperti melakukan tawaf. Putar-putar dan kembali ke titik awal. Tersesat di lokasi ruko. Oke!!! Sampai aku kemudian marah pada diri sendiri, ngapain sih gw lakuin ini semua????
Cukup lama aku terduduk diam, tepat di anak tangga, sebelum akhirnya, seseorang memberi tahu lokasi guesthouse ku.
Guesthouse itu memang berada tepat di depan Taming Sari, menghadap bahkan. Dan Guesthouse itu di luar bayanganku. Ruko yang dimodifikasi menjadi tempat penginapan. Stres!!! Dan untuk ke dalamnya, harus menekan bel, karena pintu pagar itu selalu dalam kondisi terkunci.
Tidak berapa lama, pria yang aku perkirakan berdarah India itu turun, dan tersenyum, sambil menyebut namaku.
Yup, aku menggunakan jasa online, Agoda.com untuk tinggal selama di Melaka 3 hari 2 malam dengan biaya 55 RM untuk single room, fan, n shared bathroom. Semua beres. Sebenarnya ini kali pertama aku melakukan reservasi via internet untuk urusan traveling. N ternyata memudahkan ku.
Aku kemudian diantar ke kamar, terletak di lantai 2. Diam, tanpa banyak kata. Hanya sekat-sekat.
Lapaaaaaaar!!!!!
Sempat makan siang memang di Melaka Sentral dengan nasi lemak, tapi perjalanan berikutnya, menguras kalori teramat banyak, hingga lapar kembali menyerang. Teringat, ruko di belakang guesthouse, rumah makan Padang. Yihaaaaaaa
Ya ya ya ya, kenapa jauh-jauh ke Melaka, cuma makan nasi Padang? Well, bukan cuma makanannya sih yang aku cari, tapi lebih ke suasana. Setidaknya, meredahkan emosi dengan ngobrol bersama pemilik warung, yang memang asal Bukittinggi.
Apa yang aku liat saat ini adalah benar-benar aku berada di komunitasku. Ibaratnya, oase di tengah gurun pasir. Halah. Eits, tapi beneran, rasanya damai banget bisa ngobrol dengan ibu pemilik warung makan beserta suaminya. Dan aku yang mudah membuat cair keadaan, langsung tercipta keakraban. Hey, ini keajaiban. Di saat kondisi batin beneran drop akibat kelelahan fisik dan mental, aku dipertemukan kembali dengan orang baik. Masih ingat, kan, dengan Asril? Random friend dari Melaka? Nah, kondisinya seperti itulah.
Oke, sekarang, banyak tumpukan piring, dan deretan lauk pauk khas padang. Dan yang paling membuat aku kaget adalah....wow, G, ada jengkol, dengan dua olahan masakan. Masing-masing direndang dan di balado. Kalau yang direndang itu, potongan jengkolnya besar, nah yang dibalado, dipotong kecil-kecil. Kepikiran sih untuk menghajar keduanya, tapi kepikiran lagi, bagaimana riwayatnya, kalau aku mau pee, repotlah. Singkat kata, diskip lah tuh menu. Dan langsung mengambil nasi, yang ternyata, nasi bisa diambil bebas, semaunya. Awalnya pelayan melayaniku, karena ketidaktahuanku, dan pelayan itu langsung ambil nasi dengan porsi super banyak. Well, helooooow, tampang ku memang kelaparan banget apa? 5 MYR cukup murahlah untuk sekali makan, dah termasuk rendang. Yamiiiiie
Kelar makan, aku kemudian kembali ke kamar, janji akan makan kembali di warung itu. Lol
Sesuai jadwal yang aku buat, begitu tiba di Melaka, aku melipir ke kawasan kota tua, terutama Christ Churh dan bangunan-bangunan lain di sekitarnya. Pegal banget sih, tapi harus taat jadwal. Lagipula dengan sisa waktu 4 jam jelang sore, aku masih bisa melakukan city tour yang bisa menggemukan betisku. Widiiiih capek, tapi puas.
Meski aku #solotraveller, nggak berarti aku minus foto diri. Berbekal tripod mini yang aku bawa dari Jakarta, tiap sudut kota tua Melaka, ku jelajahi seorang diri. Timer pada kamera Canon pun teramat membantuku, hey, minus orang lain untuk ku mintai tolong, sekedar mengambil gambar. Mandiri.
Yah, nggak sekali dua kali sih, para turis melihat tingkah ku yang cukup atraktif, dan asyik sendiri motret. Pasang tripod, pasang timer, lari cepat-cepat dan kemudia bergaya. Kalau dirasa kurang pas, aku kemudian mengulang- dan mengulangnya lagi, sampai dapat pose yang paling pas dan oke ehem.
Sebenarnya ada permasalah mendasar setelah 2 hari dalam perjalanan ini. Masalah komunikasi. Huh, mahal euy kalau aku harus terus berlangganan dengan provider yang aku pakai dari Indonesia. Berputar otak, untuk terus tetap irit, walau bagaimanapun, meski ketersediaan uang mencukupi, aku tetap perhitungan dengan pengeluaran, terutama komunikasi. Oleh sebab itu, usai melakukan perjalanan pendek di kota tua, aku melipir ke sisi kanan hostelku, yaitu kawasan kota modernnya Melaka, di mana terdapat beberapa pusat perbelanjaan, bahkan keduanya berhadapan.
Kalau aku hitung-hitung sih, ada 3. Gila yah? Dua di antara pusat perbelanjaan itu bahkan terhubung dengan jembatan.
Sebagai warga yang berpengalaman masuk pusat perbelanjaan, rasanya sudah tidak canggung lagi lah, meski berada di pusat perbelanjaan di luar negeri. Suasananya, kalau aku bisa katakan, bahkan nggak jauh beda kok. Counter handphone, gerai makanan, baju, parfum, bahkan, baju-baju kelas menengah dengan harga terjangkau juga tersedia. Tapi, tujuanku sekarang justru adalah mencari sim card untuk bekal hidup 4 hari ke depan.
Setelah banyak bertanya sana-sini, memang aku menjatuhkan pilihanku. Sudahlah nggak mau ribet. Tapi kemudian aku diribetkan dengan, bagaimana mengaktifkannya? Stress lah aku. Tukang handphone ini bilang, tidak jauh dari lokasi berjualannya ada gerai yang akan membantuku mengaktifkan simcard itu. Tapi, sesampainya di lokasi tujuan, mereka mengatakan tidak bisa membantuku WTF. Selanjutnya, mereka menyarankanku untuk pergi ke gerai khusus, dan itu lokasinya di seberang pusat perbelanjaan ini.
Cuapeknya, tapi karena butuh, dan beneran perlu, aku paksakan untuk jalan kaki lagi. Ke meja informasi dan mereka kemudian mengarahkanku ke lantai 2. Entah, apa yang ada dibenakku, aku juga langsung menanyakan, apakah di pusat perbelanjaan ini ada cineplex? Nyatanya ada. Tersenyum lebarlah aku di tengah derita pegal kaki dan urat.
Butuh waktu untuk mengaktifkan layanan simcard itu, ah sudahlah, nggak perlu cerewet. Nikmatin aja prosesnya. Dan saat simcard aktif, berbahagialah aku yang teramat sangat.
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam. Aku segera balik ke hostel, tapi, aku sempatkan untuk makan lagi, dan kemudian beli minum beberapa botol untuk persediaan di kamar.
Beruntung, untuk aktivitasi internet, aku nggak melulu mengandalkan provider lokal, karena hostelku pun, menyediakan jaringan wifi. Alhamdulillah.
Powered by Telkomsel®

0 komentar:

Powered by Blogger.