Friday, December 31, 2010

Mati

Ada satu hal yang terus memaksaku mengais relung dalam rongga tubuhku. Entah masih adakah tersisa sabar, sementara ku tak pernah minta ditambah atas sabar yang kian surut.
Mungkin, aku memang sudah tak ingin lagi, bukan pula atas hendakku. Aku beringsut dari kepahitan dalam menghitung waktu. Merapatkan harapan akan sebuah janji yang telah terucap.
Dan saat kusadari, ku tak lagi bebas buang sabar, ku hanya mampu kais yang tersisah.
Dan entah, masih adakah.
Sementara ku tak lagi bernafas lega dengan himpitan ruang yang lama ku damaikan. Berontak dalam keterbatasan.
Ku lelah digadaikan dengan janji.
Ku lelah seakan terus mengemis untuk hakku.
Ku lelah gunakan topeng kemunafikan
Aku lelah
Dan ku tak ingin maafkan dengan airmata yang jatuh atas sisi hidup yang bukan ku hendaki. Penantian dalam menanti hak.
Ku sadar hakku, bukan pula milikmu.
Tapi, kau gadaikan dalam taruhan sabar ku yang tak lagi tersisa.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sunday, December 26, 2010

Gunung Padang (Part 1)

Jumat malam, jelang wiken. Gw n teman2, seperti biasa sudah mulai tidak merasa nyaman jika belum nemu ide, akan kemana wiken ini? Dan jam 9 malam, kami pun memutuskan untuk ke Bandung. Komentar gw datar saat dengar kata 'Bandung'. Meragu. Karena, mereka mau untuk segera berangkat ke esokan paginya. Sementara gw? *pfuih absen les bahasa lagi nih
Well, akhirnya, gw menyetujui rencana ke Bandung. Tapi, gw mengajukan syarat, tidak naik bus, tidak naik mobil pribadi, tapi naik kereta. Plus ekstra perjalanan ke Cianjur, tepatnya ke Gunung Padang. Alasannya karena gw ingin melihat pemandangan dan menikmati rute lain menuju Bandung. No more Cipularang. Karena mereka menginginkan gw ikut, jadi persyaratan pun dipenuhi. Ehehehehe

Friday, October 29, 2010

Relung (Part 6)

Berkali-kali ku coba buka mata ini. Berat rasanya. Entah sekarang jam berapa. Yang aku tahu, cahaya matahari begitu kuat menerobos masuk lewat sela daun jendela kamarku. Ku lirik jam di dinding. Jam 1 siang. Pfuih, 12 jam lebih aku tidur.
Aku tidak segera beranjak. Masih terkapar dalam kantukku.
Aku tarik selimut kembali menutupi seluruh tubuh.
Argh, bangun!!!!
Ku duduk di tepian tempat tidur. Beranjak menuju jendela kamar dan membukanya lebar-lebar. Panas euy, keluhku. AC ku matikan.
Musik turn on. Gen Fm. Sindentosca – Kepompong. Medium beat. Ini yang aku ingin dengar saat ini.
Perlahan aku menuju dapur. Berhati-hati dengan langkahku.

Saturday, April 10, 2010

Relung (Part 5)

Ku hanya terdiam. Ku pejamkan mata serapat yang aku bisa. Tak ingin rasanya membaca jika ku tahu harapan yang ku miliku terpatahkan begitu saja.
Sendiri. Itu yang aku rasa kini.
Rasa itu memang bermain di antara kita dan mengalir begitu saja. Meski aku, kamu sudah mengetahui hati ini telah dimiliki siapa. Dan aku sudah jelas tahu kamu telah dimiliki. Tapi, rasa yang terlarang itu mengalir juga. Perasaan suka, mengagumi, sayang, dan tidak ingin ditinggalkan pun terjadi.
Aku pernah tahu ketika kamu menangis karena takut ku meninggalkanmu. Ku pernah mendapat marahmu tatkala aku mengatakan pergi tanpa sepengetahuanmu.

Friday, March 19, 2010

Ijs kopi soesoe Indotjina (baca: es kopi susu Indocine)

Ngopi? Yah ke kopitiam lah. Kopitiam berarti kedai kopi. Dalam dialek Hokkian, kedai kopi disebut ka fe tien. Nah, ada tempat ngopi yg dapat saya rekomendasikan, yaitu Kopitiam Oey, yg berlokasi di jalan Sabang. Karena kedai kopi, maka berpuas-puaslah mencoba kopi beragam jenis, baik lokal n internasional. Mulailah dengan kopi tubruk, kopi saring. Atau jika ingin, cobalah kopi taloea boekittinggi, kopi saring dengan campuran telor kocok ayam kampung mentah. Jangan tanya bagaimana rasanya. Bagi yg mencoba cita rasa kopi dari negara lain, silahkan berpetualang ke Itali. Dari negara ini, Kopitiam Oey, menyajikan Italian Black Coffe dan es kopi Sisiliana, tidak ketinggalan, cappuccino. Next,

Monday, March 15, 2010

Green Zone

Ternyata masih ada film perang yah. Apalagi yang mengangkat perang Irak ke dalam film. Namun, mengangkat latar belakang terjadinya perang Irak? Wow wow wow wait...Oke, 19 Maret 2003 saat Baghdad jatuh. Green Zone adalah film yang mengisahkan tentang penyelidikan pemicu terjadinya perang Irak di era Saddam Hussein. Nah, ada dugaan di Irak tersimpan beberapa senjata pemusnah masal yang berada di sebuah tempat tersembunyi di negeri tersebut. Namun, cerita di balik keberadaan senjata pemusnah massal ini justru menimbulkan faksi di antara CIA dan Pentagon. Dalam film berdurasi 115 menit, garapan Paul Greengrass ini terlihat jelas, bahwa perang di Irak, bukanlah semata-mata perang antara AS dan Irak untuk meruntuhkan tirani Saddam Hussein, melainkan 'perang kepentingan' antara CIA dan Pentagon. Keduanya berusaha mencari 'nama' dalam memecahkan kasus ini. Chief Warrant Officer Roy Miller (Matt Damon), pun harus menguji keyakinan, dimana dia harus berdiri, CIA atau Pentagon. Jelas sekali dominasi AS di film ini. Seolah-olah hidup warga Irak ada di tangan AS dengan skenario-skenarionya. Kesannya justru perang Irak jadi side story saja.Tapi, dominasi itu dipatahkan oleh seorang warga Irak. Who is he?

Saturday, March 13, 2010

The Blind Side

The Blind Side berdasar pada kisah nyata seorang pemuda yang (awalnya) terabaikan dari keluarga, lingkungan, bahkan sekolah sekalipun. Adalah Michael Oher (Quinton Aaron), sosok remaja Afro Amerika yang bertubuh besar dan menjadi sosok sentral film yang digarap penulis sekaligus sutradara John Lee Hancock. Michael dengan tubuh besarnya kerap dipanggil Big Mike. Selintas orang yang baru mengenalnya, akan mendapat kesan Big Mike adalah sosok yang lamban, dan lemah berpikir. Tapi, dirinya ternyata memiliki bakat yang luar biasa dalam olahraga. Toh, kelambatan dalam berpikirnya pun pada akhirnya tidak terbukti. Kenapa? Jadi berpikir sendiri, mungkin saja Big Mike terkesan lemot, karena dipengaruhi kehidupan keluarga yang suram saat kecil [baca: minder].

Tuesday, March 09, 2010

Traffico

Pasar Minggu - Kedoya, 24 Km/ 24 menit. Pfuih. Setidaknya itu yang diinformasikan google maps. Yeah rite *mencibir. Nyatanya tidak seperti itu. Entah itung itungan dari manakah google maps. Yang jelas, butuh waktu 45 - 1 jam untuk mencapai jarak sejauh itu, yah memang dengan rata-rata kecepatan 60 km/ jam. Waktu selama itu masih bisa nego kok, lantaran, waktu tempuh itu bisa dicapai dalam waktu 24 menit. Pfuih catat yah, di pagi hari pukul 05:30 waktu keberangkatan. Itu sudah waktu yang maksimal loh berangkat dari rumah. Lewat dari itu?

Friday, March 05, 2010

Hurt Locker

Film berlatar belakang perang Irak ini menceritakan kisah heroik para penjinak bom AS di kota Baghdad tahun 2004. Jadi, sampai di kalimat pertama ini, lupakan saja akan adanya adegan pertempuran yang melibatkan alat perang canggih. Karena memang, film garapan sutradara Kathryn Bigelow ini lebih fokus pada upaya penjinak bom melakukan tugasnya. Mereka dikenal dengan pasukan Army Explosive Ordnance Disposal (EOD). Tugasnya, menyisir area yang akan dilewati tentara Amerika untuk mencari ranjau yang kemungkinan ditanam oleh tentara Irak.  Itu saja sih. Tapi, gak sesederhana itu pula menyaksikan film berdurasi lebih dari 2 jam ini (130 menit).

Tuesday, March 02, 2010

Relung (Part 4)

Baru aku mau klik email itu. Dan...
"Hai, Bro!”
Dion tiba-tiba sudah di depan pintu kamar yang memang terbuka sejak tadi.
Aku urungkan membaca email. Kecewa. Penasaran. Tertunda dech.
Sign out ASAP.
“Elu. Kaget gue. Kok gue gak denger suara mobil lo?”
Nggak penting aku menoleh ke arah suara itu. Sudah akrab terdengar suara baritonnya. Cuma agak sulit menyembunyikan kekecewaanku coz aku harus mengurungkan niat membaca email. But, Dion dah di rumahku. Smile!!!!
“Yah mana mungkin lo denger, kalo lo pasang musik sekenceng itu. Lagipula mana tega kalo lo yang bukain pintu. Pintu juga gak dikunci tuh. Kenapa juga muka lo? Cemberut gitu?”
Udah mulai cerewetnya.
“Gak apa-apa. Boring gue!”, jawabku sekenanya.
Ternyata Mbok ina lupa mengunci pintu. Aku tidak beranjak dari kursiku.
Shut down.

Motocycletta

'Besok motor datang', seru nyokap kala itu. Aku yang tak terlalu berminat mengendarai motor, menganggap hanya gurauan. Lantaran karena wacana beli motor sudah seringkali diomongin. Dan tahukah? Senin sore di bulan April, motor itu sudah ada di ruang tamu. Gubrak. Ok, enough, gw ga bisa bawa motor, Mak! Ah, sudahlah, semua sudah tersaji, hajar saja.
Sejak saat itu, aku belum memulai petualangan menjajah jalan Jakarta dengan motor. Busway, ojek, masih menjadi andalan yang mengantar ku kemanapun ku mau. Ibaratnya, simple, aku tinggal bayar, dan kemudian aku bisa tidur sepanjang perjalanan. Tapi ini tak bisa dibiarkan begitu saja. Motor itu bukan properti yang menghias ruang tamu. Teronggok tak bernilai begitu saja. Halah. Ya sudah. Aku pun berusaha keras untuk terbiasa. Alhasil, tense headache mendera ku. Seminggu penuh aku fisioterapi.

Sunday, February 21, 2010

Nine

Guido Contini, sutradara film, berkejaran dengan waktu pembuatan film terbarunya. Namun, ide tidak berpihak padanya. Sementara, ia juga harus berhadapan dengan wanita-wanita dalam hidupnya, istri dan selingkuhannya. Konfliknya memang terkesan biasa. Jika tidak mau dibilang pasaran. Tapi, sosok Daniel Day-Lewis, Marion Cotillard, Nicole Kidman, Penelope Cruz, Judi Dench, Sophia Loren, bisa menjadi alasan untuk tetap terus nonton film garapan Rob Marshall ini. Alasan lainnya karena film ini adalah drama musikal. Semua peran dipastikan ambil bagian untuk lebih dari sekedar akting. Penelope Cruz! Aaaaarg! Kate Hudson!

Thursday, February 18, 2010

Menyeruput Sekoteng @ Kemiri Pejaten Village

Kesan megah pusat perbelanjaan di bilangan pejaten, pasar minggu ini, ternyata menyimpan nostalgia akan masa lalu. Deretan tiap kedai makanan franchise di tiap lantai, rasanya tak cukup puas menikmati sajian ala western. Cobalah bernostalgia dengan menyeruput sekoteng, sambil mendengarkan sayup sayup lagu tempo dulu. Atau jika itu belum cukup, cicipi mie jawa, tongseng kambing, dan es goyang sekalipun.
Saya sengaja memilih tempat duduk yang punya pandangan luas, sampil menyeruput sekoteng. Jadi, selain perut terisi, mata juga dapat belanja nuansa kampung. Baiknya sih, sebelum memutuskan ingin menyantap menu yang ada, Anda berjalan-jalan saja di area resto yang cukup luas ini.

Relung (Part 3)

Dah sepuluh hari. Terasa banget jenuhnya berada di rumah sakit. Sendiri pula. Tanpa pacar. "Damn! Thanx Rio, lo dah ingetin gue untuk mencari seorang pacar. Tapi lo gak tau kalo kondisi gue sekarang ini, karena dalam perjuangan mencari pacar", umpatku sekesal-kesalnya.
Time to go home now. Dokter Laksmi meminta ku untuk terus kontrol dan melakukan fisioterapi. Ya ya ya ya ya.
Syukurnya, patah tulang ku tidak begitu parah, tapi harus nunggu tiga minggu untuk lepas gips. Lecet di lengan ku pun, sudah mengering. Memar di badan pun sudah berangsur membaik. Cidera di kepala saja yang masih harus rutin di cek. Pfuih, jadi penyakitan gini. Antibiotik, vitamin, dan .... obat tidur....lagi????
Dengan kondisi seperti ini, mustahil aku bisa kembali ke kantor. Jadi, sementara ini tugas kantor bisa aku lakukan di rumahku.

Monday, February 15, 2010

Puluhan Pendonor Darah Ramaikan 'Bloody Valentine'

Minggu, 14 Februari 2010 | 16:00 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Suasana guyub terlihat di ruang donor darah Palang Merah Indonesia Jakarta Pusat, Ahad (14/2) sore. Belasan calon pendonor darah di ruang itu, tampak saling berkenalan dan bertukar informasi, meski sebenarnya mereka berasal dari komunitas yang sama: situs kaskus.us.

"Kami baru kopi darat sekaligus charity (beramal) di PMI," kata Eva, salah satu anggota Kaskus Indonesian Traveller (KIT), salah satu grup yang terbentuk dari situs komunitas tersebut.

'Bloody Valentine' adalah nama acara donor darah bersama di PMI dalam rangka Valentine atau hari kasih sayang. Penggagas kegiatan ini bukan KIT, melainkan sebuah komunitas pengguna layanan internet sebuah operator seluler. "Kegiatan ini sudah dua kali kami lakukan," kata Adi Pamungkas, ketua komunitas tersebut.

Wednesday, February 10, 2010

Mumet

Rasanya ingin meledak saja kepala ini. Ibarat harddisk komputer, kepala ini sudah penuh,

Sunday, February 07, 2010

Relung (Part 2)

“Hi, Bim!”
“Hi, Bim!”
“Apa kabar, Bro?”
Mendadak suasana pecah dengan suara yang aku kenal akrab. Masih dalam keadaan mata terpejam, aku coba mengenali suara itu satu persatu. Anti, Dina, dan Rio. Teman kantorku. Aku berusaha membuka mataku yang begitu lekat. Efek obat tidur yang aku minum siang tadi, ternyata masih kuat efeknya.
“Hai, guyz!” sapaku setengah berbisik.
“Aduh, sorry, Bim, dah ganggu waktu istirahat lo!” ujar Anti seraya mendekat. Dina dan Rio mengekor di belakang dan kemudian mengelilingiku.
“Gak apa-apa, kok, aku seneng ketemu kalian!” jawabku.
“Mudah-mudahan, sih, kehadiran kami, gak ganggu kamu. Nih, ada buket bunga dari temen-temen kantor. Mereka juga titip salam untuk kamu. Kangen tuh!”

Saturday, February 06, 2010

Relung (The Series)

Sudah seminggu sejak aku bulat dengan keputusan itu. Tapi menjelang satu minggu ini, aku merasa jengah dengan semuanya. Apa salahku? Kenapa jujur dengan perasaan juga kemudian harus dipersalahkan. Dan kini setelah sempat ku ungkap rasa itu, keadaan kemudian tidak menjadi lebih baik. Sms yang tak terbalas, ku pikir sibuk lah. Atau dia memang perlu waktu. Yah, waktu. Aku ingin menelponnya, tidak hanya sms. Aku ingin benar-benar menghubunginya. Ada apa? Haruskah ku menghubunginya atau dia memang perlu waktu untuk menyendiri. Menghubunginya akan menjawab semua pertanyaan itu.
Kriiiing...kriiing
Cukup sekali saja aku menghubunginya.
Aku bersandar pada kursi kerjaku. Meregangkan otot kaki dan tanganku. Menghela nafas panjang. Pejamkan mata. Ah sudahlah. Pikirku dalam hati. Sudah saatnya memang. Dia ingin benar-benar pergi. Dan tidak ingin lagi di ganggu oleh bajingan seperti ku.
Powered by Blogger.