Tuesday, March 02, 2010

Motocycletta

'Besok motor datang', seru nyokap kala itu. Aku yang tak terlalu berminat mengendarai motor, menganggap hanya gurauan. Lantaran karena wacana beli motor sudah seringkali diomongin. Dan tahukah? Senin sore di bulan April, motor itu sudah ada di ruang tamu. Gubrak. Ok, enough, gw ga bisa bawa motor, Mak! Ah, sudahlah, semua sudah tersaji, hajar saja.
Sejak saat itu, aku belum memulai petualangan menjajah jalan Jakarta dengan motor. Busway, ojek, masih menjadi andalan yang mengantar ku kemanapun ku mau. Ibaratnya, simple, aku tinggal bayar, dan kemudian aku bisa tidur sepanjang perjalanan. Tapi ini tak bisa dibiarkan begitu saja. Motor itu bukan properti yang menghias ruang tamu. Teronggok tak bernilai begitu saja. Halah. Ya sudah. Aku pun berusaha keras untuk terbiasa. Alhasil, tense headache mendera ku. Seminggu penuh aku fisioterapi.
God. Karena belum terbiasa? atau? Gak bisa protes. Fisioterapi aku jalani seminggu penuh. Pulang kantor menuju rumah sakit. Tetep, bawa motor. Terapi ultrasound atau apalah. Kapok? ya iyalah. Mengganggu sekali tenseheadache itu. Selain terapi, aku juga harus nelan obat penghilang rasa sakit. Selang beberapa lama, aku pun biar kan motor itu, (kembali) teronggok di ruang tamu. Gak pernah dipanasin mesinnya. Bensin full tank, untuk 2 minggu. Motor hanya aku gunakan untuk jarak yang dekat, misalnya untuk potong rambut, ke supermarket, dan nonton di Pejaten Village. Jauh dibayanganku untuk menjelajah Pasar Minggu - Kedoya. Ups, dah mau setahun nih. Maaf yah, pak Polisi, saya masih lugu di jalanan, hehehehe hanya itu yang kukatakan saat tilang pertamaku di bulan februari wkwkwkwkwkwk 14/02/10 @ Semanggi. Well, coba terbiasa saja, santai. Alhamdulillah, kini, sebelum pergi jauh ke kantor, aku mulai melakukan peregangan di sekitar kepala dan bahu. Anehnya, hingga kini, kerap saat nyampe di kantor, "Dhie, lo bawa motor? Sejak kapan? Well heloooooooooooooo

0 komentar:

Powered by Blogger.