Friday, February 24, 2006

Apa lagi yang bisa kuucapkan ketika hatimu kemudian meragu. Apa upayaku jika kemudian kamu menampik tiap kata yang terucap dan kembali meragu. ragu dengan keadaan yang kamu punya. meratap hari dengan hanya menatap putaran matahari dari hari ke hari. bernafas dalam ruang yang sama. berdiri di atas pijakan kaki yang sama dari hari ke hari. Jika memang ada sisi kosong untuk bisa ku tempati maka ku ingin aku ada di situ. Jika memang ada sesak yang memaksa, maka ku ingin aku bantu legakan hatimu. Tapi apakah kamu mengijinkan ku masuk dalam relung duka dan susahmu? Ku tidak ingin paksakan keinginanku jika memang kamu tidak ingin. Tapi tidak adil rasanya. Meski memang ku akui ada salahku di situ jika pada akhirnya kamu menolakku dan tak ingin rebahkan sulitmu dalam rongga ini. Maafkan jika kemudian kamu melihat aku tidak sempurna untukmu kini. Tapi, bukankah kamu juga tidak sesempurna yang kamu pikir. Jadi..... ku hanya ingin kamu bisa melihat kalau kondisimu tidak seburuk yang kamu pikir. Masih akan ada orang yang peduli denganmu. Kalau bukan aku, mungkin sahabat yang selama ini ada. Aku tidak punya misi apapun. Kebetulan aku datang dan ada. Coba bersikap jujur saja dengan perasaan yang kamu punya. itu mungkin lebih baik.

Thursday, February 16, 2006


Love you

Wednesday, February 15, 2006

Ketika hidup dimulai terlalu pagi. Meski sadar tidak pernah mencoba tertidur. Takut akan kegelapan dan kesendirian.

Tuesday, February 14, 2006


Apa yang aku dengar malam ini dari mu, entah apa bisa ku serap dalam-dalam tiap kata yang kamu ucap. Tapi yang jelas, aku masih bisa memiliki hati dan perasaan yang bisa menyerap secara dalam tiap ungkapan hati kamu. Meski aku tidak dalam posisi dan keadaan kamu tapi aku dapat mengerti kamu dan mengasihi kamu. Karena kamu telah buat aku mengerti akan yang ada di benakmu. Dan ini kemudian menjadi serius. Bukan hanya bagi kamu, tapi juga serius bagi kita.

Aku nggak ingin kamu sedih, meski kesedihan kamu tidak bisa dihindarkan. Aku ingin kamu tahu kalau aku ada. Tapi jangan katakan kalau aku hadir di dalam kehidupanmu di saat yang tepat. Saat di mana kamu membutuhkan seseorang. Jangan katakan itu padaku. Dan jangan pula kamu anggap aku ada sebagai jawab atas doamu. Karena aku bukanlah siapa-siapa. Aku hanyalah akunya kamu. Dan entah apa yang ada dibenakmu malam ini. Tentang aku, kamu, keluargamu, dan kita. Yang jelas, aku hanya ingin kita baik-baik saja. Terutama kamu. Tuhan punya rahasia untukmu di depan. Kamu sabar, yah!


Aku tidak bisa beri kamu sesuatu untuk bisa kamu kenang di hari ini. Bahkan tidak pernah terlintas dibenakku untuk persembahkan sesuatu padamu di hari ini. Namun, ku tak ingin paksa dirimu untuk mengerti makna semua ini. Ada sesuatu yang jauh lebih berharga dari apa yang sudah kita jalani dalam rentang waktu yang tidak lama itu. Sebulan ini. Ku ingin kamu memaknai itu semua. Bukan hanya karena hari ini saja. Tapi, karena kita maka hari ini ada. Ku ingin kamu temani hatiku.

Monday, February 06, 2006

Kalau bisa memilih maka ku tak ingin kebenaran itu ada.
Mungkin percuma saja bila kemudian kembali ku ungkap.

Meski juga tidak akan berguna menumbuhkan luka lama itu.

Meski bagi ku itu hanya sekedar masa lalu.
Nyatanya tetap saja ku merasa menjadi manusia bodoh.
Kenapa harus?
Ini buatku bukan satu hal yang harus dihindari
Tapi harus dihadapi, dilawan, dan direlakan

Kalau bisa memilih maka ku tak ingin kebenaran itu ada.

Thursday, February 02, 2006

Kadang aku tidak mengerti dengan pola pikir diriku sendiri. Mungkin itu bisa jadi keunikan dari apa yang ada dalam diriku selama ini. Siapapun mungkin pernah jatuh dan merasa berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dalam hidup. Aku pun pernah mengalaminya. Bahkan perasaan di dalam diri ini saja pernah merasa terbuang dan terlempar jauh dari benakku. Aku tidak pernah mencoba untuk menyimpan pikiran jahat. Apalagi pada orang yang aku sayangi. Tapi nyatanya? Bahkan aku takut untuk menerima kebenaran yang ada sekarang ini. Pahit. Tapi itu harus ku telan. Meski pada akhirnya aku merasa, apa yang telah kuberi padanya selama kami bersama hanya kamuflase perasaan dia yang kini tidak akan pernah lagi kupercaya. Ia pernah menangis, meratapkan diriku. Tapi perasaanku jauh lebih keluh dan gontai. Aku hanya ingin yang terbaik untuk diriku kini. Selama itupula, semuanya untuknya. Tapi sudahlah!
Jujur ini buatku takut untuk kembali gagal. Tapi jujur pula kalau aku semakin berhati hati kini. Aku tulus dan coba memberi yang terbaik. Tapi jangan pernah menyentuh perasaanku yang paling dalam. Apalagi untuk menyakiti aku.

Powered by Blogger.