Monday, October 09, 2006

akhirnya pergi juga, baru kemarin ketemu dan ....

Tuesday, August 08, 2006

Ini liputan luar kota ke dua ku setelah Palembang awal juli kemarin. Jogjakarta. Sudah lebih dari tujuh tahunan sejak kali terakhir aku ke sana ketika masa smu dulu. Pfuih dah lama sekali. Berarti ini kali ketiga aku ke jogja. Selang lama waktu aku smp, aku pun pernah ke sana dengan rombongan teman-teman smp. Dan sekarang, aku di sini dalam rangka tugasku sebagai seorang reporter. Seneng banget. Ada liputan Jogja ~ Netpac Asian Film Festival di kota gudeg ini.
Pesawat Batavia Air yang dijadwalkan berangkat pukul dua, ternyata baru bisa take-off jam 2:45 sore. Meski tidak merubah rencana dan jadwal liputan di sana, tapi setidaknya ini berimbas dengan jadwal istirahat setelah sampainya di sana. Apa yang ada dibenakku terbukti. Penerbangan limapuluh menit itu membawaku ke bandara adisucipto. Sebagai bandara internasional yang ku lihat hanya kesederhanaan saja. Landasan pacu yang tidak begitu panjang, buat aku khawatir dengan waktu landing nantinya. Tapi cukuplah penerbangan tadi membawa mataku menghapus langit jogja. Dan dari atas jogja aku masih bisa melihat sisa-sisa gempa.
Aku disambut panitia yang kemudian menghantarku ke hotel selama aku tugas. Lima belas menit perjalanan ke depan, supir menjelaskan sisa sisa gempa yang membekas sepanjang kanan kiri jalan. Bahkan retakan gempa masih saja tampak, meski usai gempa pemerintah kota sudah melapisi jalan yang retak itu dengan lapisan aspal. Tapi tetap saja, aku membayangkan kejadian itu pada 27 mei lalu.
Harmony Inn, nama hotel itu. Tapi, fisik bangunan tidak menunjukkan ini adalah sebuah hotel. Losmen mungkin lebih tepat. Lokasinya dekat dengan pusat penginapan turis. Tapi, sumpah aku lupa nama jalan tersebut. Tak banyak waktu yang aku punya untuk bisa mengingatnya.
Usai meletakkan tas yang baru saja ku beli beberapa hari sebelum keberangkatan, aku mandi. Pfuih segar banget. Tak banyak nafas yang ku hela di hotel ini, aku pun berangkat ke Ambarukmo Plaza, venue tempat berlangsungnya festival tersebut.
Sebenarnya, selain liputan, aku memiliki agenda lain untuk bertemu dengan dua orang temanku. Meski ada beberapa temanku yang tinggal di jogja, namun karena keterbatasan waktu, aku hanya menghubungi mereka berdua. Dan, meski begitu aku harus focus dengan liputanku kali ini.
Cesar café n Pub nama tempat itu dijadikan tempat berlangsungnya press conference. Banyak sekali teman-teman media yang datang. Kebetulan aku juga ditemani dengan salah satu teman reporter dari biro jogja. Wex?laper. Baru nyadar kalo perut ini sudah sejak pagi tadi belum terisi kembali.
Malamnya aku menyaksikan pembukaan festival dengan pemutaran perdana OPERA JAWA. Aku suka film tersebut. Suka sekali bahkan. Bercerita tentang kehidupan rumah tangga sepasang suami istri yang pada akhirnya harus menemukan perbenturan dengan masalah rumah tangga pada umumnya. Uniknya, sepanjang film ini, dialog antar pemeran, semuanya dilagukan, bahkan ditarikan. Ini yang membuat aku jatuh cinta pada film ini. Dan aku termasuk orang yang beruntung, karena film ini hanya diputar di Indonesia setelah festival berikutnya di wina, Austria, dan itu November akhir tahun ini.
Jadwal yang padat akhirnya membuatku baru bisa bertemu dengan sahabatku lewat tengah malam. Syukurnya, sahabatku mau berbaik hati dengan berkendara motor singgah di penginapanku. Tidak bisa kebayang bagaimana senangnya aku bertemu dengan sahabatku ini. Sadar kalau sudah terlalu larut malam, pembicaraan kami pun dihentikan pukul tiga pagi. Berarti hanya dua jam kami ngobrol.
Beruntung aku masih bisa bertemu dengannya di tengah jadwal liputanku. Karena ada satu teman smu yang pada akhirnya tidak dapat bertemu. Padahal, kalau dipaksakan, meski hanya beberapa menit saja, kami masih bisa bertemu. Karena pada jam yang bersamaan, kami sudah berada di dalam kampus UGM, namun beda gedung.
Hari ke dua di jogja, tak banyak yang aku lakukan. Hanya melengkapi kekurangan liputan hari sebelumnya. Setelahnya, keliling kota jogja menunggu penerbangan ke Jakarta jam lima sore. Nyaris aku gunakan waktu yang sempit itu untuk melihat kota ini. Satu hal yang wajib adalah oleh-oleh. Baju batik, bakpia patok, dan aku membelikan satu buah lonceng untuk sayangku. Buatku, grafir nama di atas lempengan besi yang kupautkan pada id card-ku. Malioboro itu.

Friday, July 28, 2006

Kamu jaga diri kamu untuk aku, dan aku akan jaga diri aku untuk kamu

Sunday, July 23, 2006

Dengerin radio SK hampir tengah malam ini sambil menulis untuk update blog. Dengerin lagu-lagu era 90-an, ?over and over again? dan beberapa lagu setelahnya di era yang sama. Cool! Seperti menemukan masa hilang dan telahlama aku tidak melakukan ini. Cukup lama. Bahkan aku memikirkan atas diriku, kemana aku selama ini? Mengngungkun diri. Yup.
Sebelum ini, aku habiskan berjam-jam ngobrol dengan teman-teman crew TV ku. Kebetulan ada acara makan siang. Acara ulang tahun teman. Hanya beberapa oramg yang diundang. Makan banyak. Nasi kuning, opor ayam, ikan gabus asin, cumi asin. Wex, it?s full! Kenyang banget. Tapi ada satu hal lebih yang kudapat dari pertemuan itu. Kami banyak ngobrol, banyak hal. Dan itu bisa melepas penatku. Tak ada lagi rahasia diri. Meski ada satu hal yang memang ingin tetap ku jaga cerita itu. Senang banget. Makan, minum soft drink, nge-teh, ngopi?..n smoking! Ngobrol berjam-jam. Seneng banget.
Satu sloki vodka tengah hari ini aku teguk dengan blok-blok kecil es batu di antaranya. Pfuih...hangat langsung terasa bergulir ke arah kerongkongan. Wex! Satu botol vodka itu sudah empat tahun ada di rumah. Selama itu pula tidak pernah disentuh. Dibiarkan berdebu. Botol vodka itu adalah pemberian teman-teman asal Rusia ketika mereka berkunjung ke Jakarta. Sisa kenangan selama tiga minggu bersama. Hang out ke Cafe, berenang di Anyer, tidur di Hilton, capek selama pertunjukkan, dan nangis bersama ketika detik-detik perpisahan di bandara. Hari ini...ya hari ini kurang lebih empat tahun lalu.

Sunday, July 16, 2006

Hard times flowing and my eyes couldn?t see stars shining
My heart couldn?t feel the beauty of the rising sun
And I?m lost like a bottle that floats in the sea for ever
Will somebody pick up my hope?
Will somebody try?
Will I realize?
?cause it?s broken broken
Something got broken like stolen
Stolen, like if it was stolen
And hurting, hurting
I have been hurting and now
Only time will tell
Time will heal
Just pieces of truth that I chose to keep
No matter if now they are gone
No matter if I am alone
Still I can get back on my feet and walk on
As I know there was something to learn
I know there will always be more worth moving on for
I?d love to be one of those colorful early summer days
When everybody is happy that you came
Everybody smiles back at you as soon as your eyes cross their eyes
But something has to happen first
I know winter has to come before it blossoms

Saturday, July 15, 2006

For quite a long time did not meet one of the friends.
Two years. The first time we've met and finally met in Jiffest 2004, his worked for Jiffest, now I worked for the Centre of Italian Culture for the translation of the film. Io non ho Paura, I remembered the film. Because of watching time in Siena.
Plaza Senayan, yup. And after that, we did not meet again. And, disappeared just like that. To finally, he called me, after a half last year. The plan to have drunk coffee for a long time. Only did not find exact time. Till in the long run, today. Wuh, greated really discussions. Work, Campus, Film, Organisation, through to Personal.
Menstalk? Yes, will not be free. But, greated! Only the naive question that necessarily might not be asked. "You're thin, unlike in fs right?" Wex!!! Hey, dude, thnx a lot ye!!!

Friday, July 14, 2006

"Fear? What is there to fear in love? Love is the very reason we live. To fear love is to lose all sense of living, And if we cannot love, then why have we been put here? Fearing love is like being afraid of breathing. It's not something to be scared of. It's something so natural that no one can resist."

Monday, July 10, 2006

Jalan Jakarta pagi ini lumayan bersahabat. Awal yang baik untuk memulai hari. Dan awal yang baik pula menyambut kemenangan Italia atas Prancis dini hari tadi dalam final piala dunia 2006 di Jerman. Dalam pertandingan yang di mulai pukul satu dini hari waktu Indonesia atau kurang lebih pukul 8 malam waktu Jerman, sejak awal permainan, pola kedua tim tampak sangat menegangkan. Tujuh menit pertama, gawang Italia jebol lewat tendangan finalti yang dieksekusi Zinadine Zidane. Italia menyamakan kedudukan lewat sundulan kepala Marco Materrazi pada menit ke-19 yang memanfaatkan operan tendangan pojok yang dilakukan Andrea Pirlo. Tendangan penalti pemain bertahan Fabio Grosso memastikan Italia merebut gelar juara dunia setelah lewat drama adu penalti menundukkan Perancis 5-3 (1-1) pada pertandingan final Piala Dunia 2006 di stadion Olimpiade Berlin Minggu (Senin dinihari WIB). Pada adu penalti, lima algojo tim Azzuri tersebut berhasil memasukkan bola. Mereka adalah Andrea Pirlo, Marco Materrazi, Daniele de Rossi, Alessandro del Piero, dan terakhir Fabio Grosso. Kegagalan pemain depan Perancis David Trezeguet menyarangkan bola ke gawang Italia yang dijaga Gianluigi Buffon, membuat Italia merebut gelar juara dunia untuk keempat kalinya setelah 1934, 1938, dan 1982. Selain ityu, serasa melengkapi kemenangan tim Azzuri, Pemain Italia Gianluigi Buffon dinyatakan sebagai Penjaga Gawang Terbaik FIFA pada Piala Dunia 2006. FORZA ITALIA!!!!!

Wednesday, July 05, 2006

671242 Kekuatan sang alam tak pernah hentinya memutarkan bumi, dan dengan kekuatan rindu dan sayangku, takkan ku hentikan dengan semampu tulus jiwaku untukmu. I lov u
67254 Lelapmu dendangkan nyanyian tidur yang intonasi indah dan berpitch control yang bersenada. Aku mendengarkan dengan bijak diketenghanghau mamaku. Mimpi indah
671206 Malam tiba, kau letih. Pagi datang, kau melangkah. Aku berlari dari sepi. Aku benci dengan waktu?! Dia bukan DEWA , tapi berkuasa. Membungkus smua rasa dijiwa
57938 Air mata yang menetes membasahi resah jiwa yang tak berheming. Sesak terdengar nafasmu di anggunnya pagi. Aku hanya diam menatapmu melangkah untuk cinta. Ilu
57702 Telah kusambut pagi dan malam meninggalkanku. Ku pandangi tinginya awan, mampukah aku menggapianya? Kupastikan tak ada lara. Namun, kamu ada apa? Adakah salahku?
47542 Tebing bumi smakin merapuh terkikis oleh tanganku sendiri, manusia. Laju bumi smakin berat berarah karna berat beton pemancang hutan di kotaku hanya untuk egoku
471035 Baringan tubuhku tersajak mata dunia, hanyutkan para detik laluku untuk menjumpai sang indah, kamu. Lintasan bayangmu takjubkan tanyaku, inikah cinta, rindu? ku

Saturday, July 01, 2006

langit palembang

Monday, June 19, 2006

Satu batang rokok ternyata nggak cukup menghapus gamangku di sore menjelang malam ini. Bahkan dua batang rokok, tak juga mampu hapus gelisahku. Secangkir kopi kental pun tak mampu bertarung hapus rasa sepiku. Entah, yang tiba-tiba aku merasa asing pada kehidupanku. Gelisah yang tak beralasan. Ku sudah berusaha keras hapus kesendirianku malam ini. Nul. Dan kini, ketika lelah berpikirku, mata ku pun sulit untuk ku pejam. Beberapa butir yang ku telan, tak mampu juga buatku pergi. Yang ada hanya terus terjaga hingga lewat tengah malam ini. Malam ini aku gamang dengan diriku. Entah ketakutan apa yang ku simpan di sepanjang perjalanan ini. Yang tiba-tiba saja, sesuatu yang tidak beralasan justru bisa menggangu pikiranku. Kehidupan masa lalu itu yang buat aku berpikir untuk bisa belajar. Tapi, ketakutan itu yang buat aku semakin oleng, berpikir di mana aku bisa berdiri. Dan tidak bisa belajar, bahkan bercermin. Mencoba berdiri di atas keyakinanku akan kesetiaan.
Pernah, di ujung keputusasaanku, ku coba lepas nyawa ini dari ragaku. Pernah pula di ujung bimbangku, ku ingin segera menyambut ajal. Dan aku pun kemudian pernah mengatakan, kalau aku tidak sepengecut itu menghadapi kepahitan yang pernah ada. Kepahitan yang buat aku jera dengan keyakinan yang aku punya. Kebodohan yang aku punya. Ku pernah merasakan berada dalam ruang tanpa bisa aku lihat diriku. Gelap dan sendiri, tak mudah bernafas. Sesak dengan himpitan yang ada. Bahkan tak ada sedikit ruang tersisa untuk ku bernafas. Jujur, bahkan ku takut akan diriku hingga kini.

Saturday, June 17, 2006

Lettere dalla mia amica
O Dio Mio..!!!!
Finalmente, posso trovarti qui nel FS :p
hehehe..
Sono curiosa chi ti ha chiesto di fare un profilo nel FS :D
Qualunche sia, l'ho ringraziato, ah ah ah !!
Ok ok ok.. Adesso, parliamo un po' di te..
Un po'? Non credo, cck cck.. No, no..
A.D.H.I.E
un ragazzo con la grande sensibilita'
grande curiosita'
grande opportunita'
(anche) grande famiglia??? :p
c'ha sempre tante cose da racontare
da discutare
da chiedere
(anche) da confrontare..
La mia speranza per te e' di poter imparare
dalle cose nella tua vita chi sono gia passate..
Non per disgraziare
Non per stare male
Non per esser deluso
oppure
Non per aver sempre la tristezza
Ma per ringraziare
Per stare bene
Per esser contento, soddisfatto
oppure
Per aver sempre la joia
...
Ti stringo fortemente
Un'amica tua
...

Sunday, June 11, 2006

"Datanglah rindu, biarkanku berbaring dipelukkanmu. Dan, usaplah letihku. Rasakan resahku, akan hidup. Karena hanya engkaulah yang sanggup meredakan aku. Dapatkah engkau selalu menjagaku? Bila ku lelah biarkan aku bersandar. Jangan biarkan aku terjebak dalam labirin yang pekat dan hitam. Aku takut luka"

Friday, June 09, 2006

270506...sebuah awal hari t'lah dirangkai indah. Tautan hati t'lah disatukan. Mencoba menyelaraskan seutuhnya rasa di hati. "love is nothing without honest". I'm always say that. Hitam -putih, selalu aka nada di dalam kehidupan... dan begitu adanya untaian hidup di antara manusia mencoba memahami...bagaikan pasang air laut di tepian pantai...laksana langit yang berlapis adanya...begitulah indahnya hidup yang penuh dengan cinta. Bentangan samudra...tak kan ubahnya diriku adanya...meresap sebentuk rindu t'lah terukir di dalam jiwaku keajaiban dihati ini...semoga bukan sekedar kata. Makna untaian balasan dari cinta... bukan hanya pertautan hati...bukan hasrat luapan jiwa... jika akhir itu harus datang..ku pinta akhiri ini semua dengan indah...kau bawa cerita ini...resapi...renungi...tangisku. Lara...senyum akan menjadi rapuh. Namun t'lah terlarut dalam keheningan diketeduhan jiwa!!! ( indah...bersama denganmu, t'lah kurasa... )
(090606)ini tentang kejujuran hati...mencari rindu cinta...
Waktu membawa aku pada pijar dosa-dosaku...seperti halnya langkahku yang terjebak di dalam labirin gelap tak terarah. Terjangan hidup terus menghantam kerapuhan hidupku. Tak mampu aku, usaikan kegelisahanku pada...hitamnya nafasku. Kecupan cinta sang bunda masih aku rindukan, berharap datang dan merangkul aku dari perkelanaan hidupku. Hasratku mendiamkan seapruh nalarku akan kepatuhanku pada sang esa. Jika mungkin badai hidup, t'lah ditautkan dilangkah hidupku. Ikhlas raga dan nyawa ini, ku berikan hanya untuk-Nya.
Kaki bergetar...membisukan aku dalam dekapan yang penuh tulus, menanti cerita baru dalam hidupku dan hariku menjadi indah. Akankah, jawaban itu teruntai????

...Sayang...datanglah padaku. Temani aku dalam kesendirianku.rasakan resahku...walapun sekejap. Redakan luapan amarahku...pada kejamnya hidupku...
...Cinta...dengarkanlah janjiku. Aku akan selalu menjaga hari-harimu menjadi indah. Malam... ini telah datang, cinta yang dating dengan kejujuran hati...
Bila kau tak lagi menjadi milikku, kan ku yakinkan...ku rindui kamu...

Friday, June 02, 2006

22:03:56 ( 1 Juni 2006; kamis)
Detak nadi jam terus berdetak
Seperti untaian nada jiwa yang tak terganti
Dan tak terulang
Aku ada di sampingmu, aku tersenyum
Dan hatiku pun menjawab jiwamu dengan senyum
Dan nadi ini berdetak pula
ciptakan irama baru dalam tiap nafas yang ku punya

Sautan lantangkan hati memberi cerita baru dalam hidupku
Langit malam boleh tak berhiaskan bintang
Namun, jalanku selalu ada butiran cahaya jiwa yang datang darimu
Aku merangkai dengan semampuku akan rindu
Cinta dan sayang yang teruntuk padamu
Serpihan hatiku mulai merajutkan warna biru di nafas dan jiwakuApa lagi yang kini kucari?
Ketika inginku tlah ada
Ketika doaku tlah terkabul
Apa lagi yang ku ingin?
Ketika cinta ini tlah dipelukkan
Ketika sayang ini tlah di relung
Ku ingin kamu dan apa adanya kamu
Dengan cinta
Karena kini aku adalah akunya kamu

Imu ilu iksu ihu
Ini semua adalah rasa
Love is nothing without honest
Dan cinta yang ada kini adalah kejujuran yang ku punya
81 ac depok ? kalideres
?Heart? movie duduk berdampingan lucu terlihat dan aneh terasa
Inikah hubungan 2 manusia yang masih menyimpan rahasia diri?
Yang tahu hanya kita
Ketika kemudian kata-kata tak lagi penting untuk diucap
Hanya mata yang berbicara?.lov u

Seandainya manusia-manusia di depanku dan di sekelilingku tak dapat melihat kita
Akan ku peluk dank u cium keningmu
Dan berbisik?..love you juga
Tapi, bukankah cinta yang kita punya adalah cinta yang tidak biasa?
Dan biarkan cinta ini membuat mereka terbiasa dengan kita

Akal mengatakan jangan kau show off
Hatiku menguntai, biarkan ku cium dirimu
Karena kita ada dan nyata
Namun, nyaliku masih ciut
Dan biarkan aku temanimu lepas dari gelapmu
Ku tuntun kamu dengan caraku
Tapi, tak perlulah mereka tahu yang kita ?punya?
Dan menjadikan ini rahasia hidup kita

Aroma tubuhmu mengisyaratkan aku untuk sentuh ragamu
Tapi aroma tubuh orang lain membuat kepalaku pusing dan eneg
Untung ada kamu

Monday, May 29, 2006


Cinta itu memang aneh. Ada orang yang trauma dan menolak hadirnya cinta. Ada orang yang berusaha mendapatkan cinta. Ada pula orang yang mempermainkan?.cinta. Bukannya cinta itu melibatkan perasaan? Lalu kenapa orang bisa tega melukai hati orang lain dengan bersembunyi di balik kata cinta? Sementara di sisi lain, masih banyak orang yang berusaha menemukan cinta sejati, meski tidak sedikit pula orang yang merasa trauma dan enggan untuk memiliki cinta lagi. Untuk yang terakhir ini, mungkin karena ia pernah di lukai oleh orang klasifikasi ke tiga tadi. Dan di sudut keegoisan hati, ada pula orang yang tidak merasa cukup dengan satu cinta. Maka ia kemudian menduakan hati dan menjalani dua cintanya. Bermain api. Meredam sekam.
Kalau dikatakan aku termasuk orang yang beruntung, maka pertanyaan selanjutnya adalah....seberapa beruntungnya aku? Aku tidak ingin menganggap ini sebuah ?give?, karena aku juga masih meraba-raba kebenaran yang ada yang ku miliki. Tapi, aku merasa diberi pertanda dan intuisi. Setiap kejadian tidak mengenakkan yang akan terjadi terhadapku, maka ada ?sign? sebelumnya. Anehnya, sejelek apapun ?sign? yang diberikan, ku coba mencari tahu dan menyangkalnya dengan berpikir positif. Dan menganggapnya ?nothing? dan nggak mungkin. Namun, setelah ternyata ada jawab atas ?sign? itu, maka serasa ku telah bodoh dengan tidak hati-hati. Karena tidak menganggap dan menghiraukan ?sign? itu sebagai ?pemandu? ku. Well, apakah aku termasuk orang yang beruntung?

Friday, May 26, 2006

Apa yang ada dibenakku malam ini biar saja ku pendam dulu
untuk kemudian ku ungkap dalam jarak
Dan membiarkan semua mengalir
meski ingin sekali ku berhenti dan berlabuh
dan mengatakan kebenaran dan rasa itu

Tuesday, May 23, 2006

In Tutti I Miei Giorni - RAF

Il tempo scorre o non trascorre mai, a volte non esiste
Per questo non ha cancellato tutti i miei giorni con te
La strada scorre sale l¹ansia che io non saprò nascondere
C¹Ă¨ sempre un¹emozione nuova nel rivederti
No, non ti chiederò, se resterai un giorno o solo un'ora
Se, puntualmente siamo all'ultima puntata della nostra storia

Adesso no, non mi importa niente, niente al mondo
Incognite, malinconie, lasciate il posto in questo cuore che va
Che attraversa la cittĂ , non fermatemi, sto per raggiungerti.

Il tempo scorre inesorabile, tu non ci sei, stavolta non verrai
Ed i ricordi sbattono in faccia,
Come un treno che sfreccia.
Ma che sarà di noi, se tutto è stato, oppure non c'è stata mai
La coscienza di poter toccare insieme il cielo in una stanza

ChissĂ  chissĂ  e resto solo con le mie domande
Patetiche, inutili purtroppo indispensabili
Adesso che sono solo, sono io a non credere
In un laconico addio

Tu non smetterai di essere il centro di tutti i miei pensieri
E di tutti i sogni quelli piĂą veri
E se mi cercherai, se ti sentirò
O Se Non Ci Incontreremo Mai,
Comunque Io Ti Ritroverò In Tutti I Miei Giorni
Haruskah ku kembali pendam perasaaan ini
dan kembali tidak percaya akan perasaan yang ku miliki?
Aku hanya coba berjalan di track lurus meski jalanku berliku
dan Aku hanya coba bertahan dengan keyakinan akan perasaanku
Tapi jika kemudian justru perasaan menyakitkan aku
dengan apa kemudian aku lanjutkan ini semua
dengan apa kemudian ku berjalan jika keyakinan justru buatku bimbang
Aku hanya takut pada diriku sendiri
Jika nyatanya justru diriku yang menyakitkan diri ini sendiri

Kamu tidak akan pernah mengecewakan aku
Karena kamu sudah jujur dengan perasaan kamu

Monday, May 22, 2006

Someone sent and wrote sms like as well as you see below.
22/05/06 7:11 pm
beban ini tak mampun ku lewati. Hempaskan cinta yang sebenarnya. Biarlah kusimpan smua ungkapan yang ada dihati. Entah untuk siapa hati ini. aku diam, menanqis 7:18 pm
Menyakitkan ketika kejujuran hati tak mampu tercipta diantara lara rindu, sayang dan cinta itu yang tlah hadir dihati. Inikah balasan mencintai 7:22 pm Maaf, abaikan saja aku. Kita sm2 qk kenal. Namun izinkan aku menumpahkan lara hati. Sekali laqi, maaf. 7:28 pm Asal ketik. I don?t know what u?r gender, name, anythinq, about u. I don?t know. I?m sory. 7:37 pm Please dont call and sms me. jk terqanqqu dnQ lara hatiku, maafkan aku. akan ku lupakan nomermu. maafkan aku, skali laqi. have a nice life.
7:57 pm
Sebenarnya ku tak pernah mengenalmu. apa mungkin kau mampu bebaskan aku. meruntuhkan seluruh lara jiwaku. selamatkan tiap tetes amarah hatiku. leburkan takutku. 8:05 pm Sebenarnya ku tak ingin berada "disini". menahan kepedihan hidupku. mampukah ku beranjak pergi, ku berharap ada jiwa yang menerima hitam nafasku. ya 4JJ...KU.
Nggak ada alasan sebenarnya untuk menghubungi nomor itu. Nggak ada untungnya. Alasan kalau dia orang aneh dan asing buat gw, bisa aja gw jadikan alasan untuk tidak pernah menghubunginya. Tapi, gw nggak berbicara ego, tapi gw lebih menggunakan perasaan gw. Gw merasa ada orang yang minta bantuan. Dan bukannya sok tahu jika kemudian gw telpon dia dan beri masukan. Semua orang bisa melakukan apa yang sudah gw lakukan. Tapi, tidak semua orang punya hati untuk melakukan itu. Tapi, gw seneng, kalo gw dah berhasil buat dia ketawa. NEVER GIVE UP, YAH!!!

Saturday, May 20, 2006

Ku bertemu kamu ketika hati ini jenuh
malas membuka hati
Bosan dan lelah untuk kembali memulai
Sakit ketika kembali mengingat hal lalu

Namun, sejak awal malam itu,
Dan kemudian,
satu bulan perjalanan ini telah mengubahnya
Bahkan ketika kucoba bertanya pada diriku
Dan berusaha menyimpan perasaan ini dulu
Untuk sekedar meyakinkan, kalau ini bukan emosi sesaat
Ku turuti kata hati ini dan membenarkan perasaan ini

Kamu sosok yang sederhana
Jangan kemudian kamu bertanya, apa alasanku mencintamu
Rasakan saja
Karena ku tak pernah bisa menjelaskan semua jawab atas tanyamu
dan biarkan kamu temukan jawabnya

Aku ingin apa adanya kamu
Dan ku ingin karena ingin kamu pula balas untuk mencintaku
Ku ingin kamu yang sederhana

Aku sayang kamu
dan ku mencintamu!

Friday, May 19, 2006

Happy B'day, Bro!!!

Monday, May 15, 2006

Initially I hesitant, but, I thought, if not now I begin him, when again. This also was one step for me to be able to get the other step. The doubt often emerged, moreover if afterwards I was lost my self confidence. But, thanks God, all has was passed through by me well. There is one that is first in living, that has become my principle. And at least, what was studied by me (6 years and half in the university - postpone for two years, coz I have to work) already could realized with that was carried out by me. The interview with the group of music rock from France, Astonvilla. Although Astonvilla not famous person first that had been interviewed by me, but I felt I had one added value when I did with them. Well, this was the task interview first I in my program now, Showbiz News. And well, this my first time also on cam in front of the camera. And well, this was the big belief from people who considered I could carry out this assignment. And I not wanted to disappoint them. Anyway, Fred, Greg, Manu, and Damien, they engrosseded in being asked to chat. Nerves was lost instantly, when they warm answered wanted me in order to answer each one of my questions with slowly, pas trop vite!!!
Moreover Manu that often made the atmosphere so more relaxed. In more with Fred's prank. Damien and Greg, appeared more often was quiet initially. They finally wanted the commented also. Fifteen minutes already, and sweat has not still stopped flowing.
Well, honest, I was brought by the atmosphere that in the long run made the temperature of my body hot, although the room was cold enough. MERCI BEAUCOUP!!!!!

Initialement je l'hésitant, mais, j'ai pensé, si non maintenant je le commence, quand de nouveau. C'était aussi un pas pour moi pour être capable d'obtenir l'autre pas. Le doute apparaissait souvent, de plus si ensuite j'ai été perdu la croyance à moi. Mais, remercie Dieu, tout a a passé par par moi bien. Il y a celui qui est premier dans la vie, qui est devenue mon principe. Et au moins, ce qui a été étudié par moi (6 ans et moitié dans l'université - reportent pendant deux ans, car je dois travailler) pourrait déjà compris avec cela a été effectué par moi. L'interview avec le groupe de musique de la France, Astonvilla. Bien qu'Astonvilla pas la personne célèbre qui avait été interviewée par moi, mais j'ait estimé que j'avais celui la valeur supplémentaire quand j'ai fait avec eux. Bien, c'était la tâche interviewent d'abord je dans mon programme maintenant, des Showbiz News. Et bien, cette ma première fois aussi devant la caméra. Et bien, c'était la grande croyance des gens qui ont considéré que je pourrais effectuer cette tâche. Et moi non voulu pour les décevoir. Fred, Greg, Manu et Damien, ils engrosseded dans être demandé pour parler. Les nerfs ont été perdus immédiatement, quand ils réchauffent a répondu m'a voulu pour répondre à chacune de mes questions avec lentement, PAS TROP VITE!!! De plus Manu qui faisait souvent l'atmosphère si plus détendu. Dans plus avec la niche de Fred. Damien et Greg, ont apparu plus était souvent calme initialement. Ils ont finalement voulu le fait des remarques aussi. Quinze minutes déjà et la sueur n'arrêtaient pas toujours de couler. Bien, honnête, j'ai été apporté par l'atmosphère qui a à long terme fait la température de mon corps chaud, bien que la chambre soit assez froide. MERCI BEAUCOUP!!!!!

Published @ Showbiz News Metro TV, Thuesday, May 18th, 2006 at 16:30. Exclusive Interview with Astonvilla.

Sunday, May 14, 2006

Hari ini beli kacamata untuk ibuku. Sebenarnya janji untuk beli kacamata sudah ada sejak bulan lalu, hanya saja waktu adn kesempatan belum ada. Lagipula keuangan juga belum bisa untuk menjanjikan beli. Dan permintaan ibuku juga sudah dua bulan yang lalu. Mintanya juga nggak memaksa, hanya ingin. Alasannya karena matanya sudah plus. Wajarlah, ia sudah cukup tua untuk bisa melihat dengan jelas, dan perlu bantuan kacamata baca. Jadilah, kami berdua kemudian ke optik tak jauh dari rumah. Setelah diperiksa beberapa saat, kami pun memilih kacamata yang ibuku inginkan. Wex... aku nggak bawa uang cash, karena kupikir masih bisa debet di marchands optik itu, ternyata sedang offline. Tak perlu waktu lama untuk mencari atm sekitar optik. Pfuih....aku kepeleset dan jatuh di tengah hari itu. Sisi kanan celana panjangku berdebu. Ku harap tak banyak orang yang melihat tubuh ini oleng karena alas kaki yang licin di tambah jalan yang juga licin. Pfuih....bantalan lenganku menahan tubuhku dan akibatnya kartu atm ku patah. hiks. Tapi sudahlah, mau diapain lagi. Bisa diganti kan, meski butuh waktu. Tapi, penglihatan ibuku nggak bisa ditunda. Ia ingin nonton tv tanpa perlu lagi tersiksa dengan kondisi matanya. LOVE YOU, MOM!!!!

Saturday, May 06, 2006

Aku percaya setiap orang akan menemukan belahan jiwanya dengan berbagai cara dan tanpa direncana. Aku pun percaya jika kemudian bersatu itu adalah satu komitmen yang bisa membuat dua hati untuk saling menjaga satu sama lain. Bahkan aku percaya kalau kini aku bisa mempercayakan perasaanku kepada kamu. Hingga akhirnya, bertanggung jawab atas komitmen yang aku buat dan pula bertanggung jawab atas perasaan aku ke kamu, begitupun sebaliknya. Untuk kemudian bisa bersama kamu jalani ini semua dan memintamu. Tanpa kemudian ku paksa kamu, ku ingin pula kamu bersamaku, karena kamu inginkan aku pula.

Monday, April 24, 2006

Orang terlanjur mengenalnya sebagai model cover majalah playboy versi spanyol. Satu imej yang besar dalam satu perjalanan karir model seseorang. Tapi tidak begitu bagi seorang Tiara Lestari. Imej itu kemudian justru ingin segera hilang dari perjalanan karirnya sebagai model. Ia pun kembali ke Indonesia dan kembali meniti karir dari awal adalah keputusan yang sulit baginya. Namun, Tiara sadar akan resiko itu. kepenerimaan masyarakat tentangnya sebagai mantan model majalah playboy pun diharapkan lambat laun akan hilang. Revolusi karir seorang Tiara Lestari pun sepertinya terakomodasi lewat ?From Sensual to Elegance?. Sebuah pameran foto dirinya untuk bisa lepas dari imej sebelumnya. Usai menjalani sesi pemotretan selama beberapa hari, maka duapuluh hasil potret fotografer Eyang Kalake pun dipamerkan di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Senayan. Bagi Eyang ada tantangan tersendiri memotret Tiara Lestari. Ia mengaku harus bisa menampilkan Tiara Lestari tetap dalam keadaan seksi, namun masih dalam balutan sejuta benang. Dengan sentuhan gaya Bali modern, pameran foto tersebut berlangsung dari 22 hingga 30 April.

Published @ Showbiz News Metro TV, Thuesday, April 25th, 2006 at 16:30.

Sunday, April 23, 2006

Bentuknya memang minimalis. Besi panjang dibentangkan sepanjang lebar jalan. Kedua ujungnya di letakkan patok yang masing-masing berfungsi sebagai pengunci dan engsel. Bentuknya yang minimalis tetap saja dipertahankan sejak dulu. Kalaupun ada perubahan dan modifikasi, tetap saja tidak menghilangkan ciri khas benda ini. Biasanya benda ini diletakkan di mulut jalan, di depan gang, atau akses masuk dari sebuah jalan, dan pemukiman. Well, sebut saja namanya portal. Bentuknya yang minimalis itu sangat berfungsi dalam mencegah tindak kejahatan pencurian. Sampai-sampai setiap akses jalan masuk selalu diberi portal. Sekedar latah kah para penduduk di pemukiman tersebut. Ngerasa aja, kalau setiap pemukiman yang diberi portal memberikan kesan ekslusif. Kalau pun portal itu bisa bicara, maka yakin dech kalau portal itu ingin bicara, ?siapapun dilarang masuk, kecuali penghuni?. Nah loh!!!??
Portal digunakan sebagai alat keamanan? Oke aja. Tapi, jika kemudian mengurangi mobilitas untuk keluar masuk? Portal jadi mengganggu. Bayangkan saja, jika rumah kita terletak di belakang pemukiman tertentu. Karena satu dan dua alasan, kita pulang malam. Lantaran kita harus pulang malam, maka akses masuk pun jadi terhadang. Coba saja, jika kemudian untuk beraktifitas kita harus menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Maka? Sudah bisa ditebak kan efeknya seperti apa. Siapa yang benar dan siapa sebenarnya yang egois?
Jalan, mestinya digunakan untuk masyarakat banyak. Tidak peduli apakah tinggal atau tidak tinggal di lingkungan tersebut, semua orang berhak melintas. Toh, kalau melihat azaz keadilan, maka penggunaan portal yang tidak pada porsinya, justru memberikan kesan adanya ketidakadilan. Atas dasar apa jalan umum diportal. Sudahlah, tidak perlu kemudian berdalih dengan mengatakan, ?inikan lingkungan perumahan?.
Kalaupun kemudian dengan alasan keamanan portal tetap dipasang, pliz, posisikan seseorang petugas keamanan di lokasi tersebut, agar mobilitas orang banyak tidak terganggu. Gampang, kan?

Saturday, April 22, 2006

Dj'S Tiesto Performance tonight at Carnival Ancol on 24:00
Jakarta menjadi kota ke tiga tujuan konser ?In Search of Sunrise V 2006? DJ Tiesto, setelah Bali dan Jogja. Namun, pertunjukkan di Jogja terpaksa dibatalkan karena alasan cuaca. Dengan dukungan sound system sebesar 200.000 watt dan lighting sebesar 250.000 watt, DJ asal Belanda ini mengguncang penikmat music dance di Pantai Carnival, tanggal 23 April 2006. DJ Tiesto dikenal orang pada dunia musik trance yang mampu membuat kolaborasi dengan house music dan techno, meski akar musik trance yang diusungnya masih tetap menjadi ciri khas DJ yang dinobatkan sebagai DJ nomor satu dunia tiga kali berturut-turut, 2002 sampai 2006 versi DJ Mag. Namun, gelar sebagai orang nomor satu di dunia lantai dansa tidak membuatnya besar kepala. Menurutnya, yang terpenting adalah tetap bermusik dan berkarya menciptakan serta memproduksi musiknya sendiri, Trance. Trance bagi kebanyakan orang dinilai negatif, karena sering diidentikan dengan rave party. Namun, Tiesto menyangkal anggapan tersebut, alasannya adalah meski dia mengusung trance, tapi dia punya gaya sendiri. Pertanyaannya kemudian adalah kenapa ia memilih nama Tiesto? Tiesto adalah bahasa slang dari italia yang ia padukan dengan bahasa setempat, taste, dan nama aslinya Ties, hingga kemudian jadilah nama Tiesto. Nama ini ia pilih karena pada awal tahun 90-an, orang lebih memilih nama panggilan yang fleksibel dan mudah diingat orang. ?In Search of Sunrise V? adalah nama konser dan juga nama album kompilasi miliknya yang ke lima, rilis tahun 2005. Konser ini juga dalam rangka promo tur albumnya tersebut ke negara-negara Asia. Indonesia adalah negara asia pertama dalam rangkaian tournya.

Published @ Showbiz News Metro TV, Thuesday, April 25th, 2006 at 16:30. Exclusive Interview with DJ Tiesto.

Monday, April 17, 2006


Gejala adanya ketidakberesan pada kereta Senja Utama kelas bisnis dengan nomor perjalanan 133, sebenarnya sudah terasa ketika akan langsir dari stasiun Tawang-Semarang. Ini karena, kereta baru jalan enam belas menit kemudian dari jadwal yang sudah ditentukan jam delapan malam.
Pada awalnya keterlambatan ini terjadi lantaran adanya pemeriksaan penumpang oleh sejumlah petugas yang pastinya akan memakan waktu. Lagipula cukup alasan untuk dilakukannya pemeriksaan tersebut, lantaran jumlah penumpang yang turut dalam perjalanan ini cukup banyak. Sebagian terpaksa membeli karcis tanpa tempat duduk. Untungnya aku sudah membeli tiket pulang pergi.. ku lakukan itu karena akhir pekan ini cukup panjang. Prediksinya pasti banyak pula penumpang yang akan balik ke Jakarta pada jam dan hari yang sama.
Ternyata benar. Semua tempat duduk kereta penuh. Penumpang yang tidak mendapatkan tempat duduk terpaksa berusaha senyaman mungkin duduk di sepanjang lorong dengan hanya beralas Koran. Sebagian lagi yang tidak beruntung, memilih duduk di pintu masuk gerbong, bahkan di samping wc. Tempat yang sebenarnya tidak disarankan berada di situ. Enam belas menit kemudian, kereta pun langsir. Tidak seperti ketika perjalanan pergi dari Jakarta, perjalanan kembali ini lebih banyak berhentinya.
Kekesalan pun mulai. Di stasiun Pemalang, lokomotif kereta sudah menunjukkan ketidakberesannya. Cukup lama loko itu berusaha menarik sepuluh gerbong di belakangnya. Tarikan demi tarikan dilakukan, meski kemudian hanya bergerak beberapa meter kemudian berhenti untuk bermenit menit. Dan kembali jalan. Kejadian mogok pun terulang ketika kereta berhenti di stasiun Tegal. Untuk yang sekarang, kekesalan semakin menumpuk. Lamanya kereta menarik gerbong, akhirnya diputuskan untuk mengganti loko. Pfuih. Perlu setengah jam untuk mengganti loko. Sementara hawa gerbong yang semakin panas, membuat sebagian penumpang mengeluh. Empat kipas angin yang berada diatap tidak berfungsi. Padahal kondisi kipas angin itu sudah diadukan kepada petugas. Tapi, petugas itu tidak kembali. Pfuih. Kereta kemudian langsir kembali. Berharap kalau loko kereta tidak bermasalah. DON?T PUSH YOUR LUCK, DUDE!!!!
Jam tiga pagi. Mestinya kereta sudah tiba di stasiun senen. Tapi, kami masih ada di Cirebon dengan masalah baru lagi. Loko pengganti pun bernasib sama. Mogok. Loko pun diganti kembali. Karena tidak ada kepastian kapan akan selesai, sejumlah penumpang pun mulai habis kesabaran. Mereka memilih meneruskan perjalanan mereka dengan menumpang kereta lain menuju Jakarta yang kebetulan singgah di stasiun Cirebon. Tidak peduli jenis kereta dan kelas kereta yang mereka tumpangi kemudian. Bahkan kereta eksekutif Kamandanu pun jadi pilihan mereka.
Halal menurutku mereka lakukan itu. Apapun kemarahan mereka, ku piker layak mereka tumpahkan. Toh, perjalanan mereka terpaksa terhambat bukan lantaran kesalahan mereka. Kalaupn KA marah, apa hak mereka untuk marah kepada penumpang yang ditelantarkan seperti ini. Lagipula apa kompensasi yang KA akan berikan kepada para penumpang? Solusi apa? Toh hanya sekedar ucapan permintaan maaf pun rasanya tidak cukup.
Jam delapan pagi, akhirnya kami sampai juga di stasiun Jatinegara. Dua belas jam perjalanan. Pantas saja, ternyata loko pengganti itu adalah loko untuk kereta ekonomi. Kami harus membayar mahal untuk fasilitas ekonomi. C?est bizarre!!!

Pukul 19:15 kereta senja utama bisnis jurusan Jakarta- semarang lansir dari stasiun senen. Perjalanan yang cukup lancar. Tidak heran jika kemudian delapan jam kemudian, aku pun tiba di stasiun tawang jam 3 pagi. Pfuih, rasa kantuk serasa ingin membunuh ku secara dingin. Posisi tidur yang tidak sempurna pun memaksa ku untuk sebentar-benar meringis sakit. Apa daya. Aku dan mak-ku pun dengan bawaan tidak begitu banyak, keluar dari stasiun. Mmmm udara dini hari kota Semarang. Serasa menghapus kantuk dan lelah kami berdua. Kami pun segera beranjak. Di mulut stasiun sudah banyak supir dan pembawa becak menawarkan jasa. Pemandangan yang tidak pernah tergantikan dari tahun ke tahun. Tapi ada satu yang mengajakku mencari tahu. Taksi-taksi liar dengan argo kuda yang biasa mangkal di lapangan parkir stasiun sudah tak muncul lagi. Bahkan dari keterangan supir taksi yang ku tumpangi untuk menuju rumah bude-ku, mengatakan, kalau taksi liar itu sudah hampir setahun ini tidak lagi beroperasi. Kongsi taksi di kota Semarang banyak dioperasikan dari tiga perusahaan besar, Kosti, Centris, dan Pandu. Yah, cukup aman lah pada akhirnya. Dan setidaknya dengan begitu ku tidak buang uang percuma. Karena biasanya, dengan keadaan terdesak, para supir taksi liar itu berani mengambil ongkos lebih dari biasanya. Buktinya, dengan ongkos resmi, kami hanya mengeluarkan biaya lima belas ribu rupiah untuk sampai di rumah bude-ku di sekitaran Puspanjolo. Padahal dengan taksi liar, mereka berani dengan ongkos duapuluh ribu rupiah. Wex.
Tidak cukup lama kami menghabiskan waktu kami berdua di rumah bude-ku. Biasanya kami hanya tidur sebentar, mandi, sarapan, untuk kemudian berangkat ke desa. Kali ini mak-ku mengajak serta bude-ku. Selain karena kami juag tidak melewatkan waktu lama di desa. Mak-ku juga beranggapan bude-ku sudah lama sekali tidak ke desa. Terakhir mungkin ketika nenek-ku meninggal dunia. Itupun tiga tahun lalu. Jam sembilan pagi kami pun berangkat pergi.
Jujur, aku masih sangat lelah. dan kantukku kian tidak tertahankan. Bayangan rumah peninggalan nenek ada di benakku. Bukan apa. Yang jelas, aku tidak pernah terpikirkan akan sekotor apa debu ada di rumah itu. Maklum saja rumah itu memang tidak ada yang menempati. Bahkan mak-ku sudah menawarkan ke beberapa kerabat di desa untuk silhakan menepati rumah itu dari pada kosong percuma. Mungkin mereka sungkan. Yang jelas, rumah peninggalan nenekku kini, jauh lebih nyaman keadaannya sekarang. Sudah di ubin, dua kamar tidur dan cukup luas untuk ditempati. Tapi sudahlah.
Perjalanan ke desa itupun bermula dari Terminal Terboyo. Dengan bisa tiga perempat, kami pun melanjutkan perjalanan kami. Sudah ku duga sebelumnya, kalau kecepatan bus itu sudah seperti pentium 4. Cepat sekali. Aku yang awalnya ingin menghabiskan perjalanan dua jam itu dengan tidur, terpaksa membelalakkan mata. Bagaimana tidak? Supir itu yang berani menyalip kanan kiri. Bahkan nekat menyalip truk konteiner. Pfuih, keinginan tidurpun pupus. Namun, dengan ongkos per orang enam ribu perak, selama perjalanan kami dapat bonus musik campur sari.
Dua jam perjalan itu pun berakhir di ujung jalan menuju rumah nenek. Seperti biasa, pembantaian. Banyak debu di sana sini. Untuk satu jam ke depan, aku, mak-ku dan bu de-ku pun kerja bakti memnbersihkan rumah. Sementara pekarangan rumah, mak-ku minta tolong salah seorang saudara untuk memotong rumput.
You know what, belum berapa lama kedatangan kami di desa, ada beberapa remaja dan di antaranya adalah saudaraku yang datang ke rumah. Belum juga peluh ini kering, dan belum juga ku basuh wajahku, mereka memintaku untuk menjadi pembawa acara pada acara pembukaan kejuaraan sepka takraw tingkat kabupaten Jepara. Glek. Mimpi apa aku semalam. Tapi, yah sudahlah, mereka telah memintaku, berarti mereka yakin aku bisa. Tapi, tetap saja aku yang tidak habis pikir, kenapa aku? Mak-ku bilang, terima saja. Ya wes, ku lakoni tugas itu.
Sudah zuhur. Makanan sudah datang. Kami tidak perlu memasak. Biasanya memang, ketika mereka tahu kami datang, mereka mengantar makan siang sekedarnya. Semur tahun dan telur serta sebakul nasi. Cukuplah untuk mengganjal perut hingga sore.
Jam dua. Waktunya eksekusi. Sudah ada dikepalaku, berapa orang yang akan datang pada acara pembukaan itu. Bukan gr....mungkin aku jarang ada di desa itu. Kalaupun ku datang ke desa pun tidak dalam waktu yang lama. Jadinya, kehadiranku pun jadi perhatian tersendiri. Salah tingkah iyalah. Tapi, aku kubur kemudian dengan menyapa mereka yang berdekatan denganku, sambil ku membaca keadaan di sekitar. Mencoba ramah dan upz tebar pesona. hehehheheh Wow MC-nya langsung didatangkan dari Jakarta. Tugas itupun selesai tanpa beban.
Selesai itu, aku kemudian berjalan sepanjang jalan desa dan ke tempat favorit tiap kali ke desa, sawah. Aku bisa yang berjam-jam di sawah. Dan biasanya, usai zuhur, meski panas, aku punya kebiasaan untuk turun ke sawah atau sekedar duduk di pematang sawah. Luapkan keluh dan kesal berbagai cerita hidup. Jangan heran kalau sekembalinya aku ke Jakarta, kulitku menghitam. Mereka yang bertani biasanya memanggil aku untuk makan siang bersama. Ngobrol tentang kakek dan nenekku. Orang besar dan dituakan di desa ini. Banyak cerita. Begitupun aku. Wuih, tentram banget. Lepas itu kemudian aku mengunjungi beberapa kerabat. Sementara mak-ku istirahat.

Saturday, April 08, 2006

Malam ini aku beli lingkar pengikat untuk kacu pramuka keponakanku. Pfuih, jadi ingat empat belas tahun lalu ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Jadi berasa older. Lama juga yah. Dan ketika itu juga gambaran tubuh kecilku waktu itu terbayang. Duh, jadi ingat temen-teman ketika SD dulu. Entah di mana mereka saat ini Aku tergabung dalam satu group elang yang beranggotakan sebelas orang. Latihannya tiap sabtu sore usai sekolah. Dan sabtu minggu biasa digunakan untuk kegiatan persami atau perkemahan sabtu minggu [baca: kemping]. Kegiatan persami ini biasa dilakukan di dalam lingkungan sekolah, tapi bisa jadi di luar. Sebulan sekali pergi ke tugu api pancasila, Taman Mini Indonesia Indah untuk melihat gelar senja. Morse, Simaphore, dan beberapa sandi juga aku pelajari. Tapi, sandi morse-lah yang jadi momok untukku menghafal. Susah. Sandi berformasi titik dan garis itu sering buatku jengkel. Posisi tertinggi yang aku pegang waktu itu adalah komandan regu?mmmmhh apa yah istilahnya. Pokoknya akulah yang memimpin semua regu yang ada di sekolahku. Keren kan?

Friday, April 07, 2006


Episode # 171 Topik: Mengukur Kualitas Perkawinan. Barangkali itu merupakan topik terakhir yang aku kerjakan di program talkshow The Breakfast Club. Sudah setahun ini aku mengasuh program itu. Dengan alasan satu dan lain hal, akhirnya aku pindah program. Ilmu yang kudapat pun jauh lebih banyak dan beragam di program ini. Orang-orang yang kuhadapi pun beragam, dari kalangan atas, sampai kalangan bawah. Dari para amatir sampai para profesional di bidangnya. Tiap episode yang kukerjakan, tiap episode pula kupelajari dan kudapati ilmu baru pula. Menarik dan tantangan tiap harinya.
Aku masih ingat kali pertama program ini berjalan. Ritme kerja yang benar-benar rodi. Apalagi ketika awal program mulai, kami harus streaping live everyday, every morning. With different topic each days, different guest each days, and different challenge. Kumaklumi semua itu, karena tidak mudah menemukan soul sebuah program baru, soul dalam kerja sama tim. Dan kami secara perlahan membangun program itu sampai sekarang. Hingga kemudian kami menemukan soul kerja sama tim, ritme kerja, dan karakter program. Sebagai production assistant terbilang pekerjanku all in one. Guest what does it means??? Pfuih, aku bangga jadi satu bagian kerja kreatif itu.

Sunday, April 02, 2006


Namanya Denis ? namanya ku samarkan. Usianya baru saja tiga tahun. Tapi seusianya itu, ia sudah pernah merokok dan minum alkohol. Ia masih memiliki orangtua yang lengkap, hanya saja tidak selengkap kasih sayang yang Denis inginkan ? kalau saja ia sudah bisa ungkap perasaannya. Sudah beberapa hari ini ia di asuh oleh seorang ibu dekat rumahku. Meski ibu itu sudah memiliki tujuh anak, tapi masih juga ia rangkul kehadiran Denis. Perubahan fisik Denis mulai tampak sejak ia ada. Badannya jauh lebih bersih. Gigi susunya semakin memutih. Rambutnya dipotong pendek. Sorot matanya lebih segar dan semakin hari semakin tampak segar dan jauh lebih bahagia. Denis sangat diterima di dalam keluarga ini. Itu terlihat jelas. Sebagai ?anggota keluarga baru? Denis beri arti khusus dalam keluarga ini. Denis dulu yang ada hanyalah seorang bocah yang didiamkan bebas ketika ayahnya bekerja. Denis dulu yang ada hanyalah seorang bocah kecil yang dibiarkan tidur di atas kardus. Bahkan Denis pernah mendapat hadiah sundutan rokok dari sang Ibu kandung. Denis yang dulu bahkan akrab dengan kehidupan anak jalanan. Sebagai ?anggota geng terkecil?, Denis tak diberi kesempatan untuk bertanya apa sebenarnya yang ia mau. Bahkan Denis tidak segan-segan dicekoki minuman beralkohol oleh ?kakak-kakaknya?. Denis pun harus mengamen untuk memenuhi keinginannya makan somay. Berbekal gitar kecil dan gelas minum mineral bekas, ia bernyanyi di kawasan padat lalu lintas. Uang dua ribu perak pun berhasil memenuhi perutnya dengan somay. Denis kini tampak lebih bahagia. Denis kini pun menjerit takut jika ibu kandung ada dihadapnya. Denis kini pun jauh lebih tahu kalau ayahnya jauh lebih sayang dengannya. Hanya saja, ayah Denis tahu yang terbaik untuk si kecil Denis. Bersama ?keluarga? nya sekarang Denis jauh lebih baik.

Kemarin malam, aku sempat OL di yames dengan salah satu teman di Malang. Dia banyak Tanya tentang Siena. Una piccola citta in Italia. Dove habitavo per sei messi. Yang jelas, ia ingin tahu segalanya tentang kota berkode 0577 itu. Seketika saja, aku menyadari kalau persis di tanggal ini, aku baru saja tiba di kota itu. Stress di wajahku masih saja terlihat. Jetlag dan merasa asing dengan keadaan sekitar. Kebahagiaan dan kehangatan rumah tiba-tiba saja hilang. Dalam pikirku yang ada hanya misery berkepanjangan. Maklum saja, questo era la prima volta ero lontano dalla casa. Bahkan untuk tidur pun tidak ada guling. Tapi berjalannya hari, hanya kegembiraan yang ada. Kebebasan? Tidak juga. Anggur, bir, daging babi, tidak pernah ku sentuh, meski kesempatan selalu ada. Aku survive di sana dengan lingkungan yang nyaman dan teman-teman yang bersahabat. Bahkan seorang teman berkata kalau ia tidak akan mau berteman denganku jika ia tahu aku minum alkohol. Lo sa che sono musulmano. Alisher?.sei bravo!!! Senyum mereka buatku betah berlama-lama ngobrol. Budaya mereka tidak berpengaruh dengan adat timurku. Bahkan mereka tertarik dengan culture yang aku punya. Khatam al-qur?an pun ku lakukan di sana. Dua juzz tiap malam. Yasin kubaca tiap malam jum?at. Intinya, hidupku lebih teratur di sana. Aku bertanggung jawab atas kenyamanan dan ketenangan batinku. Komunikasi Siena ? Jakarta, tetap terjaga. E-mail hampir tiap hari ku kirim, Surat ku tulis sebulan sekali. Telpon kulakukan seminggu sekali. Aku tidak merasa kehilangan keluargaku di sana. Bahkan kalau ku mau, tiap email yang kukirim bisa kujadikan sebuah novel. Semua nyata akan aku dan kebiasaanku, dan bagaimana aku kemudian bertahan hidup dengan caraku. Cukup tiga minggu ku biarkan air mata ini mengalir, karena realitis aja, pada awalnya semua membawa kepedihan. Kepedihan bukan karena luka. Tapi, tiga minggu selanjutnya, tidak ada yang bisa kulakukan selain coba jalani hidup. Berbenah diri. Mendewasakan diri. Banyak cara bisa dilakukan. Nikmati saja yang ada. Well, dude, I think you are already knew what you have to do next. Try to survive. ?Coz everybody do. Ci sono le cose che devi fare. Ma non ci sono i tempi solo a pensare. Vai!!!

Friday, March 31, 2006

Tes itu akhirnya ku lalui pula, meski awalnya hasil tes tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tapi nyatanya, setelah keberhadapan langsung dan mempertanggung jawabkan hasil tes itu, maka ku bisa mengatakakan, ternyata tidak seburuk yang mereka kira. Bahkan, alam bawah sadar dari tes itu menyebutkan, sebagai seorang pekerja, aku termasuk orang yang ulet, rajin, cekatan, dan teliti. Meski secara performance, menurut tes itu aku kurang percaya diri. Watz???? Tanda Tanya besar untukku. Seorang aku, masih pula dibilang kurang percaya diri??? Lalu selama ini yang aku lakukan, selama ini pula siapa aku berhadapan, tidakkah itu juga bisa dilihat. Aku tak ragu dengan caraku berkomunikasi dengan orang lain. Aku pula tak ragu bagaimana menghadapi orang siapapun dia. Tapi aku akui kalau aku memang kurang percaya diri ketika dengan hanya memakai seragam hitam putih ini. Tidak ada achievement untukku, meski aku sudah melakukan semuanya dengan maksimal. Bahkan job desk yang sebenarnya bukan untukku, aku pula yang take over. Tapi apa? Jujur, aku merasa terintimidasi dengan keadaan. Tak bisa berbuat banyak karena baju itu. Tak bisa menuntut banyak karena batasan itu. Di sisi lain, aku toh tidak memperhitungkan jam kerja yang overlap, asal program terus berjalan, aku senang. Aku pun tidak keberatan jika harus melakukan itu semua, karena aku senang melakukan itu. Itu semua sudah menjadi jiwaku. Selelah apapun aku, sejauh kondisiku sehat, aku lakukan itu. Tapi, tidakkah disadari, kalau aku merasa dibedakan!!! Akupun butuh penghargaan. Tidak hanya aku kupikir. Semuanya merasa membutuhkan itu. Dan aku butuh pengakuan dan achievement. Salah??? Dan kenapa kemudian aku yang dipersalahkan? Aku kemudian, yang lagi-lagi merasa terintimidasi dan terkalahkan dengan umpatan. Tidakkah pula dirasakan kalau keadaan itu kemudian justru membuatku semakin merasa tidak berhak dengan inginku. Dengan kesabaran, lelah, tangis, semua itu kujalani dan kurasakan. Salahku aku jika ku kemudian lelah di satu titik itu?

Mungkin bukan kali ini saja aku merasakan cinta yang tidak mungkin. Mungkin pula bukan kali ini saja aku merasa ada sesuatu yang tidak mungkin ku miliki. Bukan karena cinta tak berbalas. Tapi karena aku tidak ingin berusaha keras untuk memiliki. Hingga kemudian rasa itu kubiarkan pergi begitu saja. Ah, mungkin hanya perasaan sesaat saja. Itu pula yang mungkin kutakutkan. Aku tidak ingin satu keajaiban datang untuk menjawab perasaan itu. Dan aku pun tidak ingin memaksakan hendak ini lebih dalam. Biar saja. Pasti ada waktunya.

Wednesday, March 29, 2006


Perjalanan hari itu tiba-tiba tidak menjadi nyaman. Lelaki paruh baya itu serentak masuk, menghardik, dan mengeluarkan umpatan kepada kondektur. Tidak tahu, hanya aku sajakah yang kemudian beralasan menjadi risau dan kecut. Ataukah masih ada penumpang lain yang merasakan hal sama pula?
Perjalanan lima belas menit kemudian yang terdengar hanya umpatan, dan lagi-lagi hardik dari mulutnya. Sempat buatku kemudian kecut. Nafsu untuk kemudian turun dan beralih kendaraan lain. Nafsu itu pun tak terbendung lagi.
Lelaki paruh baya itu terus saja mengumpat dengan kisah pilu masa lalunya. Sampai aku pun sulit mencerna apa yang dirasakannya. Tidak bisa berbagi pikir, karena masih saja ada kecut dan takut.
Dan lima belas menit selanjutnya, ia turun dengan kantung penuh uang. Ia berhasil.

Monday, March 27, 2006


Aku tidak tahu apa yang ada di benakku sesungguhnya. Ku hanya lelah dan bernafsu segera tidur. Dua malam ini kupaksakan diri untuk bekerja. Dan tidur di saat orang harus bekerja. Tapi aku harus melakukan itu. Setidaknya ada yang bisa ku kerjakan lepas tengah malam itu. Di dua malam terakhir akhir weekend ini. Entah kenapa, seberapapun aku lelah melakukan pekerjaan itu, aku menikmati setiap detik dan setiap gerak tubuhku. Terutama jika tidak ada yang mengganggu dan total semua konsentrasi tak terbagi. Aku menikmatinya. Bekerja dan bekerja dan membiarkan orang-orang menimmati hasil pekerjaanku, tanpa mereka tahu siapa di balik itu semua.
Dan weekend ini, aku kemudian hanya bisa memanjakan diriku. Musik, film, computer, tv, games, dan internet. Semua itu jadi temanku di kala weekend. Ketika jenuh, ku bunuh suntukku dengan sedikit perjalanan dan menyantap makanan kaki lima. Goreng ayam, juz sirsak dan sedikit pemandangan. Semua ku nikmati tiap detik yang aku punya. Cool. Bahkan ketika ku kembali, sudah banyak foto di picasa. Missing a lot of think in my behind. Ah?..banyak yang masih bisa kurindukan, tapi banyak pula yang harus ku lalui setelahnya. Hanya bisa tersenyum dengan yang aku punya dulu, dan bangga apa yang telah aku dapatkan dan ku lakukan. Tidak pernah seperti ini.
Aku nikmati yang aku punya. Kebebasan berpikirku. Keleluasaan gerakku. Tidak pernah seperti ini. Bahkan ketika ku melukai seorangpun, ku anggap itu bagian kecil dari apa yang ku jalani dan refleksi dari apa yang pernah ku alami. Tidak akan pernah ada yang adil. Bukan karena kekerasan hati dan kebesaran ego atas semua yang ada. Hanya saja, menurutku, kita tidak bisa memilih dua sisi yang kita punya. Apalagi jika harus menyangkut perasaan dan masa depan. Tapi, apakah perasaan bisa membeli masa depan? Apakah perasaan juga membantu memperbaiki keadaan? Mungkin saja pikirku seperti ini saat ini. Tapi ketika kutemukan sandaran yang tepat, ku yakin aku pun tidak akan mau membayar mahal jika kemudian tidak sebanding dengan yang aku korbankan. Karena, aku bertanggung jawab atas diriku sepenuhnya. Dan ku tak yakin ada seseorang yang bisa. Ku hanya coba bertahan hidup dari himpitan yang ada. Mencari sedikit cela. Memanfaatkan sedikit kemampuan dan kesempatan yang aku punya. Tidak lebih. Coba kembali bangun kepercayaan atas orang lain, tapi tidak memaksa orang lain percaya akan aku. Biar saja. Ku tak memaksa. Aku hanya coba lakukan yang terbaik, meski aku tidak tahu, apa sebenarnya yang terbaik untuk mereka, dan apa yang mereka inginkan dariku. Bicara saja apa adanya. Komunikasikan saja. Tapi dewasalah dengan segala ucapmu. Tidak peduli siapa dan berapa usiamu. Tapi aku cukup tahu, seberapa layak dirimu ku hormati. Dan seberapa pantas ku menilai tiap kata yang diucapkan untukku. Dewasa saja. Karena aku juga akan ambil sikap dewasa dengan kata dan sikapku. Gimana? C?est juste!!!!
Depok. Letaknya di selatan Jakarta. tidak susah buatku menjelajah kota itu. Setengah jam berkendara angkot dengan ongkos 2000 perak, aku bisa langsung menjelajah sepanjang jalan Margonda itu. Apapun bisa ditemukan dengan mudah, sepanjang mata ini menjelajah lurus jalan itu.
Yang unik adalah, tidak ada cela pertokoan yang tidak memiliki cyber café. Layaknya kacang goreng, maka cyber café di sepanjang jalan Margonda semudah itu pula ditemukan. Mulai dari sekedar surfing, sampai menggunakan webcam. Dari bilik cyber yang terbuka sampai yang benar benar private room pun tersedia. Billingnya pun standar 5000 rupiah per jam. Kecepatan aksesnya pun jangan ditanyakan lagi. Coba saja di daerah kober. Tepat sepuluh meter dari gapura selamat datang kota Depok. Di situ ada beberapa cyber café. Beberapa di antaranya bahkan buka 24 jam. Wex. Persaingan tampaknya sudah bukan barang langka bagi para pemilik cyber café. Coba tengok saja, beberapa cyber café bahkan terletak bersebelahan dengan yang lainnya. Dan kalau mau sedikit ke selatan Margonda, maka sepanjang jalan itu pula mudah ditemukan cyber café. Tapi, makin ke selatan maka jumlah cyber café pun berkurang. Bahkan, lepas Gramedia jarang sudah ditemukan.
Kalau bisa dibilang mungkin untuk mencari teman ngobrol di lokasi ini tidak perlu usaha keras kok! Jadi, kalaupun berjalan seorang diri di Margonda, jangan pernah merasa sendirian. Alone bukan berarti lonely kan??? Mampir saja sejam dua jam di cyber café. Kemudian buka kanal chatting di MiRc atau di yahoo messenger. Modal berani dan open minded maka tidak akan sulit menemukan teman ngobrol. Atau mau lebih???
Lalu lalang orang-orang yang ada pun punya karakteristik khusus. Mereka semua anak kuliahan. Nah, ini beda lagi. Kalau di Paris mungkin lokasi ini bisa disamakan dengan Quartier latin-nya Paris. Patut dimengerti kalau sepanjang jalan Margonda memang pusat pendidikan. Dan akan bertambah panjang jika di tambah dengan sepanjang jalan raya lenteng agung. Sejumlah sekolah dan kampus berlokasi di lokasi yang juga tidak berjauhan. Kondisi ini berimbas pada banyaknya rumah kos di lokasi itu. Maklum aku sendiri alumni dari salah satu SMU negeri di sana. Wex!!!!
Sebenarnya kalau mau ke jalan raya Margonda tidak hanya dilalui bus dan angkot saja. Alternative lainnya bisa dengan naik kereta listrik. Coba turun di stasiun UI atau Pondok Cina. Maka dapat ditemukan surga bajakan software komputer ada di situ. Super lengkap. Tidak hanya software program bajakan, tapi juga memanjakan para freaky game dan juga movie mania yang suka dengan dvd bajakan. Satu keping lima ribu perak. Mmmmmh murah meriah dibanding software program yang asli berlisensi. Tapi, jangan kalap mata dulu untuk membeli software bajakan itu. Coba dech duduk di sepanjang stasiun kereta UI. Nggak usah munafik untuk tidak mau melihat kanan kiri orang yang duduk di sebelah. Banyak barang bagus. Tahu kan maksudnya??? Sudah dech. Pfuih. Jangan lupa di peron ke arah Jakarta ada warung kecil yang menjual juz sirsak. You have to taste it before leaving Depok. Nikmati beberapa penganan yang ada di stasiun itu. Kalaupun ingin penganan yang lebih beragam, Margonda punya banyak pilihan. Harganya pun tidak terlalu mahal. Makanan kaki lima sampai restoran steak, semuanya dengan mudah memanjakan nafsu kuliner.
Bisnis di lokasi sepanjang jalan ini sepertinya tidak ada habisnya. Apa saja bisa dijadikan bisnis. Misalnya, cyber café, kos, café, jajanan, rental komputer, dan fotokopi center.
Yang hangat sekarang adalah pusat perbelanjaan. Sudah tidak lagi jaman Ramanda Depok yang sempat Berjaya sepuluh tahun lalu. Depok Plaza, Mal Depok pada akhirnya memaksa toko itu gulung tikar. Bahkan kini wajah usaha itu berganti dengan usaha bengkel. Mmmmmhhh jangan lupa, Margonda juga pusatnya usaha jual beli mobil bekas. Tapi, di banding usaha jual beli mobil bekas, tampaknya pusta perbelanjaan di lokasi ini tidak kalah maraknya. Mulai dari ITC, Town Square, Carrefour, Giant, Hypermart, gila bersaing. Longok saja pertokoan Giant di Margonda City Square dongak menghadap Hypermart di Depok Town Square. Bahkan ITC dekat dengan terminal Depok saja santai bersaing dengan Carrefour.
Depok Plaza dan Mall Depok? Mungkin saja nasibnya tidak akan berlangsung lama. Layaknya Ramanda dulu. Satu-satunya keistimewaan yang di miliki Depok Plaza mungkin karena adanya Cineplex 21. Tapi, itu pun tak akan menjadi istimewa tatkala Depok Town Square memadukan one stop shopping dengan Cineplex 21-nya. Cukup unik untuk Detos, karena pertokoan ini juga memadukan konsep apartemen di dalam kawasan pertokoannya. Konsep lama yang pernah dibuat pendahulunya, sebut saja Mall Taman Anggrek. Bahkan sebuah stasiun dibangun khusus untuk akses kemudahan transportasi. Tidak jauh dari lokasi itu, sebuah konsep rumah tinggal bergaya apartemen yang dulu mungkin alergi untuk sebagian warga, justru dibangun, Margonda Residence. Seperti layaknya magnet dengan kekuatan penuh, maka areal lobi dan parkiran depan kedua lokasi pertokoan itu telah menjadi tempat tongkrongan baru warga Depok yang kebanyakan para remaja.
Depok Plaza dan Mall Depok kemudian menjadi tidak ada apa-apanya, mungkin. Melihat MC2 atau Margonda city square, bisa jadi penduduk Jakarta yang ingin plesir tak ingin terlalu jauh merangkak di tengah kemacetan Depok saat ini. Detos dan MC2 bisa pula menjadi jawaban. Dan Depok Plaza dan Mall Depok? Kemungkinan tidak akan menjadi kebanggaan warga Depok lagi seperti dulu.
Depok dulu dan Depok sekarang jelas sudah berubah. Wajah kemacetan makin tampak. Kalau mau dipersempit bahkan Margonda sekarang sudah berubah jauh. Untung saja, gaya hidup bersahaja warga asli masih bisa bernafas di tengah tumbuhnya gaya hidup metropolis. Di sepanjang jalan Margonda itu buktinya.
Tapi semua itu menyisahkan seorang pedagang kerak telur di dekat toko buku Gramedia yang masih saja bertahan ada. Kalau ingin menemukan kesederhanaan Depok dan jalan Margondanya, coba dech ngobrol dengan bapak pedagang kerak telur itu. Toh idealisme hidup masih bisa ditemukan. Bukan karena himpitan ekonomi dan juga bukan karena tidak ada pilihan lain. Lantas apa? Coba deh berpikir sederhana. Ada sebagian orang yang pasrah dengan keadaan dengan coba get real dengan keadaan. Tapi ada juga sebagian orang lainnya yang terkesan maksa hidup dengan kelayakan yang semu. Tapi jelas tak berguna. Sekedar potret tempat di mana aku bisa dan biasa melarikan diri berjam-jam di satu jalan bernama Margonda. Margonda di antara realita kehidupan kaum sub urban.

Wednesday, March 15, 2006


Malam itu hanya kesendirian yang aku rasa. Perjalanan jauh malam kemarin tidak cukup juga buatku lelah hentikan langkahku. Bahkan langkah ini kemudian semakin menjauh. Tidak hanya jarak, tapi batas toleransi yang aku punya. Semakin dalam dalam tiap kata yang ada. Semakin dalam pula batas toleransi yang seharusnya bisa dibendung. Tapi, perjalanan jauh malam kemarin itu akhirnya mampu tinggalkan arti baru dan aku yang baru. Tersadar hingga keesokan pagi. Meski matahari pagi itu belum melihat apa yang telah diperbuat olehku. Dan menjelang pagi itu yang ada hanya track lurus perjalanan dan aku, juga udara dingin pagi itu.

Aku coba untuk kemudian berhenti sejenak dalam ikatan hati ini. Dan kemudian coba untuk bisa berdamai dengan hati. Mendengarkan kata hati dan melihat dengan mata hati di sepanjang perjalanan ini. Dan kemudian aku coba kembali untuk melihat kebenaran pada perasaan yang aku punya. Hingga pada akhirnya aku merasa sudah saatnya aku kembali dengan kesendirian dan menikmati apa yang kumiliki sendiri. Tanpa kembali lagi berbagi. Maaf jika kemudian ini terjadi. Ku tahu yang terbaik dalam hidupku. Ku tidak ingin hentikan asa dan cita dengan persoalaan yang berpeluang buatku kembali ke titik awal. Bukan kemudian rasa ini membeku untuk berbagi. Ada waktunya kemudian ku bisa kembali berbagi dan bertanggungjawab dengan perasaan yang aku punya. Bukan karena perasaan yang sesaat.

Saturday, March 11, 2006

Hujan sore ini seakan membalas matahari jakarta yang menyerang selama tiga hari. Pfuih... cukup deras. Bahkan setengah jam saja, banjir kemudian menggenang. Sudah tiga jam aku berada di luar rumah kini. Membetulkan CPU computer yang frozen ke cyber cafe milik teman tidak jauh dari rumah.
Langit memang sudah mendung, bahkan usai dari cyber cafe, gerimis sudah menampakkan diri. Langkahku tidak begitu saja terhenti. Bahkan perjalanan sore ini masih kulanjutkan. Berjalan di tepian jalan yang semakin becek. Melihat banyak objek.
Semakin deras hujan, semakin banyak orang pula yang kemudian bergegas. Koran edisi sore itu pun kemudian basah. Pangkalan ojek di pertigaan jalan pun kemudian sepi. Lapak pinggir jalan itu pun kemudian ditinggal dengan hamparan plastik di atasnya. Seketika semua bergegas. Hujan itu ternyata tidak menghapus debu jalan selama tiga hari ini saja.
Aku yang kini kemudian berada di dunia maya. Kaca samping kananku paksa aku melihat langit sudah gelap. Aku yang kini lebih banyak menyendiri belum bisa menegur hatimu untuk menyatakan ketidakinginanku lagi padamu.

Tuesday, March 07, 2006

Aku yang tiba tiba merasa jengah. Entah kenapa semuanya di luar perkiraanku. Dan entah kenapa kemudian mereka yang terlalu sensitif. Merasa terhina dengan sosok seperti aku. Siapalah aku ini? Tapi, kenapa ku harus dapatkan umpatan yang tak pantas? Kenapa pula aku dengar teriakan memojokkan itu? Kenapa tiba-tiba mereka merasa penting untuk membicarakan aku? Dan akhirnya aku merasa seperti terpojok dengan keadaan, tertampar, tertusuk, terhina, dan diperlakukan tidak adil. Siapalah aku?Aku salah memang tidak mengomunikasikan ini terlebih dahulu. Tapi bukan salahku jika kemudian proses yang berjalan begitu cepat dan tidak menunggu waktu lama. Aku salah memang tidak mengomunikasikan ini ke mereka. Tapi bukan salahku pula jika kemudian ternyata ada fakta jika proses semua ini tidak sesulit yang pernah diutarakan tiga bulan, enam bulan, sembilan bulan, dulu, bahkan satu tahun kini. Apa yang kulakukan kini tidak ada maksud menyakiti kalian. Maaf pula jika nyatanya kalian tersakiti. Bijak atau tidak bijak dalam penerimaan ini mungkin lebih karena masalah komunikasi yang ada. Dan bagaimana kalian kemudian menerima keadaan ini. Tapi tetap saja aku tidak akan pernah menerima umpatan yang membuat aku merasa tidak berhak atas hak dan keinginan yang ku ingin. Tetap saja kemudian ku akan memiliki cara pandang dan penilaian tersendiri terhdapa umpatan itu, pada akhirnya. Tetap saja dengan yang terjadi aku tidak menerima semua ini. Meski aku sadar untuk meminta maaf. Lapang dada ini menerima bagaimana kalian bijak menyikapi ini.

Sunday, March 05, 2006

Tahun lalu aku pernah bergurau untuk tidak lagi tinggal dan bekerja di jakarta. Dan sekarang apa yang telah ku ucapkan pun nyata adanya. Bahkan kemudian menjadi dilemma dalam beberapa waktu belakangan ini. Apa iya? Bali dan Bintan, dan kemudian ke luar Indonesia meski masih sekitar Asia. Kemungkinannya adalah Thailand. Pfuih?. Itu pun dalam kurun waktu yang tidak sebentar. Setahun untuk masing masing lokasi. Pfuih?. Apa iya? Aku Cuma bisa terdiam. Teriakan dan luapan kegembiraan pun hanya sebentar ada. Selanjutnya kebingungan yang terus menyelimuti dalam belakangan ini.
Perusahaan itu memang telah lama terbenam dalam pikiranku. Bahkan jauh ketika aku sedang duduk di bangku kuliah tingkat dua. Dengan kemampuan yang aku punya, bisa saja kemudian aku mengambil kesempatan itu. Tapi terus terang, aku tak kuasa untuk kembali ke titik nol dalam kehidupan pekerjaanku. Meski usiaku kini yang 25. Satu pilihan yang sulit
Di sana pun posisi yang ditawarkan mengaruskan ku untuk kembali ke titik nol tadi. Tentu dengan kesempatan mengembangkan kemampuan komunikasi yang aku punya. Tapi apa iya? Kemudian bekerja di industri yang bertolak belakang dengan bidang pekerjaan yang aku lakukan sekarang?
Bodoh memang jika kemudian aku tidak mengambil kesempatan traveling dimana bekerja dan berlibur dalam waktu yang sama. Tapi, seorang teman pernah berkata, ada sesuatu yang tidak terbayarkan. Jika kemudian aku mencintai pekerjaan yang sekarang, itu juga karena aku menemukan hiburan tiap harinya. Bertemu dengan banyak orang tiap harinya. Sama saja mungkin dengan pekerjaan yang akan ditawarkan nanti. Tapi, aku sepertinya telah menemukan jiwa di pekerjaan sebagai seorang pemburu berita. Ada sesuatu yang tidak terbayarkan.
Malam itu, t-shirt panjang warna merah buatku seperti mewakili diriku kembali ada. Tak ada alasan untuk tidak bisa berusaha tampil dan sedikit melupakan. Dan juga dengan sedikit keriaan. Mmmhhh, ku tak jamin kalau semalam itu hanya sedikit keriaan dalam diriku. Buktinya, peluh tak juga kunjung mengering hingga empat jam, tengah malam itu. Rasanya semuanya lepas dan tidak sedikit perasaan susah yang dibawa. Meski kalau boleh jujur, fisik ini belum sembuh benar. Bahkan gejala awal pilek sudah tampak. Ujung dari gejala flu yang mulai aku rasa sejak awal pekan ini. Satu ruang itu yang ada hanya pertunjukkan sesungguhnya diri kami masing-masing. Empat jam itu yang ada hanyalah hilangnya siapa kami. Larut dalam kegembiraan.

Friday, February 24, 2006

Apa lagi yang bisa kuucapkan ketika hatimu kemudian meragu. Apa upayaku jika kemudian kamu menampik tiap kata yang terucap dan kembali meragu. ragu dengan keadaan yang kamu punya. meratap hari dengan hanya menatap putaran matahari dari hari ke hari. bernafas dalam ruang yang sama. berdiri di atas pijakan kaki yang sama dari hari ke hari. Jika memang ada sisi kosong untuk bisa ku tempati maka ku ingin aku ada di situ. Jika memang ada sesak yang memaksa, maka ku ingin aku bantu legakan hatimu. Tapi apakah kamu mengijinkan ku masuk dalam relung duka dan susahmu? Ku tidak ingin paksakan keinginanku jika memang kamu tidak ingin. Tapi tidak adil rasanya. Meski memang ku akui ada salahku di situ jika pada akhirnya kamu menolakku dan tak ingin rebahkan sulitmu dalam rongga ini. Maafkan jika kemudian kamu melihat aku tidak sempurna untukmu kini. Tapi, bukankah kamu juga tidak sesempurna yang kamu pikir. Jadi..... ku hanya ingin kamu bisa melihat kalau kondisimu tidak seburuk yang kamu pikir. Masih akan ada orang yang peduli denganmu. Kalau bukan aku, mungkin sahabat yang selama ini ada. Aku tidak punya misi apapun. Kebetulan aku datang dan ada. Coba bersikap jujur saja dengan perasaan yang kamu punya. itu mungkin lebih baik.

Thursday, February 16, 2006


Love you

Wednesday, February 15, 2006

Ketika hidup dimulai terlalu pagi. Meski sadar tidak pernah mencoba tertidur. Takut akan kegelapan dan kesendirian.

Tuesday, February 14, 2006


Apa yang aku dengar malam ini dari mu, entah apa bisa ku serap dalam-dalam tiap kata yang kamu ucap. Tapi yang jelas, aku masih bisa memiliki hati dan perasaan yang bisa menyerap secara dalam tiap ungkapan hati kamu. Meski aku tidak dalam posisi dan keadaan kamu tapi aku dapat mengerti kamu dan mengasihi kamu. Karena kamu telah buat aku mengerti akan yang ada di benakmu. Dan ini kemudian menjadi serius. Bukan hanya bagi kamu, tapi juga serius bagi kita.

Aku nggak ingin kamu sedih, meski kesedihan kamu tidak bisa dihindarkan. Aku ingin kamu tahu kalau aku ada. Tapi jangan katakan kalau aku hadir di dalam kehidupanmu di saat yang tepat. Saat di mana kamu membutuhkan seseorang. Jangan katakan itu padaku. Dan jangan pula kamu anggap aku ada sebagai jawab atas doamu. Karena aku bukanlah siapa-siapa. Aku hanyalah akunya kamu. Dan entah apa yang ada dibenakmu malam ini. Tentang aku, kamu, keluargamu, dan kita. Yang jelas, aku hanya ingin kita baik-baik saja. Terutama kamu. Tuhan punya rahasia untukmu di depan. Kamu sabar, yah!

Powered by Blogger.