Monday, April 17, 2006


Gejala adanya ketidakberesan pada kereta Senja Utama kelas bisnis dengan nomor perjalanan 133, sebenarnya sudah terasa ketika akan langsir dari stasiun Tawang-Semarang. Ini karena, kereta baru jalan enam belas menit kemudian dari jadwal yang sudah ditentukan jam delapan malam.
Pada awalnya keterlambatan ini terjadi lantaran adanya pemeriksaan penumpang oleh sejumlah petugas yang pastinya akan memakan waktu. Lagipula cukup alasan untuk dilakukannya pemeriksaan tersebut, lantaran jumlah penumpang yang turut dalam perjalanan ini cukup banyak. Sebagian terpaksa membeli karcis tanpa tempat duduk. Untungnya aku sudah membeli tiket pulang pergi.. ku lakukan itu karena akhir pekan ini cukup panjang. Prediksinya pasti banyak pula penumpang yang akan balik ke Jakarta pada jam dan hari yang sama.
Ternyata benar. Semua tempat duduk kereta penuh. Penumpang yang tidak mendapatkan tempat duduk terpaksa berusaha senyaman mungkin duduk di sepanjang lorong dengan hanya beralas Koran. Sebagian lagi yang tidak beruntung, memilih duduk di pintu masuk gerbong, bahkan di samping wc. Tempat yang sebenarnya tidak disarankan berada di situ. Enam belas menit kemudian, kereta pun langsir. Tidak seperti ketika perjalanan pergi dari Jakarta, perjalanan kembali ini lebih banyak berhentinya.
Kekesalan pun mulai. Di stasiun Pemalang, lokomotif kereta sudah menunjukkan ketidakberesannya. Cukup lama loko itu berusaha menarik sepuluh gerbong di belakangnya. Tarikan demi tarikan dilakukan, meski kemudian hanya bergerak beberapa meter kemudian berhenti untuk bermenit menit. Dan kembali jalan. Kejadian mogok pun terulang ketika kereta berhenti di stasiun Tegal. Untuk yang sekarang, kekesalan semakin menumpuk. Lamanya kereta menarik gerbong, akhirnya diputuskan untuk mengganti loko. Pfuih. Perlu setengah jam untuk mengganti loko. Sementara hawa gerbong yang semakin panas, membuat sebagian penumpang mengeluh. Empat kipas angin yang berada diatap tidak berfungsi. Padahal kondisi kipas angin itu sudah diadukan kepada petugas. Tapi, petugas itu tidak kembali. Pfuih. Kereta kemudian langsir kembali. Berharap kalau loko kereta tidak bermasalah. DON?T PUSH YOUR LUCK, DUDE!!!!
Jam tiga pagi. Mestinya kereta sudah tiba di stasiun senen. Tapi, kami masih ada di Cirebon dengan masalah baru lagi. Loko pengganti pun bernasib sama. Mogok. Loko pun diganti kembali. Karena tidak ada kepastian kapan akan selesai, sejumlah penumpang pun mulai habis kesabaran. Mereka memilih meneruskan perjalanan mereka dengan menumpang kereta lain menuju Jakarta yang kebetulan singgah di stasiun Cirebon. Tidak peduli jenis kereta dan kelas kereta yang mereka tumpangi kemudian. Bahkan kereta eksekutif Kamandanu pun jadi pilihan mereka.
Halal menurutku mereka lakukan itu. Apapun kemarahan mereka, ku piker layak mereka tumpahkan. Toh, perjalanan mereka terpaksa terhambat bukan lantaran kesalahan mereka. Kalaupn KA marah, apa hak mereka untuk marah kepada penumpang yang ditelantarkan seperti ini. Lagipula apa kompensasi yang KA akan berikan kepada para penumpang? Solusi apa? Toh hanya sekedar ucapan permintaan maaf pun rasanya tidak cukup.
Jam delapan pagi, akhirnya kami sampai juga di stasiun Jatinegara. Dua belas jam perjalanan. Pantas saja, ternyata loko pengganti itu adalah loko untuk kereta ekonomi. Kami harus membayar mahal untuk fasilitas ekonomi. C?est bizarre!!!

0 komentar:

Powered by Blogger.