Friday, October 29, 2010

Relung (Part 6)

Berkali-kali ku coba buka mata ini. Berat rasanya. Entah sekarang jam berapa. Yang aku tahu, cahaya matahari begitu kuat menerobos masuk lewat sela daun jendela kamarku. Ku lirik jam di dinding. Jam 1 siang. Pfuih, 12 jam lebih aku tidur.
Aku tidak segera beranjak. Masih terkapar dalam kantukku.
Aku tarik selimut kembali menutupi seluruh tubuh.
Argh, bangun!!!!
Ku duduk di tepian tempat tidur. Beranjak menuju jendela kamar dan membukanya lebar-lebar. Panas euy, keluhku. AC ku matikan.
Musik turn on. Gen Fm. Sindentosca – Kepompong. Medium beat. Ini yang aku ingin dengar saat ini.
Perlahan aku menuju dapur. Berhati-hati dengan langkahku.

Damn, aku harus cek lagi gips yang membalut kaki ku ini. Terpenjara banget. Gak bisa kemana-mana dan gak bisa nakal. Halah.
Mbo Ina dah pulang pastinya kalo dah jam segini.
Aku ambil gelas ukuran besar untuk minum kopi. Dua sendok makan kopi plus setengah sendok makan gula, seperti biasa. Dan air panas dari dispenser.
Aku letakkan gelas dan membuka tutup saji di meja makan. Sayur sop yang pastinya dah dingin. Malas aku untuk menghangatkannya. Goreng ayam tepung. Mmmmmm yamie. Tapi gak untuk hari ini.
Aku mengernyitkan dahi. Berpikir. “Dimakan gak yah?” tanyaku dalam hati. Tergoda dengan balutan tepung di tiap permukaan. Sepertinya crispy banget kalo digigit. Ah, ada potongan di bagian dada. Aku suka. Apalagi kalo dimakan dengan sambal botol rasa pedas. Aku tergoda.

Lewat.
Aku menyeruput kopi dan berlalu menuju kamar.
Damn.
...And high up above or down below, When you're too in love to let it go, But if you never try you'll never know. Just what you're worth
Lights will guide you home, And ignite your bones, And I will try to fix you
Fix You – Coldplay
Mengingatkankan pada mantanku 3 tahun lalu. Sudahlah.
Sebatang rokok telah terselip di antara bibirku. Ku buka laci meja kerja. Telunjuk menekan roda kecil di mulut pemantik hitam. Sebentar kemudian asap tebal mengepul. Ku hisap dalam-dalam rokok itu. Lagi, asap mengepul.
Duduk aku kemudian.
Bergantian kopi dan rokok masuk dalam tubuhku.
Gak ada ide mau kemana hari ini dan gak tau mau ngapain hari ini.
Life is so suck for me. Menjadi tidak berguna.
Sudah online di YM. Invisible Mode. Seperti biasa. Entah sejak kapan aku punya kebiasaan ini. Prinspinya kan aku juga punya pilihan dengan siapa aku mau ngobrol. Pfuih, banyak yang online siang ini.
Ah, sepi, butuh teman ngobrol. Ponsel juga sejak tadi gak berdering, sms pun gak ada.
Aku ganti.
Visible mode ON.
Mataku tertuju kepada sebuah nickname. Dia online.
Why?
Pikiranku cukup jernih sudah sejak bangun tadi. Pikiranku pun sudah tidak fokus lagi kepadanya. Masih ada memang, tapi tidak sebanyak dulu.
Belum sempat aku ganti ke visible....
“Bimo.”

0 komentar:

Powered by Blogger.