Sunday, May 29, 2011

#Solotraveller 2nd day: Melaka - Drop (again)

28/ 04/ 11 05:30 Aku bangun lebih awal. Sholat Shubuh, kemudian persiapan terakhir untuk menempuh perjalanan ke kota berikutnya, Melaka. Saat matahari sudah menampakkan wujud dan hawa panasnya, aku turun dari lantai 4, menuju lobi, untuk kemudian keliling sekitar hotel.
Tapi, tujuan utamaku adalah mencari sarapan.
Well, ga ada yang banyak bisa dicari di sekililing hotel ini. Tidak bisa direkomendasikan, hanya ingin segera pergi. Meski kemudian aku tertahan di depan Seven Eleven, sekedar basa basi beli juz yang sebenarnya aku tidak perlu banget.
Menghangatkan badan? Nop, sungguh gila. Danga Bay, cukup untuk wisata malam berjalan kaki bersama Asril, dan itu tidak
akan aku lakukan untuk hari berikutnya. Semua di sekelilingku, hanya pekerjaan proyek yang digarap pemerintah lokal. Sepi, teramat sepi. Aku hanya berani berjalan di dalam area tembok. Bergeser sedikit. No way. Mungkin perlu waktu lebih lama untuk membiasakan diri dengan kota ini.
Dan, jam 8 Asril pun muncul. Oke, this is it. Time to say goodbye to him.
Sesuai janjinya, Asril jemput aku di hotel untuk mengantar ke terminal Johar Bahru, terminal Larkin. Sepanjang perjalanan kami hanya diam. Beda dengan saat kami menghabiskan waktu di sekitar kota tua Johor Bahru. Senyap. Aku juga nggak tahu harus ngomong apa
. Seketika emosi menjadi mellow. Gimana nggak? aku yang kemudian menjadi terbiasa dengan kehadirannya, mendadak harus berpisah. Aku bilang sama Asril, kalau aku nggak suka perpisahan. Dia mengerti. Tapi, dia juga nggak bisa berbuat banyak lagi, karena memang sudah saatnya pisah.
Ah sudahlah, tak perlu pula tangis ku pecah saat itu. Tarik nafas dalam. N cuma bersyukur kalau aku sudah dipertemukan dengan orang baik di perjalanan ini.
Aku tak sempat menikmati perjalanan
menuju Larkin. Sisa perjalanan kemudian aku gunakan untuk ngobrol dengan Asril. Sisa selanjutnya?
Dalam beberapa menit, kami akhirnya tiba di Larkin. Suasana terminalnya terkesan sepi. Mungkin masih pagi, jam 9:20 saat itu. Kalau bisa aku gambarkan suasana terminal, tidak berbeda jauh dengan suasana di terminal Lebak Bulus. That's it.
Asril kemudian bergegas ke dalam terminal. Beberapa orang yang ku duga adalah calo tiket mendekatinya. Aku hanya membututi Asril dari belakang. Dia yang punya wilayah, jadinya aku diam saja. Aman lah yah ehe
hehe.
Beberapa armada bus, tujuan Melaka, ternyata sudah jalan beberapa jam ya
ng lalu. Dan yang tersisa hanyalah bus Delima. Asril menawariku, apakah mau ambil bus ini atau tidak. Aku mengiyakannya. Selain karena, harus menunggu lebih lama lagi untuk bus selanjutnya, aku juga nggak mau upacara perpisahan menjadi lebih lama. Cukup.
"Oke, aku ambil yang ini saja", jawabku.
"Tapi dengan begitu, kita tidak bisa sarapan bareng", ucapnya pelan.
"Soke, aku harus berhitung waktu".
This is it.
Seperti layaknya sahabat lama, kami pun foto bareng di depan bus. Hahahaha.
Aku nggak tahu tujuan Tuhan mempertemukan kami, termasuk keluarganya. Tapi, aku mensyukurinya. Kami bertemu di saat aku drop secara fisik dan emosi. Drop karena mengalami kehidupan yang jumping. Dan kemudian terhibur dengan obrolan, canda, dan kehangatan keluarga. Dan saat em
osi dan mentalku terbangun kembali, Tuhan kemudian melepasku, membantingku keras, aku drop lagi. Tak ada bekal lagi batin untuk melanjutkan ke kota selanjutnya.
Aku masuk bus. Asril berlalu. Sempat kami menoleh dan melambaikan tangan, untuk kemudian, aku tertunduk di kursi. Bye, my random friend.
2 jam perjalanan selanjutnya, tidak ada yang bisa kulakukan, selain dengerin Josh
Groban. Mmmm siap-siap iris nadi. Nggak tahu apa yang
terjadi berikutnya di Melaka, selain berusaha membangkitkan diri lagi. Cuma itu saja, kan? Lagipula kalau aku harus terus sedih, siapa yang peduli? Kuasain diri, dan karena ini memang resiko dari perjalanan #Solotraveller. Syukur kalau menemukan keajaiban. Kalau tidak ada keajaiban, siasati semuanya dengan kamuflase. Pergi keluar saat diri sedih, karena kota di manapun kamu berada, pasti akan menghibur dengan caranya sendiri.
Tapi, sayangnya, itu tidak aku dapatkan saat aku tiba di Melaka. Bengong seratus persen. Hahahahahah sumpah, seketika aku bertanya dalam diri sendiri, "apa sebenarnya yang aku cari sih". Ini perjalanan
gila. Sungguh gila.
Apa yang aku riset tentang perjalanan, kota, transport, semuanya buntu. Print kertas berisi info, rasanya menjadi pu
tih tanpa ada isi. Blank!!! Panik??? ya iyalah
Aku nggak tahu arah mata angin.
Aku berada di Terminal Melaka Sentral. Berdasar pada apa yang aku riset, untuk menuju ke kota tua aku bisa menumpang, bus Panorama Melaka. Beberapa warga yang aku temui di terminal mengatakan, ada beberapa bus juga yang bisa mengantar ke sana, tapi aku nggak mau akhirnya kehilangan petunjuk. Ngotot, harus naik bus itu.
Hei, terminal in
i begitu tertib. Para calon penumpang, menunggu bus yang diinginkannya di dalam ruang kaca. Begitu bus datang, mereka kemudian keluar. Tugas berikutnya, kondektur yang berteriak-teriak mencari penumpang.
Setelah menunggu 30 menit, tidak menunggu penuh, bus pun berangkat. Dan perlu waktu 30 menit untuk tiba di sisi kota tua Melaka. Ini pekerjaan rumah berikutnya. Aku turun tepat di depan Christ Church. Dan, mencari penginapan yang telah ku booking. Dimana itu???

0 komentar:

Powered by Blogger.