Saturday, December 20, 2008

Sandal dan persahabatan

Aku kaget ketika chatting tadi, coz aku dapat kabar, temenku - Aladino - menitipkan sejumlah uang atas sandal yang aku beri ke dia melalui teman yang kebetulan sedang belajar di Siena. Aku gak nyangka kalau dia memiliki pikiran untuk mengganti sandal itu dengan sejumlah euro. Padahal, kalau aku tukarkan euro itu, bisa aku beli puluhan sandal serupa. Tapi, ini bukan perkara sendal dan uang. Niat memberi yang dia lakukan saja sudah membuat aku gak bisa berkata apa-apa. Dan aku baru tahu dia lakukan itu setelah setahun kemudian.
Namanya Aladino. Cowok asal Maroko itu ku kenal karena satu kampus waktu aku kuliah di Siena. Aku kemudian menjadi sangat akrab karena kami berdua bilingue, dia bisa bahasa prancis dan itali. Jadinya kami klop satu sama lain. Gak heran kalau di tiap percakapan, aku ngomong bahasa prancis namun dia jawab dalam bahasa itali, dan begitu sebaliknya. Bahkan dia ku juluki kamus berjalan. Karena dia kerap membenarkan grammar ku. Dia juga lah yang menunjukkan tempat-tempat eksotik di Siena. Well, singkat cerita, dia tertarik dengan sandal yang aku pakai sehari hari di saat kuliah maupun main. Di hari terakhir aku di Siena, dia pun dengan lugas mengatakan keinginannya untuk memiliki sendal itu. Padahal sendal itu sudah cukup dikatakan usang. Sendal itu juga baru aku pakai dua bulan. Dan di kirim langsung dari Jakarta. Intinya sih, aku nggak mau ngasih sendal bekas. Tapi, dia maksa. Dan dia senang banget dengan sendal itu, ketika dia tahu aku meluluskan untuk memberikan sendal itu. Buatku Aladino bukan hanya sekedar teman, bahkan dia dah sudah aku anggap saudara. Yang membuat ku lebih haru adalah, niatnya ketika kau menjelang hari hari terakhir di Italia. Dia datang ke Roma untuk bertemu dengan aku. Dan menghabiskan malam dengan berjalan-jalan di sekitara Colloseum, bersama teman teman dari Turki lainnya. Cukup melelahkan saat itu. Dan kami tidak bisa bermalam-malam, karena besok hari take off ke Jakarta. Di esok paginya, aku tidak mengira sama sekali yang dia lakukan. Aku dah di stasiun kereta, bahkan aku sudah berada di atas kereta menuju bandara, Aladino telpon kalau dia sudah di Stasiun, sesudah lima menit kereta langsir. God.... aku nangis haru dengan yang dia lakukan, dengan persahabatan yang ia tunjukkan kepada ku. Waktu berlalu, aku pun pada akhirnya menitipkan al-quran yang memang juga ia suka lewat seorang teman yang ke Siena. Aku nggak keberatan dengan hal itu, karena aku sudah khatam dengan Al-Quran itu. Selang berapa lama, aku dapat telpon dari Aladino, kalau sendal yang dia pakai sudah rusak. Aku gak kaget lah dengan berita itu. Dia kemudian minta dikirimin sendal lagi. Melalui seorang teman yang juga akan berangkat ke Siena, aku titipkan lah sendal itu. Dan aku baru tahu tadi, kalau ia mengganti uang pembelian sendal itu. Dan kenyataannya sekarang...Al, tu ne faut pas payer pour cela. Je t'ai donne parce que tu l'aimes e t'es mon ami. L'argent es rien pour nous, alors. J'ai pas de paroles a descriver mes sentiment des que je sache que tu le faisait. Dis-moi qu'est-ce que je doi faire avec ce l'argent??? Al, tu me manques, mon cher ami!!!

0 komentar:

Powered by Blogger.