Saturday, November 05, 2011

Relung (Part 14)

Ku hempaskan tubuh ku ke kasur yang sudah 2 minggu tidak ku tiduri.
Ku tarik nafas dalam-dalam, mencari udara segar dalam kamar.
Ku tidur berbantal lengan, menatap langit-langit kamar.
Berat mataku. Ingin segera tidur. Tapi, sebentar lagi maghrib. Pamali kata orang tua kalo tidur saat maghrib. Entah apa yang menjadi pantangannya. Tapi, sepertinya gak terlalu berat untuk menjalankan larangan itu.
Sudahlah, menahan kantuk untuk beberapa saat nggak jadi masalah.
Aku bergegas ke kamar mandi.
Aku merasa kurang segar kalo belum mandi. Apalagi setelah menempuh perjalanan jauh. Debu. Keringat. Lengkaplah.
Aku keluarkan isi tas ranselku.
Pfuih, gak yakin kalo aku mesti membebani Mbok Ina dengan cucian kotor yang menumpuk. Tapi, aku pun rasanya enggan untuk mencuci ini semua.
Beh, ah sudahlah, tak banyak yang aku kerjakan pula. Biarlah ini aku yang kerjakan. Toh, ada mesin cuci.
Beranjak ke kamar mandi, aku nyalakan radio. Lagu mana suka. Terserah. Yang penting rumah ini nggak terlalu sepi.
Aku rangkul cucian kotor itu dan aku masukkan ke mesin cuci. Semua sudah masuk.
Aku melepaskan kaos dan celana ku. Kini aku hanya berbalut handuk.
Sendiri di rumah.
Aku nyalakan rokok. Beranjak ke dapur untuk mengambil gelas.
Di otakku terbayang betapa nikmatnya minum kopi.
Pfuih.
Ah, air putih saja, ucapku dalam hati
Aku hembuskan asap rokok. Nikmat sekali rasanya.
Suara mesin cuci sudah bergolak.
Aku duduk di meja makan. Bergantian rokok dan minum.
Sungguh, lelahku menyiksaku.
Ingin segera tidur.
Lapar.
Aduh, mana yang harus aku penuhi? Keluhku dalam hati.
Lelah perjalanan membuatku aku nggak konsen berpikir.
Otakku berputar.
Oke, sambil nunggu cucian, aku mandi. Terus sambil nunggu sholat maghrib, aku masak seadanya.
Selesai shalat maghrib aku makan, terus aku tidur.
Done.

0 komentar:

Powered by Blogger.